Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kamilus Tupen, Masih Hal Baik dari NTT

13 Mei 2018   17:12 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:19 1469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamilus Tupen. Sumber: facebook.com/Kamilus Tupen Jumat

Anggota yang menjadi majikan (yang kebun atau rumahnya dikerjakan anggota lain) dapat membayar pinjaman (sejumlah upah yang dibayarkan KTL kepada para pekerja) dengan mengajukan diri menjadi pekerja untuk proyek yang dimiliki anggota lain. Upah yang diperoleh digunakan sebagiannya untuk mencicil pinjaman ketika sebelumnya berperan sebagai majikan.

Menarik bahwa tingkat upah per jam untuk jenis-jenis pekerjaan dibahas dan diperdebatkan bersama. Tingkat upah dinilai berdasarkan beban kerja dan kelangkaan keahlian. Mereka menyebut prinsip yang mendasarinya sebagai "upah imbang kerja."

Suatu ketika Pak Kamilus bertanya kepada saya mengapa dengan mendirikan KTL, ia pernah dituduh orang menjalankan praktik komunis. Saya katakan jangan kuatir sebab prinsip keadilan dalam masyarakat Komunis adalah setiap orang mendapatkan sesuai apa yang ia butuhkan, sementara prinsip dalam KTL baru pada tahap yang sama seperti sosialisme yaitu setiap orang mendapatkan sesuai apa yang ia sumbangkan. Prinsip upah imbang kerja.

KTL telah memberikan sejumlah manfaat bagi masyarakat Desa Tuwa Goetobi dan orang-orang Adonara, antara lain berupa:

Pertama, KTL mendorong peredaran cash money di Lewowerang. Kelangkaan cash money adalah salah satu problem utama pada masyarakat ekonomi Mente---sebab bergantung kepada panen Mente setahun sekali---dan menjadi penyebab banyaknya penduduk desa yang merantau.

Kedua, KTL membantu kaum perempuan yang ditinggal merantau suami dengan memberikan mereka pekerjaan (jika mereka anggota KTL) dan memproduktifkan kembali kebun-kebun mente. Dengan membiayai pinjaman tenaga kerja,  KTL memungkinkan kebun-kebun mente para perempuan itu kembali dirawat.

Ketiga,  TKI asal Adonara di Malysia dan Papua dapat membangun rumah dan memproduktifkan kebun mente meski mereka sedang jauh di rantauan. Dengan menjadi anggota KTL, TKI asal Adonara cukup mengirimkan uang untuk membayar pinjaman tenaga kerja di kampung guna membersihkan kebun Mente dan membangun rumah.

Keempat, tidak seperti koperasi yang seringkali---oleh kelonggaran dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi---hanya memberikan pinjaman tanpa mendorong peningkatan penghasilan anggota, sistem dalam KTL justru membuat anggota-anggotanya mendapatkan pekerjaan.

Oleh praktik sederhana itu, Pak Kamilus dan KTL meraih sejumlah penghargaan. Ada Kusala Award 2013; salah satu praktik cerdas dalam Festival Forum Kawasan Timur Indonesia VII 2016; Tite Hena Awards 2017, dan sejumlah penghargaan lain.

Bagaimana Perkembangan KTL Kini?

Beberapa penggiat perubahan pernah bertanya, bagaimana perkembangan KTL kini. Mereka cemas sebab cukup lama tidak mendengar nama itu muncul lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun