Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ragam Hewan dalam Adat Kematian Manggarai Flores

29 Maret 2018   06:38 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:23 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Ignatius Kulas dan floresa.co

Selasa pagi, saya mendapat berita jika kerabat dekat, seorang berpangkat kakek dalam keluarga besar kami meninggal. Mendengar beritu seperti itu hal pertama yang biasanya dilakukan adalah melanjutkan kreba, yaitu rekadu lisan atau per telepon dan SMS ke keluarga lainnya. Yang kedua adalah segera menuju tempat jenazah disemayamkan untuk membantu kiranya ada hal yang perlu dipersiapkan terkait acara kedukaan dan menyampaikan duka cita secara informal.

Saya sebut secara informal, sebab bagi orang Manggarai-Flores penyampaian duka tidak boleh sembarangan. Wujud penyampaian duka yang formal harus mempertimbangkan posisi almarhum di dalam relasi keluarga besar. Apakah almarhum berstatus 'anak rona' atau 'anak wina'atau 'ase-kae.'

Suku Manggarai adalah penghuni sepertiga Pulau Flores, tepatnya pada wilayah bagian barat Flores yang meliputi tiga kabupaten, terbentang dari Selat Sape (perbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat) hingga Sungai Wae Mokel (perbatasan antara Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada). Pulau Komodo, Labuan Bajo, dan kampung tradisional Wae Rebo yang masyur itu terletak di wilayah adat Manggarai. Tari Caci, atraksi dua ksatria berlaga dengan cambuk dan tameng yang biasa Anda tonton pada iklan sebuah produk di televisi adalah tarian etnis Manggarai.

Sistem kekerabatan orang Manggarai membagi anggotanya atas tiga kelompok besar, yaitu anak wina, anak rona, dan ase-kae. Status anak wina-anak rona terbit dari hubungan perkawinan.

Saudara (lelaki) dari ibu Anda adalah anak rona. Demikian pula saudara (lelaki) dari nenek Anda, baik ibu dari ibu dan ibu dari ayah. Saudara (lelaki) dari istri Anda juga berstatus anak rona. Sama halnya suadara (lelaki) dari istri saudara (lelaki) Anda.

Sebaliknya --jika Anda perempuan--kerabat dari suami Anda, kerabat dari saudari (perempuan) ayah, kerabat dari suami saudari (perempuan) Anda berstatus sebagai anak wina.

Relasi anak wina - anak rona ini adalah pola penting dan terus dijaga keberlangsungannya oleh orang Manggarai. Misalnya Anda seorang lelaki dari keluarga A.  jika keluarga B oleh pernikahan kerabat di beberapa generasi di atas Anda telah berstatus sebagai anak wina (ada kerabat perempuan dari keluarga A, misalnya saudari dari kakek  Anda, dinikahi oleh lelaki dari keluarga B) maka Anda tidak bisa membalik hubungan itu dengan menikahi  perempuan yang merupakan turunan dari lelaki keluarga B.

Contoh lebih konkret agar tak bingung begini. Anda adalah lelaki. Kakek Anda adalah A, menikah dengan  nenek C. Maka saudara (lelaki) nenek C dan seluruh lelaki dari garis keturuan lelaki dari saudara (lelaki) nenek C merupakan anak rona Anda. Secara tradisi Anda memiliki hak untuk menikahi keturunan perempuan dari saudara (lelaki) nenek C. Perkawinan ini disebut 'tungku.' Sebaliknya, saudari (perempuan)  dan anak perempuan Anda tidak boleh dinikahi oleh lelaki dari garis keturunan saudara nenek C. Jika terjadi, perkawinan seperti ini bersanksi denda adat.

Jika masih bingung juga, sudahlah, lanjutkan saja membaca.

Hubungan anak wina -- anak rona ini juga menentukan hewan apa yang Anda bawa dalam adat kedukaan. Jika yang meninggal berstatus anak rona, sebagai anak wina Anda membawa kambing. Tetapi jika yang meninggal berstatus anak wina, sebagai anak rona Anda membawa babi. Tidak boleh dibolak-balik.

Demikian pula soal siapa makan daging apa dalam acara-acara terkait kematian. Anak rona akan makan kambing yang dibawa anak wina. Sebaliknya anak wina makan babi yang dibawa anak rona. Tidak boleh bercampur (cagur tau) atau sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun