"As I write these lines, the proletariat of Europe and America is holding a review of its forces; it is mobilized for the first time as One army, under One Bag, and fighting One immediate aim: an eight-hour working day, established by legal enactment.... "
Demikian seseorang yang sangat penting dalam sejarah May Day, yang pada sebuah kongres internasional di tahun 1889 mengusulkan May Day dijadikan hari unjukrasa kaum buruh sedunia menulis di tahun 1890.
Hari ini kaum buruh di Indonesia, sebagaimana buruh di negara manapun di dunia kembali memenuhi jalan-jalan di kota-kota industri. Hanya saja sepertinya agak aneh jika kita menyebutnya 'as one army, under one bag' sebab dalam teriakan dan poster-poster itu lantang dituntut "tolak TKA!"Â
Sementara di saat yang sama, buruh di belahan dunia lain menuntut, "Stop the attacks of immigrant workers! Â Equal rights for all workers! Stop deportation!"
Tetapi baiklah, meski begitu, pada hari yang berbahagia ini patutlah saya ucapkan selamat Hari Buruh. Buruh sedunia bersatulah! Setiap orang yang pernah terlibat dalam upaya susah payah menghidupkan kembali 1 Mei sebagai perayaan buruh di Indonesia, tentu senang melihat bagaimana keterlibatan buruh dalam unjuk rasa May Day meningkat pesat dalam hampir dua dekade ini, dari ratusan jadi seribuan menjadi puluhan ribu, lalu ratusan ribu.Â
Sebagaimana janji saya dalam artikel bagian 1, hari ini kita bicarakan tentang fleksibilitas pasar tenaga kerja, biang tantangan bagi prinsip dan nilai internasionalisme dalam gerakan buruh.
Labour Market Flexibility atau fleksibilitas pasar tenaga kerja atau --saya sarankan kita pakai frasa yang terakhir ini---Kelenturan Pasar Tenaga Kerja harusnya sudah jadi istilah dan konsep yang akrab sebab  telah mulai diperdebatkan sejak 1980an.
Sebenarnya ini hanya istilah keren untuk membungkus istilah 'pasar bebas khusus komoditi tenaga kerja.' Jika pasar bebas untuk modal disebut finance capitalism, ya pasar bebas untuk tenaga kerja disebut 'kelenturan pasar tenaga kerja.'
Ada banyak sekali upaya bohong yang canggih---hoax ilmiah---bahwa kelenturan pasar tenaga kerja dilatarbelakangi oleh niat mulia menciptakan lebih banyak kesempatan kerja.
Ini adalah alasan yang selalu digunakan, terutama oleh lembaga-lembaga suprastate---Bank Dunia, IMF, ADB, persatuan negara-negara maju di dalam OECD---dan para tukang riset upahan mereka untuk melobi---sering dengan gimmick pemberian pinjaman---negara-negara berkembang yang masih proteksionis dalam pasar tenaga kerja.