Berbuka dengan Cucuru bayao jawab mereka.
Cucuru bayao adalah kue khas etnis Bugis. Bahkan boleh dikatakan kue keramat.
Cucuru bayao tergolong kue talam. Â Itu lho, kue beradonan dasar tepung (terigu, tepung beras, dan atau tapioka) dan gula (gula pasir atau gula merah) yang dikukus dalam loyang cetakan. Hampir semua suku di Nusantara memiliki tradisi kue talam.
Cucuru bayao, kue talam Bugis, unik adonannya. Harus ada telur bebek dan kenari. Tanpa itu bukan Cucuru bayao namanya.
Keunikan kedua, setelah dikukus, Cucuru bayao direndam dalam larutan gula. Terbayang kan betapa  manisnya?
Keunikan ketiga---ini sebabnya Cucuru bayao disebut kue keramat-- pembuat kue ini harus dalam keadaan bersih fisik dan hati. Tangan pembuatnya harus dicuci bersih, sebaiknya sudah mandi, Â berpakaian bersih dan rapi seperti saat hendak ke kondangan. Demikian pula kondisi hati, tidak boleh sedang marah atau sedih.
Inilah yang paling dirindukan Indah dari Ramadan semasa dirinya masih gadis dan tinggal bersama keluarga besar. Indah sering membantu nenek membuat adonan Cucuru bayao. Nenek selalu bertanya apakah Indah sudah mencuci bersih tangan, apakah hati Indah sedang bergembira. Jika wajah Indah menekuk, pertanda tak sedang gembira, nenek melarangnya membantu.
Bila bentuk Cucuru bayao yang keluar dari loyang kurang indah, misalnya bulat pipihnya kurang cantik, atau rasa Cucuru bayao setelah diangkat dari rendaman gula terasa kurang manis, nenek akan memandang dengan sorot mata penuh selidik, bertanya jika Indah sedang sembunyikan kesal atau gundah.
Andi juga mengenang saat-saat itu. Sebagai anak lelaki, ia tidak turut serta membuat Cucuru bayao. Ia hanya ikut menikmati.
Saat berbuka puasa bersama keluarga, Andi paling senang meledek adik perempuan tersayang, berpura-pura merasa Cucuru bayao kurang manis, dan bergurau jika si adik sedang kesal karena tak bisa jumpa kekasih selama Ramadan.
Suasana itu lah yang dikenang Andi dan Indah. Mereka kehilangan itu.
