Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

50 Pucuk Senapan

28 September 2017   15:07 Diperbarui: 28 September 2017   15:21 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para peminat psikologi berbeda pula pemikirannya. "Sudah bukan rahasia umum jika Pak Kades hendak mencalonkan diri menjadi bupati pada pemilukadal mendatang. Sayangnya hingga hari-H mendekat, belum satu partai pun berhasil dipikat Pak Kades. Tampaknya uang sogok proyek dana desa yang Pak Kades terima tidak cukup untuk membayar pintu parpol." Maimunah bekas pelajar Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Biarplagiatasalbergelar membuka percakapan di arisan ibu-ibu.

"Terus kenapa harus bunuh diri?"

"Pak Kades merasa jabatan bupati adalah puncak karirnya sebagai pejabat publik. Hanya dengan itu hidupnya bisa paripurna. Anaknya sudah meraih gelar S2 semua. Sudah kawin, bahkan yang sulung punya istri empat oleh bantuan situs nikahsirridotkom. Pak Kades merasa tinggal satu hal lagi yang harus ia cecap. Jabatan bupati. Maka ketika merasa impiannya hampir pasti gagal, jiwa Pak Kades terguncang begitu keras. Karena tak kuat, ia memilih bunuh diri."

***

Di luar sana para pemuda yang bergadang masih ramai mendiskusikan sebab-sebab Pak Kades bunuh diri. Di ranjangnya, Mahmud si komandan hansip gemetaran di balik sarung. Hal ini membuat heran Maimunah, istri tercinta. Udara malam sedang panas. Biasanya Mahmud suka bergabung bersama pemuda-pemuda itu. Selain tak tahan gerah dalam rumah, bersama para pemuda itu Mahmud bisa mendapatkan sebatang dua batang rokok gratis.

"Papa sakit, ya? Tubuh papa nggak panas, kenapa menggigil begitu? Kita ke mantri yaaa." Maimunah cemas.

"Jangan, mah, jangan!"

"Ah, papa ini bagaimana? Mama nggak mau jadi janda, Pah. Utang kita masih banyak. Ayo kita kita ke mantri. Biarpun malam begini, Pak Mantri bolehkan kita periksakan diri ke rumahnya. Mama pernah kok jam 12 malam periksakan memar di paha mama. Pak Mantri itu baik hati biarpun sudah duda."

Mahmud beringsut bangkit, duduk di samping istrinya. "Mah, papa mau ceritakan suatu rahasia. Tetapi kamu jangan bilang siapa-siapa ya."

"Rahasia apa, Pah?"

"Soal kematian Pak Kades, Mah." Mahmud diam sebentar, menunggu reaksi Maimunah. Si istri diam saja. Matanya berbinar-binar menunggu Mahmud melanjutkan. Olala aku bakal jadi primadona dengan modal rahasia ini. Ibu-ibu sedesa akan terbengong-bengong, memohon-mohon kuceritakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun