Selain kambing dan babi, hewan lain yang biasanya terlibat dalam tata acara adat kematian orang Manggarai adalah ayam jantan dan Kerbau.
Ayam putih dan ayam beraneka warna (ayam taji) biasanya untuk acara menghormati leluhur. Sementara ayam hitam digunakan untuk upacara buang sial atau tolak bala.
Kerbau, selain digunakan sebagai mas kawin/belis (paca), juga dipakai dalam  kenduri kematian. Orang Manggarai menyebut kenduri untuk kematian sebagai kelas atau paka di'a.Â
Daging kerbau yang dibunuh saat kelas (cara bunuhnya hanya boleh dipenggal lehernya dengan sekali tebas) juga tidak sembarang orang yang boleh mendapatkannya. Bagian Kepala dan salah satu paha Kerbau hanya diperuntukan bagi pihak saudara lelaki dari ibu almarhum. Satu bagian paha lagi diberikan kepada saudara (lelaki) dari ibu dari ayah almarhum. Bagian yang lain dibagi kepada yang berstatus ase-ka'e.
Ase-ka'e atau adik-kakak bagi orang Manggarai terdiri dari dua, yaitu ase-kae golo (tetangga tanpa hubungan kekerabatan di kampung domisili) dan saudara (lelaki) Anda, saudara (lelaki) ayah Anda dan anak lelaki mereka, jika Anda seorang lelaki.
Jadi Anda memanggil saudara kepada anak lelaki dari saudara (lelaki) ayah Anda dan kepada anak perempuan dari saudari (perempuan) ibu Anda. Tetapi  anak lelaki dari saudara (lelaki) ibu (paman) harus Anda panggil sebagai Ipar (kesa).
Jika bertandang ke rumah paman atau anak lelakinya, atau ke rumah saudara (lelaki) istri, Anda sebaiknya membawa ayam. Sebaliknya Anda mendapat Ayam jika dikunjungi saudari (perempuan) atau dihidangkan ayam jika Anda yang berkunjung.
Begitulah. Jika Anda menikahi orang Manggarai dan mendapatkan kabar duka, sebelum melayat, cari tahu dulu posisi almarhum, apakah anak rona, anak wina, atau ase-kae.
Saat artikel ini Anda baca, saya mungkin sedang menarik kambing jantan untuk dibawa ke tempat kakek yang berstatus anak rona dari ibu saya (karena itu juga anak rona saya) yang kebetulan tinggal di Soe, Kabupaten TTS di Pulau Timor. Jangan berharap saya membalas komentar Anda. Kedua tangan ini mungkin sedang repot menuntun kambing.
Oh iya. Sedikit catatan. Adat istiadat itu tentu dinamis. Karena itu orang Manggarai di perkotaan, oleh alasan kepraktisan mengganti inkind Kambing dengan 'teing wasen kaut' atau kasih talinya saja. Bukan benar-benar tali. Itu istilah untuk uang senilai Kambing. Jadi jika saya tidak membalas komentar Anda saat ini, sesungguhnya itu karena saya di luar jangkauan wifi. Paket data saya habis. Heuheuheu.
Tabik.