Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Yang Salah dari "Nyinyir" Roy Suryo atas Prestasi Indonesia di Asian Games

1 September 2018   02:26 Diperbarui: 1 September 2018   09:16 4428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tudingan Roy Suryo yang kedua adalah pemerintah menjadikan Asian Games sebagai ajang pencitraan.

Pencapaian dalam olahraga biasanya mengonfirmasi salah satu dari dua hal: jika bukan karena perekonomian maju, berarti karena pembangunan sumber daya manusianya berhasil. Karena itu pemenang even-even olahraga internasional biasanya cuma dua tipe negara: negara kiblat kapitalisme (ekonomi maju) atau negara kiblat sosialisme (pembangunan sumber daya manusianya jempolan).

Jika pada yang pertama keberhasilan pembangunan olahraganya bersandar pada banyak even dan sponsor yang diselengarakan oleh kalangan usaha dan atlet telah berkembang jadi profesi yang layak; maka yang kedua terletak pada peran pemerintah dalam pembangunan sumber daya manusia, termasuk pembangunan keolahragaan.

Kita tahu bahwa semenjak Asian Games 2002 di Busan Korea Selatan hingga kini, perkembangan keterlibatan pihak swasta dalam memajukan dunia olahraga (penyelenggaraan even dan sponsorship bagi atlet) relatif tidak banyak berkembang. Harapan pembinaan olahraga terletak di tangan pemerintah.

Prestasi Indonesia selama 5 Asian Games terakhir adalah 4 emas dari 427 pertandingan (2002), 2 emas dari 428 pertandingan (2006), 4 emas dari 476 pertandingan (2010), dan 4 emas dari 439 pertandingan (2014).

Capaian itu boleh dinilai sebagai kegagalan pemerintah dalam memajukan dunia olahraga. Selama 3 Asian Games dalam masa pemerintahan SBY, mungkin saja banyak program dijalankan namun tidak mampu mendongkrak prestasi Indonesia beranjak dari 4 medali emas.

Bisa jadi karena programnya kurang tepat sasaran; kepengurusan cabang-cabang olahraga lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan politik; atau bisa juga gara-gara komitmen anggaran yang lemah dan rantai birokrasi yang lamban dan bertele-tele. Entah.

Syukurlah, kutukan 4 medali emas itu berhasil dipatahkan semasa pemerintahan Joko Widodo. Bukan main-main peningkatannya. Dari 402 medali emas yang sudah dipertandingkan per 30 Agustus (masih menyisakan 60 medali lagi dari total 462) Indonesia berhasil merebut 30 medali emas.

Dari sisi perolehan medali emas, peningkatan prestasi Indonesia di masa pemerintahan Joko Widodo mencapai 800 persen. Selama masa pemerintahan SBY, raihan medali emas Indonesia dalam Asian Games selalu di bawah 1 persen dari total medali emas yang diperebutkan. Di masa Joko Widodo, sebelum Asian Games ini benar-benar berakhir, Indonesia  telah meraih sekitar 9 persen medali emas yang diperebutkan.

Pemeritahan Joko Widodo sangat pantas mengklaim prestasi ini sebagai keberhasilan pembangunan olahraga nasional pemerintahannya. Katakanlah 90 persen dari prestasi itu merupakan dampak peran pemerintah dalam peningkatan prestasi atlet dan pembangunan olahraga masyarakat, sementara yang 10 persen karena faktor tuan rumah.

Andai ada prestasi membanggakan seperti ini dalam Asian Games di era SBY, tentu Roy Suryo juga berhak dan pantas mengklaimnya sebagai keberhasilan intervesi pemerintah. Itu wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun