Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menyusuri Jejak Alfred Wallace di Pulau Semau

7 Juni 2018   04:00 Diperbarui: 19 Juni 2018   05:32 3272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Harian Wallace 1859 berisi informasi spesies burung di Semau. Sumber: researchgae.com

Jika Om-Tante tidak membolos saat pelajaran Biologi atau Geografi semasa sekolah dulu, nama Wallace tentu melekat di kepala. Ia bukan sembarang orang. Alfred Russel Wallace adalah ahli biologi terkemuka yang pernah menulis buku bersama Charles Darwin. Gara-gara Wallace--dan seorang lagi bernama Weber--kita jadi tahu bahwa hewan dan tumbuhan di Indonesia berbeda ciri menurut zona georgrafisnya: Asiatis, peralihan, dan Australis.

Wallace menemukan zona geografis hewan dan tumbuhan di Nusantara yang berbeda antara kawasan Barat yang berciri Asiatis dan kawasan peralihan. Ia menarik garis imajiner yang membelah Indonesia, melintasi laut antara Kalimantan dan Sulawesi dan antara Bali dan Lombok. Garis itu disebut Garis Wallace. Garis ini berpasangan dengan Garis Weber di Timur yang membelah kawasan peralihan dan kawasan Timur yang berciri Australis.

Pulau Semau termasuk wilayah yang Om Wallace ubek-ubek saat riset lapangan pada 1859. Di Pulau Semau Wallace mencatat 24 spesies burung. Sejumlah ahli lain mengikuti jejak Wallace. Loria mengumpulkan 18 spesies burung pada 1889; H. Kate 10 spesies pada 1891; dan C.B.Daniel 19 pada 1911.(1)

Buku Harian Wallace 1859 berisi informasi spesies burung di Semau. Sumber: researchgae.com
Buku Harian Wallace 1859 berisi informasi spesies burung di Semau. Sumber: researchgae.com

Kalau Om-Tante penduduk Kota Kupang dan tidak mudik Idul Fitri, alangkah manisnya kesempatan liburan ini dipakai untuk mengunjungi Pulau Semau. Hitung-hitung semacam wisata napak tilas sejarah ilmuwan Alfred Russel Wallace.

Tetapi bukan napak tilas meneliti burung-burung. Repot itu mah. Saya ajak Om-Tante kunjungi pantai-pantai perjaka dan indah di Pulau Semau. Perjaka maksudnya belum dikelola profesional sebagai tempat wisata. Saya pakai istilah perjaka demi tak dituduh seksis jika gunakan istilah perawan.

Memang belum banyak orang tahu pantai-pantai di Pulau Semau. Om-Tante coba foto-foto di sana lalu unggah ke instagram, para stalker pasti panas penasaran dan rekan-rekan bertanya, "Eehhh, itu di mana? Kok indah banget. Aku belum pernah ke sana. Kamu sedang di luar negeri ya?" Nah.

Pulau Kecil di Ujung Barat Kota Kupang

Semau itu pulau kecil di sisi Barat Pulau Timor. Luasnya 100 kali luas Kelurahan Menteng, tempat tinggal Ibu Megawati dan orang-orang besar dari masa lalu; atau hampir dua kali luas Kodya Jakarta Barat. Kalau Om-Tante orang Jakarta yang mau berlibur ke Semau dan kunjungi semua pantai, latihan dulu berkendaraan keliling Kelurahan Menteng 100 kali saat lalu lintas sepi. Bisa juga dengan cukup dua kali kelilingi Jakarta Barat.

Penghuni Pulau Semau tidak seberapa banyaknya. Tidak sampai 15 ribu jiwa, mendiami perkampungan di 14 desa di 2 kecamatan. Jika dibagi rata, tiap desa dihuni hanya oleh kurang lebih 1.000 orang. Makanya sepi. 

Banyak Sekali Pantainya

Pantai-pantai paling populer terletak di sisi Barat pulau, berturut-turut dari Utara ke Selatan adalah: Pantai Letbaun, Pantai Batu Inan, Pantai Otan, Pantai Onanbalu, Pantai Uihmake, Pantai Utiuh Tuan, dan Pantai Liman.

Pantai-pantai di Semau memang indah. Saya baru sadar saat melihat-lihat foto para pelancong. Mereka punya naluri capturing angel yang indah, mengambilnya dengan komposisi yang tepat. Ya seperti para penulis mengambil sudut pandang yang unik dan menarik. 

Sebenarnya saya tidak pernah ke Semau untuk khusus berwisata. Saya pernah berada di sana beberapa tahun lalu untuk urusan pekerjaan, kuli kontrak untuk sebuah studi pemetaan sistem sumber daya dalam projek berpendekatan sea-scape. Maka jangan heran foto-foto dokpri saya tidak menarik. Jangan kuatir. Saya sudah carikan foto-foto orang lain di laman internet dan tautan ke sumbernya agar Om-Tante bisa telusuri lebih jauh.

Peta Semau. Diolah dari google map
Peta Semau. Diolah dari google map
Untuk sampai ke Semau, Om-Tante harus naik perahu atau kapal feri dari Kota Kupang. Semasa saya bolak-balik Kupang-Semau dulu belum ada rute feri ke sana. Jadi saya naik perahu seperti dalam gambar. Sekarang sudah ada feri pulang-pergi setiap hari Minggu, Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Perjalanan Kupang-Semau hanya butuh 30 menit berperahu motor. Ongkosnya pun murah. Empat tahun lalu hanya Rp 35.000 per sepeda motor termasuk pengendara. Penumpang tanpa sepedar motor cuma Rp 15.000. Saya selalu membawa serta sepeda motor agar mudah dan murah ke mana-mana dibandingkan harus menyewa setiba di Semau.

Perahu motor tersedia setiap saat di pelabuhan Tenau. Kapanpun Om-Tante bisa bertolak ke Semau, demikian sebaliknya. Tetapi jika sudah malam, sebab jarang ada penumpang, Om-Tante bisa sewa borongan seharga Rp 150.000, bisa lebih mahal tergantung kelihaian tawar-menawar.

Setelah 30 menit berperahu motor, melaju diombang-ambingkan ombak kecil, tibalah kita di pelabuhan Hansisi. Kita sandar di pelabuhan rakyat beberapa ratus meter dari pelabuhan feri.

Kini dengan adanya kapal feri seharusnya Om-Tante sudah bisa bawa mobil ke Semau. 

Perahu motor mungil yang akan antarkan kita ke Pulau Semau. Dokpri
Perahu motor mungil yang akan antarkan kita ke Pulau Semau. Dokpri
Sekarang mari kita susuri Pantai-Pantai itu. Kita mulai dari Dermaga Hansisi (google map coordinate: 1011'04.5"S 12328'58.5"E) dan bergerak 3 km menuju pertigaan Uiasa (koordinat google map 1010'51.1"S 12327'22.9"E). Sampai di sini, jika Om-Tante ingin ke Pantai Letbaun, belok kanan.

Saya belum pernah ke pantai Letbaun sebab belum pernah ada pekerjaan yang mengharuskan  ke sana. Maka kita belok kiri atau tepatnya jalan lurus.

Setelah 6 km, kita sampai di pertigaan Uitao (koordinat 1011'29.3"S 12324'46.6"E). Ada dua pilihan lagi. Kalau mau ke Batuinan dulu, sila belok kiri. Kalau mau ke Otan, belok kanan.

Saya belum pernah ke Batuinan langsung dari cabang ini. Biasanya dari Otan dulu. Jadi bagaimana jika ke Batuinannya kemudian saja, terakhir sebelum kita ke Letbaun?

Baiklah. Sekarang belok kanan, kita menuju Otan. Jarak dari pertigaan Uitao ke Pantai Otan hanya sekitar 4 km.

Kini sampailah kita ke Pantai Otan (koordinat: 1010'15.8"S 12323'12.0"E).

Di Otan ini ada Pom bensin. Jangan lupa isi bensin di sini jika isi tangki menipis. Di Otan juga ada kolam pemandian (bukan kolam renang).

Pantai Otan

Pantai Otan berpasir putih, lebar dan sangat panjang. Om-Tante bisa lomba lari atau balap karung tanpa hambatan apa-apa di sepanjang pantai sepanjang 2 kilometer. Sebenarnya bisa lebih panjang lagi, tetapi di ujung 2 km itu Om-Tante sudah sampai di Pantai Batu Inan.

Jadi kalau Om-Tante mau beradegan Baywatch di sini cukup 1 km saja lah. Nanti kan kita singgah di Batu Inan pas pulang.

Saya tak punya foto yang bagus di pantai Otan.Kita pinjam saja foto Om Sutiknyo dari situs lostpacker.com. Ini dia.

Pantai Otan. Sumber: Sutiknyo, lostpacker.com
Pantai Otan. Sumber: Sutiknyo, lostpacker.com
Pantai Onanbalu

Dari Pantai Otan, kita bergerak ke arah Selatan menuju Pantai Onanbalu.

Kita pilih jalan susuri pantai, tak usah ikut kampung. Jika Om-Tante mengendarai motor sebaiknya hati-hati sebab ini jalan tanah bercampur pasir. Jangan terlalu kuatir juga, padat kok. Ini jalanan motor. Bisa juga dilewati mobil, asal jangan pakai sedan saja.

Lebih bagus lagi jika motor atau mobil bisa disuruh jalan sendiri. Om-Tante berlari-lari kecil sepanjang pantai berpasir putih. Asyik kok. Saya belum pernah coba.

Setelah berlari-lari kecil sepajang 5 km, sampailah kita di Bokonusan (koordinat: 1012'53.2"S 12321'37.5"E). Itu nama kampung. Pantai di Bokonusan bisa disebut pantai Bokonusan. Tetapi pantai ini tidak populer untuk wisata. Mungkin karena banyak petani rumput laut di sana. Atau bisa juga karena bersambungan dengan pantai Onanbalu. Artinya jika Om-Tante beradegan lari-lari baywatch lagi sepanjang 1,5 km ke arah Selatan, Om-Tante sedang menjejak pantai Onanbalu (koordinat: 1013'28.3"S 12321'04.1"E)

Pantai Onanbalu. Dokpri
Pantai Onanbalu. Dokpri
Pantai Uihmake

Pantai Uihmake hanya 700 meter di Selatan Pantai Onanbalu. Kita tidak bisa lagi lari-lari kecil susuri bibir pantai sebab keduanya terpisah tebing dan bebatuan.

Banyak yang bilang Pantai Uihmake adalah pantai terindah sebab tidak sepanjang pantai-pantai lainnya, terletak agak tersembunyi dari jalan dan karena itu terkesan pantai privat. 

Foto Pantai Uihmake berikut adalah foto Om Baktiar Sontani yang menulis perjalannya di blog awalnya.blogspot.com.

Pantai Uihmake. Sumber: Baktiar Sontani/awalnya.blogspot.com
Pantai Uihmake. Sumber: Baktiar Sontani/awalnya.blogspot.com
Pantai Utius Tuan atau Oetefu Besar

Dari pantai Uihmake kita berkendara 8 km ke arah Selatan dan tiba di Pantai Utius Tuan (koordinat 1017'02.7"S 12318'33.8"E).

Utius Tuan dikenal juga sebagai Oetefu Besar. Penyebutannya tergantung Om-Tante bertanya kepada suku apa. Orang Helong (penghuni asli Pulau Semau) menyebutnya Utius Tuan. Orang Rote menyebutnya Oetefu Besar. Artinya sama saja.

Kalau mau ke pantai, saran saya Om-Tante singgah dulu di rumah kades. Namanya Bapak Samuel. Rumahnya tidak jauh dari pantai. Dari teras belakang rumah Pak Kades, susuri saja kebunnya yang penuh aneka tanaman buah. Kebun Pak Kades berbatasan langsung dengan pantai.

Saya sendiri belum pernah sampai ke pantai. Sejauh-jauhnya langkah saya, selalu tertahan di bawah pokok Mangga. Heuheuheu. Bosan juga lihat pantai Om-Tante.

Foto pantai Utius Tuan berikut saya ambil punya Om Sutiknyo dari situs lostpacker.com.

Pantai Utius Tuan. Sumber: Sutiknyo/lostpacker.com.
Pantai Utius Tuan. Sumber: Sutiknyo/lostpacker.com.
Pantai Liman

Hari sudah sore ini. Sekarang kita ke pantai Liman. Hanya 300 meter dari Pantai Utius Tuan. Tinggal menyeberang bukit kecil, 300 meter jaraknya.

Orang-orang yang ke pantai Liman lazim sempatkan diri ke Bukit Liman. Katanya pemandangan pantai-pantai di Semau terlihat sangat indah dari puncak Bukit Liman.

Saya belum pernah ke sana. Kita cukup melihat bukitnya dari jauh ya, dari arah pantai di foto Om Baktiar Sontani di blog awalnya.blogspot.com.

Pantai Liman. Sumber: Baktiar Sontani/awalnya.blogspot.com
Pantai Liman. Sumber: Baktiar Sontani/awalnya.blogspot.com

Nah, masih ada dua pantai lagi, Pantai Batuinan dan Pantai Letbaun. Tetapi Om-Tante ke sana sendiri saja ya. Saya lelah, Tante. Tidak susah kan ke sana. Ikuti saja jalan yang tadi, kebalikan arahnya.

Letbaun dan Batu Inan

Di Letbaun (koordinat 1007'47.9"S 12324'53.0"E) nanti, selain pantai, Om-Tante juga bisa kunjungi 3 gua stalaktit. Kabarnya di dalam gua ada mata air dan kolam air payau. Om-Tante bisa mandi-manti di sana.

Sementara di Batuinan, saran saya selain pantai, Om-Tante sempatkan berkunjung ke Uitbaktoas. Di sinilah tempat yang bagi saya paling menarik dikunjungi.

Uibaktoas adalah lokasi mata air bagi warga Desa Batuinan. Di sana Om-Tante bisa lihat apa yang saya bilang sebagai contoh paling gamblang dari tragedy of common. Di sana, pada lahan seluas setengah hektar, Om-Tante temukan kurang lebih 48 buah sumur.

Om-Tante tahu apa maknanya? Itulah contoh ketika masyarakat tidak bisa mengorganisasikan diri secara kolektif. Orangg-orang berebut pemanfaatan sumber daya. Hasilnya, sebagian besar sumur sudah mengering. Sungguh tragedy of common. Om-Tante bisa baca laporan lengkap saya tentang Semau dengan mengunduh dokumen "Profil Sistem Sumber Daya Masyarakat Pulau Semau."

Baca yang lain di Seri EDISI RAMADAN Tilaria Padika

to share, to care
to share, to care

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun