Agar pengalaman tahun lalu tidak terulang, Adi dan Ima mempersiapkan diri dengan perlahan-lahan menyesuaikan kebutuhan perut mereka. Adi sudah sepekan, Ima sudah lebih dari dua minggu mengurangi porsi makan siang hingga separuh dari biasanya.
Awalnya terasa berat. Tetapi setelah beberapa hari berjalan, Adi dan Ima merasa perut  mereka mulai terbiasa. Ima bahkan sudah siap melewatkan jam makan siang beberapa hari sebelum bulan puasa dimulai.
Keempat, menumpuk bahan pangan
Bu Yuni, Â ibu rumah tangga, sudah terbiasa menjalani puasa. Ia tidak pernah bermasalah dengan itu. Puasanya selalu paripurna, kecuali saat ia sedang mengandung anak dahulu. Kini sudah tiga anaknya.
Maka persiapan Bu Yuni menghadapi bulan puasa tidak terkait diri sendiri. Ia punya persoalan lain: harga-harga barang, terutama bahan pangan.
Meroketnya harga bahan pangan dan makanan jadi di bulan Ramadan memang kecemasan utama emak-emak. Demikian pula Bu Yuni dan mak-mak lain di Kupang.
Untuk menghadapi itu, Bu Yuni sudah jauh-jauh hari membeli bahan pangan mentah dan makanan jadi yang tidak mudah busuk. Ia menumpuk gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, kentang, dan bawang. Ia juga membeli buah kemudian mengawetkannya sebagai manisan.
Bu Yuni membeli buah dalam jumlah banyak. Buah itu ia kupas dan potong kecil-kecil kemudian direndam dalam lauran gula di dalam toples dan menyimpannya dalam kulkas.
Buah adalah komponen makanan penting bagi keluarga terutama saat bulan Ramadhan, saat anak-anak dan suami butuh asupan vitamin dan serat yang cukup untuk stamina dan kesehatan mereka menjalani puasa.
Kelima, utak-atik resep kue.
Selain menumpuk pasokan bahan makanan, Yuni juga mencoba-coba resep baru. Selama sebulan ini ia rajin mencari resep-resep kue kering dan kue basah dengan bahan-bahan berkalori tinggi di internet.