Saya tidak ingin melewatkan hari pertama, 14/06 saat mata acara demonstrasi pengolahan pangan lokal secara 'tempo dulu.' Hari kedua akan diisi dengan pameran makanan jadi dan foto-foto dari komunitas fotografer.
Desa Oh'aem I dan II Â juga terbatas dalam akses telekomunikasi dan penerangan listrik.
Untuk mengirim atau menerima sms, kita harus mencari titik-titik tertentu, ke tempat yang agak tinggi dan menunggu beberapa saat. Jika telepon genggam sudah menangkap sinyal, jaga agar jangan sampai tubuh atau lenganmu bergeser, bisa hilang lagi sinyalnya.
Begitu kondisinya lima tahun lalu. Semoga kini sudah lebih baik.
Tetapi kata panitia yang pekan lalu mengundang saya, kondisi akses listriknya belum berubah. Listrik ke Oh'aem diproduksi oleh PLN ranting Lelogama, ibukota Kecamatan Amfoang. Listrik hanya menyala di malam hari. Ketika butuh listrik untuk kegiatan di siang hari, kita harus menyediakan genset.
Dengan kondisi yang demikian maka Idulfitri kali ini saya sama seperti Om-Tante, mudik.
KBBI mendefinisikan mudik sebagai verba "(berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman)." Itu arti mudik yang baku. Sementara dalam ragam cakap (tak baku), mudik adalah  "pulang ke kampung halaman."
Oh'aem adalah desa di pedalaman. Pergi ke Oh'aem berarti mudik, harfiah.
Sekali lagi, selamat Idulfitri bagi Om-Tante yang merayakan kemenangan berpantang sebulan penuh. Pengekangan diri membuat hidup menjadi berarti, sebab apalah artinya kemerdekaan melakukan apapun jika itu sama saja kekalahan jiwa atas hasrat daging?
Tabik. [@tilariapadika]
Baca yang lain di Seri EDISI RAMADAN Tilaria Padika