Sebagaimana penganut Islam di seluruh dunia, masyarakat muslim Kota Kupang tentu memandang spesial bulan Ramadhan. Karena itu sejumlah persiapan sudah mereka lakukan jauh-jauh hari, setidaknya selama bulan Sya'ban, sebulan sebelum Ramadhan.
Sedikit catatan, yang baku menurut KBBI adalah kata Ramadan. Tetapi karena penghilangan huruf 'h' secara etimologi menghasilkan arti yang sangat berbeda dengan kata Ramadhan, saya memilih memilih menggunakan keduanya bergantian.
Bagaimana persiapan umat Islam di Kota Kupang menyambut Ramadhan? Apa saja yang mereka lakukan? Saya coba bertanya kepada para kenalan melalui media sosial dan whatsapp. Dari jawaban lima orang kenalan, terangkumlah lima persiapan utama mereka. Mari kita lihat.
Pertama, menabung.
Pak Abdul, guru SMK dan peternak ayam ketatkan ikat pinggang selama dua bulan menjelang Ramadan. Ia ajak istri mengevaluasi pengeluaran rutin rumah tangga  dan mengatur ulang rencana keuangan. Pengeluaran rutin yang bisa dipangkas mereka pangkas. Porsi belanja mereka kurangi. Mereka juga berkomitmen mudah merogoh dompet untuk hal-hal di luar rencana.
Pak Abdul melakukan itu agar bisa sisihkan uang untuk keperluan selama Ramadhan.
Selama Ramadan pengeluaran dapur memang meningkat. Pak Abdul harus membeli bahan-bahan pangan bergizi dan berenergi tinggi untuk mengimbangi puasa yang mereka laksanakan. Frekuensi makan yang berkurang harus diimbangi dengan asupan makanan bergizi agar Pak Abdul dan keluarga tidak jatuh sakit.
Selain itu, sebagian uang hasil penyisihan akan Pak Abdul gunakan untuk perbanyak amal di bulan Ramadhan. Ia dan istri sudah berencana akan menggelar dua kali buka puasa bersama, sekali di panti jompo, sekali di panti asuhan. Beberapa hari lalu Pak Abdul sudah mencari tahu ke panti asuhan yang dikelola umat seagamanya.
Pak Abdul dan Istri juga berencana membelikan beberapa hadiah lebaran untuk selusin narapadina penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pak Abdul, beramal di bulan Ramadan berbuah pahala lebih besar.
Menabung uang yang berhasil disisihkan selama beberapa bulan menjelang Ramadan juga dilakukan Dewi, lajang perantau dari Jawa. Untuk menambah tabungan, Dewi juga mengambil beberapa order pekerjaan kecil yang bisa ia lakukan selepas jam kantor.
Berbeda dengan Pak Abdul, Dewi menabung untuk bisa membeli tiket pesawat untuk mudik saat liburan Idul Fitri dan membelikan hadiah lebaran bagi kakak, adik, ipar, dan keponakan-keponakannya.
"Yang mahal itu untuk saudara perempuan, Om. Mbakyu saya tiga biji, adik perempuan dua batang. Minta dihadiahi sarung tenun. Lha, yang murah saja 300an ribu selembar. Itu belum termasuk ipar-ipar dan keponakan yang segudang." Demikian Dewi menjawab pesan whatsapp saya.
Kedua, memperbaiki pola hidup: berolahraga, tidur cukup dan teratur
Tidak hanya menambung uang untuk membeli tiket mudik lebaran dan oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman saat Idul Fitri, Dewi juga persiapkan diri menghadapi Ramadan dengan meningkatkan stamina tubuh. Perubahan pola makan yang tiba-tiba berisiko sakit.
Untuk menjaga kesehatan, Dewi memperbaiki pola hidup. Dua hal utama untuk itu adalah memperbaiki pola tidur dan lebih teratur berolahraga.
Bulan-bulan sebelumnya Dewi tidur tidak teratur. Ada saat ia tidur larut, yaitu ketika menggondol pulang pekerjaan kantor agar lolos tenggat waktu. Di malam minggu, Dewi juga tidur lebih larut. Tanpa pacar, ia mengisi malam minggu dengan menonton film secara daring. Kesukaannya adalah drama Korea dan film musikal, terutama Bollywood.
Sudah dua pekan ini Dewi lebih ketat mengatur tubuh. Ia berusaha lebih optimal memanfaatkan jam kerja agar tidak perlu ada tugas yang harus dibawa pulang ke kos. Dengan begitu ia bisa tidur lebih dini. Ia juga membatasi waktu menonton film, cukup 1 film seri dan 1 film panjang di malam minggu.
Dengan tidur lebih dini, Dewi bisa bangun lebih awal dan bugar. Ia gunakan waktu lowong di pagi hari sebelum ke kantor dengan berolahraga. Dua minggu ini setidaknya sudah 6 hari Dewi sempat lari pagi, mengelilingi ruas jalan El Tari I di depan Kantor Gubernur.
Ketiga, mengurangi porsi makan siang.
Dua orang muda, Adi (mahasiswa) dan Ima (tamat SMK, tidak lanjut kuliah tetapi juga belum kerja), punya jurus serupa dalam mempersiapkan diri menghadapi Ramadan.
Kedua orang muda yang tak saling kenal ini rupanya punya masalah yang sama. Puasa mereka sering batal karena tidak tahan lapar. Pada bulan puasa tahun lalu, nyaris setengah puasa Adi yang bolong. Demikian pula Ima. Gadis itu mengaku sangat menyesal meski hanya beberapa hari puasanya yang bolong.
Agar pengalaman tahun lalu tidak terulang, Adi dan Ima mempersiapkan diri dengan perlahan-lahan menyesuaikan kebutuhan perut mereka. Adi sudah sepekan, Ima sudah lebih dari dua minggu mengurangi porsi makan siang hingga separuh dari biasanya.
Awalnya terasa berat. Tetapi setelah beberapa hari berjalan, Adi dan Ima merasa perut  mereka mulai terbiasa. Ima bahkan sudah siap melewatkan jam makan siang beberapa hari sebelum bulan puasa dimulai.
Keempat, menumpuk bahan pangan
Bu Yuni, Â ibu rumah tangga, sudah terbiasa menjalani puasa. Ia tidak pernah bermasalah dengan itu. Puasanya selalu paripurna, kecuali saat ia sedang mengandung anak dahulu. Kini sudah tiga anaknya.
Maka persiapan Bu Yuni menghadapi bulan puasa tidak terkait diri sendiri. Ia punya persoalan lain: harga-harga barang, terutama bahan pangan.
Meroketnya harga bahan pangan dan makanan jadi di bulan Ramadan memang kecemasan utama emak-emak. Demikian pula Bu Yuni dan mak-mak lain di Kupang.
Untuk menghadapi itu, Bu Yuni sudah jauh-jauh hari membeli bahan pangan mentah dan makanan jadi yang tidak mudah busuk. Ia menumpuk gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, kentang, dan bawang. Ia juga membeli buah kemudian mengawetkannya sebagai manisan.
Bu Yuni membeli buah dalam jumlah banyak. Buah itu ia kupas dan potong kecil-kecil kemudian direndam dalam lauran gula di dalam toples dan menyimpannya dalam kulkas.
Buah adalah komponen makanan penting bagi keluarga terutama saat bulan Ramadhan, saat anak-anak dan suami butuh asupan vitamin dan serat yang cukup untuk stamina dan kesehatan mereka menjalani puasa.
Kelima, utak-atik resep kue.
Selain menumpuk pasokan bahan makanan, Yuni juga mencoba-coba resep baru. Selama sebulan ini ia rajin mencari resep-resep kue kering dan kue basah dengan bahan-bahan berkalori tinggi di internet.
Yuni mencoba beragam cara mengolah dan menyajikannya. Yuni harap dengan aneka sajian kue kering dan kue basah  yang berbeda-beda setiap hari, Ia dapat hadirkan suasana menyenangkan di tengah keluarga saat berbuka puasa.
Nah, demikianlah persiapan masyarakat Kota Kupang pemeluk Islam yang mungkin dapat tergambarkan dari persiapan lima kenalan daring saya. Bagaimana dengan Anda, Om-Tante?
Selamat menunaikan ibadah puasa. Damai sertamu.
Baca yang lain di Seri Edisi Ramadan Tilaria Padika
***
Tilaria Padika
_____
Aktivitas orang-orang adalah simbol. Dibaliknya berbaring makna: nilai, prinsip, cara mereka memandang kehidupan. Mempelajari dan menuliskan aktivas saudara/i muslim selama Ramadan adalah cara memahami mereka, merupakan bentuk lain dialog antar umat bergama. Untuk inilah rangkaian artikel bertema ramadan ini dibuat, tentu saja juga untuk taklukkan tantangan menulis sebulan penuh tema Ramadan di Kompasiana.
_____
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H