Sekali lagi, pusat yang menyimbolkan Sang Ilahi, dan akses tiap-tiap orang yang sama kepada sentral. Seperti sistem lodok, demikian pula arsitektur rumah gendang.
Compang dan Natas
Tak hanya pembagian lingko berbentuk lodok dan arsitektur rumah berbentuk kerucut, pola pemukiman orang Manggarai juga berbentuk lingkaran dengan makna yang hampir mirip.
Beo sebagai pemukiman asli orang Manggarai memiliki fitur utama berupa compang, tempat persembahan yang ditandai dengan tumpukan batu membentuk mesbah, kadang mengelilingi sebatang pohon besar.Â
Compang terletak di tengah atau pada kepala halaman luas yang disebut natas. Rumah-rumah dibangun mengelilingi natas, dengan pintu-pintu menghadap natas. Sekali lagi lingkaran.
Sebagaimana mangka (gasing) teno pada lodok, seperti gasing pada bubungan atap, demikian pula compang, mesbah persembahan menjai pusat natas, pusat kampung.
Jadi Om-Tante, ketika Bung Karno merumuskan Pancasila, yang jika diperas menjadi trisila: sosio-demokrasi dan sosio-nasionalisme berdasarkan Ketuhanan, sungguh saya setuju jika ia mengklaim itu sebagai kristalisasi nilai-nilai Nusantara. Demikianlah simbol-simbol dalam kebudayaan Manggarai itu bermakna.
Sebagai penutup, yuk nikmati lagu berbahasa Manggarai yang dinyanyikan Tohpati (ciptaan Ivan Nestorman). Pesan-pesannya mencerminkan semangat kebersamaan.
***