Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Enam Manfaat Rahasia Blogging

16 Januari 2017   00:47 Diperbarui: 17 Mei 2018   16:47 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngeblog bukan aktivitas orang-orang goblok atau kurang kerjaan. Ada banyak hal baik di baliknya. Kamu perlu tahu itu. Kebetulan hari ini saya berbaik hati membocorkannya.

Blog adalah hal jamak bagi netizen. Betul, matamu sedang menatap artikel pada web log atau blog. Jangan berpaling. Blog ini adalah bagian dari website bernama Kompasiana yang menyediakan aplikasi daring bagi user untuk  menulis artikel dan memublikasikannya.

Di dalam kompasiana, lapak saya adalah blog itu. Saya bertanggungjawab penuh secara pribadi atas seluruh artikel di dalamnya. Kompasiana sebagai website ibarat penyelenggara pasar malam, sementara blog yang dikelola para penulis adalah tiap-tiap stand atau gerai,  memamerkan dan menjajakan produk masing-masing.  Selain Kompasiana, terdapat banyak platform blog lain yang juga sangat populer. Contohnya blogger.com dan wordpress.com. Seorang penulis blog, terutama yang rutin mengisi kontennya, disebut blogger.

Kamu dan saya tentu memiliki alasan untuk sering meluangkan waktu mengunjungi blog favorit. Sebaliknya, sebagai blogger, kita juga punya motif belanjakan waktu pada papan ketik, menjahit kata-kata menjadi sejumlah paragraf pada blog, lalu menekan submit seiring senyum, membayangkan puja-puji pembaca kelak.

Mengapa saya menulis pada blog? Entahlah. Jemari ini bergerak sendiri.” Saya belum pernah menjumpai jawaban demikian di kolong langit ini. Kamu pernah? Jauhi orang itu! Adalah lebih waras mengatakan Amalia Ayuningtyas itu samaran Ulin Yusron atau “memfatwa” equil sebagai liquor.

Saya sadar, membaca dan menulis blog mengundang banyak manfaat. Jika dirimu terlalu lelah untuk merenungkannya sendiri, berikut saya bagi sejumlah hal, enam manfaat yang..sssttttt… jangan bilang-bilang, banyak orang belum tahu. Pergilah menyendiri di kamar tidur, naiklah ke ranjang (jangan menunggu saya) dan bacalah diam-diam.

Pokoknya membaca artikel ini hingga tuntas akan menginspirasimu untuk meningkatkan aktivitas ngeblog dari just blogging menjadi beyond blogging.

Mari.

SATU. Blog itu seperti rokok atau permen. Blogger adalah lelaki atau perempuan asing di sampingmu, pada bangku taman di cerah senja menawarkan sebatang padamu.

Blog adalah alat mengawali perkenalan, sebuah alasan untuk bercakap pada orang asing ketika kecanggungan mendekap erat.

Bayangkan dirimu berada di taman. Tidak ada yang dilakukan selain memanjakan mata dengan bunga-bunga, lalu-lalang orang-orang menikmati kecupan angin, dan mentari yang entah mengapa selalu indah berpipi semu jingga di saat lelah. Kamu ingin berlama-lama di sana.

Tiba-tiba seorang asing duduk di sampingmu. Ia pun tak hendak apa-apa. Hanya duduk dan memandang orang-orang, dan bunga-bunga, dan awan-awan. Bukankah sebaiknya kalian berbincang,  meski sekedar basa-basi yang sebentar dan terpenggal ketukan-ketukan panjang pada spasi. Namun bagaimana memulai? Ia tampak berhasrat ngobrol tetapi canggung untuk memulai. Mupeng kulimuka pengen namun kurang nyali—istilahnya. Apa yang biasanya kita lakukan? Ah, ya, menawarkan permen atau rokok.

“Maaf, Anda mau?”
“Ah, ya, terima kasih. … Senja yang indah, bukan?”
“Iya, benar. Senang sekali berada di sini. Anda sering ke sini?”

Demikianlah percakapan berlanjut. Mungkin saja akan menjadi kisah panjang di kemudian hari, sebuah peluang bisnis, atau bisa jadi itu jodohmu yang ketujuh.

Demikian pula sebuah blog pada ramai taman daring yang saling asing.  Bukankah terasa aneh jika tiba-tiba saja kita mengajak berkenalan seseorang di dunia maya tanpa pangkal sebab?

Hallo, Neng, tinggal di mana?” Pesan pribadimu pada akun seorang perempuan di media sosial. Kalian tidak saling kenal sebelumnya. Ada peluang besar dirimu segera diblokir atau paling santun ya dicuekin, tak bertimpal halo.

Tentu akan lain ketika Kamu menyapa seseorang yang menglik “menarik” pada artikelmu di Kompasiana.

“Hei, terima kasih, ya. Kamu suka topik ini?”
“Oh, iya. Juga senang membaca caramu mengulasnya.”
“Ah, biasa saja. Kulihat cerpen-cerpenmu juga bagus. Kamu kerja di Alexis?”

Mungkin percakapan itu akan berpindah ke inbox media sosial, lalu ke whatsapp, dan tiba-tiba saja Kamu berada di beranda rumahnya, kan? Selanjutnya …hush! Jangan baper.

Ilustrasi: Kompas/Hariadi Saptono
Ilustrasi: Kompas/Hariadi Saptono

DUA. Blog adalah secangkir kopi Flores selepas kerja. Maka blogger adalah barista keren berjemari ajaib, sungguh mahir mengocok-ngocok. Racikannya membawa pulang musim semi pada hati dan nalar yang letih.

Bekerja sepanjang hari tentu melelahkan. Seperti otot dan tulang, jiwa dan nalar pun butuh jeda sejenak agar penat dan jenuh menguap pergi.  Mungkin sepuluh menit yang singkat namun berkualitas, sebelum dari balik kemudi mengumpat jejal merayap kendaraan di depan atau berhimpit di dalam padatnya KRL.

Dalam waktu sesingkat itu, saya tidak akan menyia-nyiakan detik berlari dengan menekan-nekan remote televisi untuk mencari acara yang pas, atau membuka halaman koran dengan risiko menemukan berita pembunuhan yang mengguncang jiwa. Tak!

Saya akan mengetik alamat domain yang akrab, mencari artikel terbaru dari sejumlah penulis favorit. Sebagaimana orang-orang memiliki jenis kopi favorit dan lebih enak lagi jika diolah barista hebat, demikian pula dengan artikel. Saya menyukai genre dan tema artikel tertentu, terutama jika itu tumpah dari kendi nalar dan jiwa penulis-penulis hebat.

Setelah membaca sejenak, hati akan terasa lapang. Tidak jarang inspirasi singgah menyapa, lalu sebuah rencana muncul. Bisa saja inspirasi dari sebuah artikel blog menjadi awal dari sebuah langkah besar yang mengubah hidup di kemudian hari.

ilustrasi: merdeka.com
ilustrasi: merdeka.com
TIGA. Blog adalah second opinion, blogger adalah dokter lain yang patut kita kunjungi.

Dokter langgananmu baru saja menyampaikan diagnosis mencemaskan. Kamu harus dioperasi, katanya. Jangan langsung mengiyakan. Cobalah cari pendapat pembanding. Siapa tahu dokter lain mendiagnosis lain atau menganjurkan terapi berbeda.

Hoax sedang jadi momok. Para pakar komunikasi berbagi resep: perhatikan siapa penulis dan apa medianya. Asumsinya media-media besar layak dipercaya. Tunggu dulu. Terlalu gegabah untuk langsung meyakini itu resep ampuh menemukan kebenaran.

Media massa sering jadi alat hegemoni, disengaja atau tidak sering jadi corong bagi wacana dan narasi sepihak penguasa (penguasa politik dan atau elit ekonomi). Untuk sungguh berjumpa kebenaran, kita perlu peka pada narasi-narasi kecil, pada wacana-wacana tandingan yang dihasilkan individu-individu. Sangat mungkin kebenaran sesungguhnya terletak di unjung jari orang-orang biasa.

Bagi warga Negara, blog dapat menjadi alat perlawanan. Di sanalah rakyat menawarkan perspektif alternatif, gugatan-gugatan, ourstories yang mengimbangi history bengkok yang keluar dari corong humas penguasa penindas atau elit ekonomi penghisap.

Memang, kini produksi hoax bukan lagi monopoli state-actor demi melindungi kekuasaannya. Warga Negara biasa, para haters dan blind lovers sedang berlomba-lomba menghasilkan informasi palsu demi keuntungan idolanya. Sebagian bahkan menjadikannya ladang bisnis, bersorak bagi keuntungan sendiri. Di dalam kondisi ini, seorang blogger dapat menjadikan blog-nya oase kebenaran di tengah-tengah badai kebohongan di gurun informasi digital.

EMPAT. Blog adalah kitab resep masak adiluhung di bazaar buku. Blogger adalah chef yang menerbitkannya pro bono karena besarnya dedikasi.

Ilmu pengetahuan berguna tidak selamanya bersemayam di dalam buku tebal berdebu berbalut sampul lux atau jurnal berbayar dollar. Banyak orang berdedikasi pada pekerjaan dan pengetahuannya telah tanpa pamrih membagikan pengalaman dan pengetahuan itu pada halaman-halaman blog pribadi. Kadang-kadang di sana kita menemukan tips bermanfaat yang belum terbukukan. Menemukannya seperti keberuntungan juru masak pemula membawa pulang kitab resep masak seorang chef terkenal dari pasar loak atau bazaar buku.

Maka ketika dirimu penuh akan pengetahuan berharga, jangan sungkan berbagi di dalam blog. Mungkin saja berlimpah doa bagimu dari seorang pensiunan guru yang kebingungan mengatasi ngadat rutin motor butut yang seusia dirinya. Atau namamu selalu disebut di dalam arisan ibu-ibu yang ketagihan pada kelezatan Soto oleh resep yang kamu tulis belasan tahun lampau. Kemudian salah seorang putra/putri mereka mencari namamu pada Google, menemukan nomor teleponmu dan memohon, “Kak, jadikan Aku suami/istri ketigamu.” Keren, bukan?

Ilustrasi: bukabuku.com
Ilustrasi: bukabuku.com
LIMA.Blog adalah sekolah publik, blogger adalah pelajar beruntung berbimbing 1.000 guru.

Kamu ingin jadi penulis hebat? Ingin belajar menulis? Simpan uangmu. Tidak ada sekolah khusus untuk itu. Beberapa kursus singkat ber-bundling ebook yang ramai oleh testimony norak mungkin saja ditawarkan kepadamu. Tetapi tahukah Kamu, beberapa pengelola kursus menulis meraih popularitas karena menjadi bigot yang rajin memproduksi kebencian, bukan karena indah artikel-artikelnya? Siapa sudi berguru pada bigot?

Baca tips seperlunya lalu mulai saja menulis, lalu menulis dan terus menulis. Begitu nasihat para penulis hebat.  Siapa akan menilai perkembanganmu?

Blog adalah ruang kelas murah dan baik untuk belajar menulis. Kita tidak akan buntung ketika artikel-artikel awal masih kacau balau. Sebaliknya Kita beruntung. Respon pembaca, baik yang tega melempar beragam emoticon negatif;  bermurah hati menghadiahkan jempol; hingga komentar mengkritik dan memberi masukan adalah indikator berguna untuk menilai perkembangan kualitas artikel-artikel Kita. Menulis di blog berarti mengundang 1.000 guru membantu, pembaca yang sukarela –sebagian mungkin tak diharapkan-- membimbing melalui aneka rupa respon.

ENAM.Blog adalah demo tape. Blogger adalah pemusik menanti sponsor rekaman.

Ulasan-ulasanmu kian mantap. Puisi-puisi bertenaga dan cerpen-cerpen semakin mencabai, memaksa mata pembaca berkaca-kaca oleh haru. Bagaimana me-monetize kemampuan itu? Bagaimana agar novel yang sedang kita tulis dapat diterbitkan major label?

Tidak perlu menunggu sampai sebuah karya mencumbu titik terakhir, lalu membungkus malu kita gedor pintu penerbit demi penerbit. Publikasikan saja sebagian demi sebagian pada blog. Ini sekaligus cara menjajaki peminat. Semakin bagus Novel atau kumpulan puisi atau cerpen kita, kian banyak fans menunggu publikasi halaman-halaman berikut pada blog. Bisa jadi, sebelum menjangkau setengah, telepon genggam kita berdering.

Hallo, maaf Pak, saya Tuty dari Penerbit Telatbagiroyalti. Begini, Pak, novel bapak yang published berseri di Fiksiana Kompasiana itu, bisakah kami ambil alih penerbitannya? Jadi Bapak berhenti dulu posting di Fiksiana, serahkan ke kami seluruh naskahnya.

“Umhhh… umhhh… aduh maaf, Bu, nanti saya telepon balik, uumhhh. Saya sedang sembelit. Tadi ujungnya sudah nongol. Ibu telepon, eh dia masuk lagi, deh. Uummhhh.”

Demikian rahasia penting ini saya sampaikan. Semoga berguna. Sudah siap masuk tahap beyond blogging?  (TP).

Baca artikel-artikel Seri Tilaria Padika tentang MENULIS

***

Tilaria Padika
Timor, 15/01/2017

Baca Juga: PUISI Padika | CERPEN Padika | CATATAN Padika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun