Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Musim Hujan Tak Selalu Gembirakan Petani

23 Februari 2018   09:36 Diperbarui: 16 Juni 2018   17:27 2301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perangkap kutu dan serangga (kiri), Perangkap lalat buah (kanan). Dokpri

Lalat buah saya atasi dengan mudah menggunakan perangkap sederhana dari bekas gelas air kemasan berisi metil eugenol  sebagai atraktan lalat jantan. Thrips yang melubangi daun sawi saya hadapi selain dengan pestisida organik (daun nimba, tembakau, sirsak dan sereh), juga dengan perangkap kutu dan serangga dari botol bekas air kemasan yang dicat kuning dan diolesi minyak goreng bekas. Meski cukup merepotkan dan membutuhkan waktu agar berdampak, serangan makluk kecil ini tampak berkurang. Sementara untuk siput -- yang paling susah mencari senjata pemusnahnya-- saya gunakan perangkap larutan fermentasi gula oleh ragi, selain mengumpulkan siput satu per satu. Untuk menghalau hama, saya juga menanam bawang putih, serai, dan kemangi di sekeliling bedeng sayur.

Perangkap kutu dan serangga (kiri), Perangkap lalat buah (kanan). Dokpri
Perangkap kutu dan serangga (kiri), Perangkap lalat buah (kanan). Dokpri
Di tengah-tengah pertempuran melawan hama, saya perhatikan ada hal lain yang menghambat pertumbuhan sayur, padahal serangan hama telah berkurang. Sayur masih saja kerdil, sebagian daun layu. Saya telah membuat bedeng dan pengairan yang membuat air tidak tergenang. Apakah yang menyebabkan ini? Sungguh, menghadapi sesuatu yang tidak kita ketahui adalah hal paling mencemaskan.

Maka bertanyalah saya pada kawan yang saya anggap tahu. "Mengapa oh mengapaaaa?"

Ia membentulkan letak kacamatanya dan dengan ekspresi bangga karena tumben dibutuhkan, ia menjelaskan. Menurutnya musim hujan berdampak pada meningkatnya kerawanan kesehatan tanaman dengan dua cara. Yang pertama adalah keracunan nitrogen. 

Tanah yang melulu basah akan miskin gas oksigen. Ketersediaan nitrogen yang dalam kondisi normal berupa senyawa NH4+ dan NO3- berubah menjadi nitrogen dioksida (NO2). Pada manusia, paparan NO2 menyebabkan pembengkakan paru-paru yang bisa saja berkembang sebagai edema yang berujung kematian. Sementara pada tanaman, keracunan NO2 menyebabkan  tanaman kerdil dan layu.

Yang kedua adalah meningkatnya kelembaban udara yang kondusif bagi pertumbuhan hama.

"Lalu bagaimana cara mengatasinya?" Tanya saya penuh harap.

Ia memberikan sejumlah tips yang dapat digolongkan atas dua. Pertama yang sudah saya lakukan. Kedua yang tidak akan (saat ini) saya lakukan karena menuntut biaya besar. Wuedeh.

Kondisi ini membuat saya bagai air di daun talas dalam menghadapi hujan. Sebagian diri saya berharap hujan segera berakhir tetapi sebagian diri lain berharap hujan tetap ada. Sering saya mengimpikan punya privilege di hadapan Tuhan, merayunya agar dapat mengatur hujan turun berselang-seling tiap harinya. Hari ini hujan, besok cerah, lusa hujan lagi. Saya duga petani lain pun mengharapkan itu.

Ah, andaikata hujan itu ditentukan pemerintah, petani bisa menggalang ribuan kicauan yang menghujani linimasa twitter Pak Jokowi atau unjuk rasa bergelombang setiap tanggal cantik di depan istana. Heeeehhhh.***

Tilaria Padika

Timor, 22/02/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun