Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Elite Politik Merusak Bahasa

15 Mei 2018   06:45 Diperbarui: 15 Mei 2018   19:18 2887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang lebih kini, Gregory Shafer katakan "Instead of speaking in genuine terms about an issue, they resort to sound bites and code words to distort reality and avoid answering a question." ("Political Language, Democracy, and the Language Arts Class" dalam English Journal 103.2 (2013): 30--37).

Di mulut politisi yang jadi cakada di NTT, tidak pernah akan keluar informasi tentang kebenaran bahwa pembangunan jalan di NTT bersumber pada transfer dana pusat, dan itu artinya jika dana digunakan merata yang ter-cover hanya  sekitar 2 km lebih sedikit panjang jalan baru di tiap-tiap kabupaten. Yang akan keluar dari mulut mereka adalah bahwa penyebab dari problem keterbatasan infrastruktur di NTT semata-mata ketidakbecusan pemerintahan sebelumnya.

Bagaimana caranya si cakada sebagai pemimpin baru akan jadi lebih becus, tak terjelaskan. Pokoknya publik percaya saja, begitu cakada baru terpilih, sim salabim, segalanya jadi tiba-tiba becus.

Ternyata berbohong--atau lebih halus dikatakan sengaja membingungkan--dalam pernyataan politik itu bukan monopoli politisi Indonesia. Rupanya sebagaian besar politisi seperti itu.

Mengapa bisa begitu?

Mungkin karena mayoritas  politisi  hanya mengejar kekuasaan. Kekuasaan jadi tujuan. Kekuasaan an sich. Jadi bukan memperjuangkan kekuasaan untuk mewujudkan idealisme mereka tentang kehidupan publik yang lebih baik.

Adakah politisi yang tidak seperti itu?

Ada donk. Saya misalnya. Anda keberatan saya puja-puji diri sendiri?

Saya politisi, lho. Politisi tidak harus menjadi caleg lah. Meski sebaiknya memang menjadi caleg, capres, cagub, cabub. Tetapi ketika ada prinsip-prinsip yang tidak dapat dikompromikan dan membuat kita sadar tidak ada di antara partai-partai mapan sekarang ini dapat dijadikan kendaraan politik yang benar, ya minimal menulis tentang politik, tentang gagasan-gagasan Anda akan kehidupan publik yang seharusnya. Jangan lupa, sambil menulis, ajak orang-orang  yang segagasan untuk membangun parpol sendiri.

Para politisi parpol mapan saat ini ya gitu deh. Banyak yang suka kibul. Tetapi selama orang-orang baik tidak berpolitik, isi panggung politik praktis memang melulu hanya tukang kibul dan perusak bahasa. Sialnya, kebijakan publik adalah hasil dari politik dan kebijakan publik berdampak---langsung dan tak langsung--ke mana-mana, termasuk kepada harga celana dalam kita.

Begitu.

***

Tilaria Padika

12052018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun