Sudah lumrah, koalisi berbasis transaksi jabatan rentan pecah jika ada parpol yang merasa "harga" yang dijanjikan tidak sesuai permintaannya.
Kedua, masalah di internal parpol sendiri.
Bukan hanya koalisi yang tidak ideologis. Parpol-parpol itu sendiri tidak memiliki ideologi yang jelas dan para politisi yang bergabung ke parpol juga bukan orang-orang yang memiliki gagasan tentang Indonesia masa depan yang mereka inginkan. Umumnya para politisi itu bergabung ke parpol untuk menjadi caleg demi nafkah yang lebih baik atau rente ekonomi dari pengaruh politiknya.
Maka bagi mereka parpol hanya sejenis taksi Uber atau Grab yang mengantarkan mereka ke tujuan pribadinya. Parpol tidak dipandang sebagai milik sendiri.
Ini menyebabkan loyalitas terhadap parpol sangat renggang.
Ketika haluan politik harian parpol (termasuk arah koalisi pilpres) dianggap tidak menguntungkan mereka, para politisi ini tidak akan memperjuangkannya, bahkan bisa jadi menyeberang seperti Fadel Muhammad yang mengancam mendukung Prabowo-Sandiaga hanya karena Sandiaga sama-sama berasal dari Gorontalo.
Ketiga, Parpol-parpol selain Gerindra dan PDIP merasa coat-tail effect 'efek ekor jas', yaitu suara yang diperoleh caleg parpol dari pendukung capres-cawapres yang akan jadi bagian mereka kecil saja sebab capres dan cawapres bukan kader mereka.
Karena itu tidak ada insentif bagi petinggi parpol untuk menegakkan disiplin internal, mengancam sanksi bagi caleg yang tidak all-out memenangkan capres-cawapres yang mereka usung.Â
Untuk apa merisikokan perpecahan di internal parpol mereka jika semua perjuangan ini hanya akan menguntungkan PDIP dan Gerindra secara elektoral? Hal inilah yang ada dalam pikiran parpol-parpol pendukung koalisi di kedua kubu.
Akar dari semua ini adalah politik Indonesia yang tidak lagi ideologis. Orang mendirikan parpol atau bergabung dalam parpol bukan untuk memperjuangkan gagasan-gagasan mulia tentang bagaimana bangsa dan negara ini berjalan, melainkan untuk kepentingan pribadi para politisi, yaitu gaji tinggi dan rente ekonomi dari pengaruh politik mereka.
Sumber:
- Merdeka.com (21/08/2018) "Fadel Muhammad: Golkar pecah, besar kemungkinan dukung Prabowo-Sandi."
- Kompas.com (09/08/2018) "Zulkifli Hasan: Yang Terpenting Bagi PAN, Jumlah Kursi di DPR Meningkat"
- Republika.co.id (19/07/2018) "Militansi Kader PKS Menangkan Prabowo Diragukan, Jika...
- Kompas.com (11/08/2018) "Mahfud MD Batal Jadi Cawapres Jokowi, Ini Komentar PSI."
- Tirto.id (17/08/2018) "Twit Andi Arief Bukti Demokrat Setengah Hati Dukung Prabowo-Sandi?"