Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengaruh Tiongkok dalam Kelahiran Pancasila 1 Juni

30 Mei 2018   22:52 Diperbarui: 10 Juni 2018   14:09 3198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tetapi pada tahun 1918, alhamdulillah, ada orang lain yang memperingatkan saya, -- ialah Dr SunYat Sen! Di dalam tulisannya "San Min Chu I" atau "The Three People's Principles", saya mendapat pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan oleh A. Baars itu. Dalam hati saya sejak itu tertanamlah rasa kebangsaan, oleh pengaruh "The Three People"s Principles" itu."--Soekarno, Pidato 1 Juni 1945

Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengadakan sidang untuk pertama kalinya, 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Sidang itu hanya membahas satu agenda saja: apa dasar dari negara Indonesia Merdeka nanti.

Satu per satu anggota BPUPKI berpidato hingga tibalah giliran Soekarno pada 1 Juni 1945.

Soekarno berpidato tanpa teks---tetapi terekam dengan baik dalam notulensi, bisa diunduh salinan teks-nya dalam laman kepustakaan-presiden.pnri.go.id atau dibaca dalam krjogja.com---menyampaikan gagasannya tentang dasar negara. Momentum ini kemudian kita peringati sebagai Hari Lahir Pancasila.

Hemat saya materi pidato Soekarno dapat dibagi atas tiga bagian utama. Pertama ia ajukan argumentasi mengapa kemerdekaan Indonesia sangat mendesak, dan apa syarat-syarat negara merdeka.

Soekarno merasa perlu menyampaikan ini di awal sebab ia melihat sejumlah anggota BPUPKI yang berpidato sebelum dirinya menyatakan keraguan atas kesegeraaan kemerdekaan Indonesia.

Menurut Soekarno, keraguan itu muncul karena anggota BPUPKI terlalu detil menghitung segala sesuatu, berpikir terlalu zwaarwichtig (berat) dan jelimet.

Padahal menurut Soekarno, untuk mendapatkan pengakuan internasional, agar sah sebagai negara yang merdeka secara politik, internationalrecht (hukum internasional) hanya mensyaratkan tiga hal: bumi, rakyat, pemerintah yang teguh!

Kemerdekaan Indonesia yang mendesak adalah kemerdekaan politik, politieke onafhankelijkheid.

Kemerdekaan politik sekedar jembatan emas. Baru setelah melewati jembatan emas itu, bangsa Indonesia yang merdeka berjuang untuk menyehatkan, mencerdaskan, dan menyejahterakan rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun