Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengapa Sebenarnya Sudut Pandang "Matter" dalam Menulis?

4 April 2018   06:00 Diperbarui: 17 Mei 2018   02:31 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: librarianwhodoesntsayshhh.com

Jika saya berada di antara kerumunan itu, Ca, maaf, dirimu sudah saya tampol. Hanya menambah bising saja. Inilah yang orang tua dulu katakan sebagai masuk tak genap keluar tak ganjil.

Percakapan akan berkembang jika Kaukatakan sesuatu yang lain, Ca. Misalnya, "Ya ampyun, mbok jamu itu mungkin kembaran Unge." Bunga Citra Lestari maksudmu. Perhatian orang-orang tentu akan beralih padamu. Engkau menjadi genap bagi kumpulan itu.

Saya tak akan berpanjang-panjang soal manfaat sudut pandang pada lapisan pertama ini, Ca. Kau bisa membacanya dari ulasan om-tante Kompasianer yang sudah pernah terbit sebelumnya. Ada tulisan Om Pebrianov ("Pentingnya Memilih "Angle" untuk Membuat Tulisan Opini"), Tante Rita Wulandari ("Tere Liye: "Karena Penulis yang Baik Menemukan Sudut Pandang Spesial"), Om Syafriansyah Viola (""Nilai Emas" Sebuah Tulisan"), dan banyak lagi yang bisa Kaucari sendiri.

Saya akan lebih suka kita masuk lebih dalam, Ca, ke layer kedua. Apa sebenarnya tujuan penting dari sudut pandang itu.

Tahukah Kau, bagaimana kesadaran atau makna dari suatu peristiwa itu terbentuk, Ca? Melalui komunikasi!

Sudah pernah Kaubaca kisah bijak orang-orang buta dan gajah kan, Ca? Itu puisi Hakim Sanai, "On The Blind Men And The Affair Of The Elephant." Atau Kau mungkin lebih akrab dengan versi muridnya, Rumi dalam "The Elephant in The Dark."

Baiklah. Saya anggap belum Kautahu. Saya kutipkan untukmu, Ca.

Versi Sanai, "Every one had seen some one of its parts, and all had seen it wrongly. No mind knew the whole, knowledge is never the companion of the blind all, like fools deceived, fancied absurdities."

Versi Rumi, "Each of us touches one place and understands the whole that way. The palm and the fingers feeling in the dark are how the senses explore the reality of the elephant."

Semoga Kau pernah membacanya dalam tulisan-tulisan orang lain yang menyinggung karya kedua Mpu Persia ini. Jika belum, saya takut padamu, Ca. Dirimu berbahaya sebab tak banyak membaca.  "Cave ab homine unius libri," kata orang-orang Romawi kuno. Hati-hati pada orang yang hanya punya satu buku.

Apa yang disampaikan Sanai dan Rumi itu merupakan hakikat dari pentingnya memilih sudut pandang, Ca. Pada dasarnya setiap orang adalah orang buta yang melihat hakikat dari sudut pandangnya. Sebagai orang-orang buta, kita hanya akan menemukan makna atau pengertian atau pemahaman dari suatu entitas atau peristiwa atau fenomena atau objek atau terserah Kausebut apa, melalui komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun