Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

H-1 Lebaran, Mendesain Ucapan Selamat Idulfitri

13 Juni 2018   17:00 Diperbarui: 13 Juni 2018   17:21 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Idul Fitri (Dok. Pribadi)

Idul Fitri adalah momentum bergembira bagi saudara-saudari Muslim. Mereka telah menyelesaikan waktu sebulan penuh hidup dalam pengekangan diri. Tidak mudah tentunya.

Pengekangan diri adalah keutamaan yang dianjurkan dalam agama manapun. Bentuknya rupa-rupa. Silentium, meditasi, mutih, puasa, tapa, mati raga, selibat, pantang, dan lain-lain.

SMP-SMA dulu saya bersekolah di sekolah yang mengharuskan tinggal di asrama. Ada satu aturan dalam asrama terkait latihan pengekangan diri. Silentium,  dari kata dasar sileo, berarti senyap, hening. Silentium adalah bentuk kata kerja berkasus nominatif singular. Kalau bersubjek plural, bentuknya jadi silentia.

Hari Selasa dan Jumat adalah waktu silentium, dimulai siang semenjak pulang sekolah hingga usai doa malam. Artinya berarti hingga esok pagi sebab seusai doa malam normalnya memang orang ber-silentia.

Saat silentia kami tidak boleh bicara atau bicara seperlunya saja, ketika sesuatu sangat butuh untuk dikatakan. Itu juga dengan suara sepelan mungkin. Kami melakukan segala sesuatu dalam diam, sambil merenung atau juga berdoa.

Prinsipnya adalah pengekangan diri. Dengan pengekangan diri, kita diharapkan mampu menyadari hakikat diri, bahwa pada dasarnya daging---metafor dari kehendak duniawi---itu lemah, tetapi jiwa kuat. Jiwa yang kuat dapat mengendalikan keinginan daging. Jiwa yang mengalahkan keinginan daging adalah jiwa yang suci.

Saya pikir demikian pula halnya dengan puasa orang Islam. Mereka berpantang banyak hal, mengendalikan banyak keinginan daging. Tidak mudah. Apalagi itu dilakukan sebulan penuh.

Maka tentu saja saya berempati dan bersimpati atas kemenangan mereka, kemenangan diri berpantang, kemenangan jiwa atas daging. Itu hal yang patut dirayakan dan layak dapat apresiasi.

Empati berarti kita turut merasakan suasana hati orang lain, meski tidak harus eksplisit dinyatakan. Simpati setingkat lebih tinggi lagi sebab kita menyatakannya. Wujud dari empati dan simpati itu adalah pemberian ucapan selamat.

Maka sehari menjelang lebaran Idul Fitri saya sempatkan diri menyusun ucapan selamat dan mendesain gambar ucapan selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun