Artikel ini adalah iktisar dari  ulasan yang pernah dipublikasikan di Majalah Inisiatif milik Perkumpulan Pikul. Sebaiknya Om-Tante unduh. Ada sejumlah kisah tentang aktor-aktor perubahan lainnya. Saya akan memberikan beberapa update kondisi terkini.
***
Di Desa Tuwa Goetobi, Kecamatan Witihama di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur berdiri koperasi unik, Kelompok Tani Lewowerang (KTL).
KTL unik terutama karena yang ditabung dan dipinjam bukan hanya uang, tetapi terutama sumber daya manusia, tenaga kerja.Â
KTL digagas Kamilus Tupen, lelaki kelahiran Witihama, Adonara, 5 Oktober 1964.
Pak Kamilus menggagas pendirian KTL sepulang dari Malaysia. Ia memang pernah menjadi TKI, meninggalkan pekerjaannya sebagai guru honorer mata pelajaran Fisika di SMP dan SMU Witihama.Â
Pak Kamilus bukan TKI sembarangan. Pada 1990 ia bekerja di Ally Azram Holding Company dan menjadi pegawai penting yang menjalankan fungsi manajer di kantor cabang Kinabalu. Ally Azran bergerak di bidang ekspor-impor dan ekspedisi.
Tetapi seperti umumnya lelaki Adonara, Pak Kamilus tidak lupa pada nilai glekat lewo (membangun kampung) dan karena itu memutuskan kembali ke kampung halaman setelah sepuluh tahun merantau.
Semula ia tidak langsung kembali ke Adonara. Pak Kamilus tinggal dulu setahun di Larantuka, ibu kota Flores Timur. Bupati Flotim saat itu memintanya bekerja sebagai manajer Flotim TV.
Karena banyak mengkritik kebijakan bupati, Pak Kamilus mengundurkan diri dan kembali ke kampung halaman. Ia pun mulai memasarkan gagasan-gagasan yang kelak mewujud dalam bentuk Kelompok Tani Lewowerang.
Pak Kamilus mengambil hikmah selama merantau di Malaysia. Ia melihat seseorang toke (majikan) bisa kaya raya hanya dengan menggaji seorang manajer dan banyak buruh untuk menjalankan usaha. Si Toke tidak perlu bekerja keras. Ia membayar keringat buruh untuk itu. Toke juga tidak perlu memiliki kecakapan manajemen, karena ada manajer yang diupahnya.