Lelaki berjas lusuh berdiri dari tempat duduknya, melangkah memutar ke arah belakang Presiden Garfield. Ia merogoh koceknya, mengeluarkan revolver Webley British Bulldog.
Dor .. Dor!
"Ya Tuhan! Ada apa ini?" Seru Garfield. Tubuhnya roboh. Dua peluru baru saja menyobek kulit dan dagingnya. Satu di lengan, satu menembus dada dan terus bersarang di bawah pankreasnya.
Orang-orang panik. Aparat polisi berdatangan. Si penembak presiden berhasil diringkus. Ia dikenali sebagai Charles J. Guiteau.
Guiteau adalah seorang jomlo 40an tahun, miskin, dan mengalami tekanan jiwa.
Ia sudah coba banyak pekerjaan namun gagal. Guiteau pernah mencoba menjadi pengacara, penagih utang, salesman, dan pedeta sekte bida'ah. Terakhir ia mencoba berkarir sebagai politisi, bergabung di dalam Partai Republik.
Guiteau sebenarnya bukan pendukung garis keras Garfield. Ia hanya mencari pekerjaan sebagai tim sukses kampanye capres ketika Garfield bertarung melawan Jenderal Hancock dari Partai Demokrat.
Selama masa kampanye, tanpa henti Guiteau mendatangi kantor Partai Republik untuk memohon dilibatkan sebagai tim sukses.
Partai Republik kemudian memberikan kesempatan Guiteau menulis naskah pidato bagi Garfield untuk disampaikan pada pertemuan dengan sekelompok kecil komunitas kulit hitam di New York.
Pidato itu berjudul "Garfield vs. Hancock," isinya menyerang Jenderal Hancock, yaitu memilih jenderal Hancock sebagai presiden Amerika Serikat sama saja membuka jalan menuju perang sipil kedua.
Pidato itu adalah sumbangan kecil dalam kampanye Garfield tetapi Guiteau merasa pidato itulah yang menyebabkan Garfield menang.