Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sajadah untuk 3 Om Ismail

8 Juni 2018   04:00 Diperbarui: 19 Juni 2018   05:45 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak ragam barang yang dikirimkan. Yang paling mahal adalah sajadah yang lumayan tebal dan lembut, terasa mewah. Memang bukan kemewahan ideal sebab hanya berwarna serupa bendera partai dengan cetakan timbul lambang dan nama partai. Terima saja, tak ada makan siang gratis.

Sebagai ketua Bapilu, saya memiliki hak untuk mengaturnya. Karena itu saya hanya membagikannya kepada para caleg miskin yang mengenal tokoh muslim miskin di dapilnya. Dengan begitu saya harap sajadah-sajadah itu  sampai ke tangan yang tepat dan berbuah suara saat Pemilu nanti.

Target subjektif saya---yang memang agak curang dan berkepentingan diri---ada cukup sajadah yang tersisa untuk saya bagikan kepada orang-orang yang saya kenal, terutama kalangan keluarga. Heuheuheu.

Maka setelah dibagikan kepada pengurus, tersisa tiga sajadah di tangan saya. Yang tersisa pun yang paling mahal. Kata teman yang membawanya dari Jakarta,  sajadah-sajadah itu kelas premium yang harganya 250 ribu. Hanya empat yang begitu. Yang lain sajadah biasa yang tidak sampai Rp 50 ribu.

Tiga dari empat sajadah termahal itulah yang akan saya bagikan kepada keluarga di Manggarai sana, terutama di Manggarai Timur.

Di Manggarai Timur banyak keluarga nenek dari pihak ibu yang muslim. Paman ibu separuh yang Katolik, separuh yang Islam. Demi toleransi, suku genealogis ibu berpantang makan daging babi, entah Islam, entah Katolik. Jadi semacam pantangan keluarga.

Semua paman saya (saudara laki-laki ibu) dan mama kecil-mama tua (saudara perempuan ibu) tidak satupun makan daging babi meski semuanya Katolik. Sampai di generasi kami, hanya tinggal separuh saudara-saudara sepupu yang masih berpantang babi. Saya sendiri sangat rakus makan daging babi, apalagi jika diolah sebagai se'i, daging asap khas Timor yang masyur itu.

Bertanyalah saya kepada Ibunda, kerabat jauhnya yang Muslim di Manggarai sana dan tergolong tokoh. Ibu lanjut bertanya kepada paman saya. Setelah disaring berdasarkan ketokohan dan kebutuhan akan sajadah, muncullah tiga nama: Ismail, Ismail, dan Ismail.

"Mengapa nama mereka serupa saja?" Penasaran saya bertanya kepada ibunda. Rupanya beliau pun tidak tahu dan sudah lama heran akan soal ini. Mengapa semua ponakan jauh ibunya (nenek saya) namanya begitu-begitu saja.

Tetapi sudahlah, tak jadi soal. Dua Om Ismail adalah imam masjid, sementara yang seorang lagi tokoh di desanya.

Melalui mahasiswa yang pulang berlibur, yang bersedia mengantarkan karena berdekatan kampung dengan alamat tujuan, berlayarlah tiga sajadah itu. Satu kepada Om Ismail, satu kepada Om Ismail, dan satunya lagi kepada Om Ismail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun