Seruan untuk meniru haluan politik dan ekonomi Amerika Latin tetapi melarang orang mempelajari Marxisme sama seperti menuntut istri rajin buatkan roti tetapi tidak membelikannya oven. Itu bentuk ketololan yang hebat.
Kedua, Evol Morales dan para pemimpin hebat lain di Amerika Latin tidak pernah mengeskploitasi isu agama dalam melawan penindasan. Evo Morales tidak pernah beretorika  membangkitkan kemarahan orang-orang Katolik Bolivia untuk melawan penindas-penghisap Amerika Serikat yang mayoritas Protestan.
Evo Morales melihat rakyat sebagai rakyat, sebagai mayoritas tertindas, bukan sebagai umat agama tertentu. Evo Morales paham, neoliberalisme yang memiskinkan itu berdampak menyengsarakan rakyat di manapun, apapun agamanya, dan sebaliknya memakmurkan kaum kapitalis raksasa, juga di mana pun, apapun agamanya.
Ketiga, para presiden hebat di Amerika Latin justru mengidolakan Soekarno, termasuk meniru langkah Soekarno  menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing  melalui program Benteng Nasional. Yang tidak mereka tiru dari kegagalan nasionalisasi di Indonesia adalah dalam hal jatuhnya pengolaan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi itu ke tangan perwira tinggi militer.
Jadi, saya menaruh hormat, mengangkat topi atas kritik dan saran Pak Amien Rais kepada Pak Joko Widodo untuk jangan sungkan meniru langkah Evo Morales atau Soekarno. Tetapi saya pikir penting pula menyarankan Pak Amien Rais  untuk mempelajari Amerika Latin dengan jujur, dengan landasan keadilan berpikir di kepala dan hati. Semoga dengan itu, pelajaran dari kebijakan progresif di Amerika Latin tidak sekedar jadi demagog populis kita menjelang Pemilu, seperti yang sudah-sudah.
Sumber:
Detik.com (26/07/2018) "Amien Minta Jokowi Tiru Bolivia Nasionalisasi Perusahaan Asing."
Detik.com (27/07/2018) "Ini Dampak Serius Bila RI Nasionalisasi Freeport."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H