Kautahu kan kalau hantu di negeri kita suka menyendiri? Ada yang di pekuburan, pada pohon-pohon besar, di pojok gang gelap, di dalam rumah-rumah kosong, atau rumah-rumah besar megah tetapi hanya berpenghuni 2-4 orang.
Nah, Hantu Koplak di negeri antah berantah itu justru suka keramaian. Karena suka bau keringat tadi, Hantu Koplak sering berada di keramaian pabrik; di pasar-pasar becek; di antara petani yang sedang bergotong-royong; atau di tempat sekolah pemuda-pemudi seperti Mbak Nunik cantik di rumah depan itu. Hantu Koplak juga berada di pusat-pusat pemukiman. Bukan di kompleks rumah-rumah besar berpagar dan bertaman luas. Ia memilih di gubuk-gubuk berhimpit di balik gedung-gendung besar, yang jika orang tua bersayang-sayangan, desah mereka terdengar tetangga sebelah.
Oh, maaf, tak perlu kaudengar yang barusan. Lupakan. Jangan kautanya apa itu desah pada ibumu besok. Jangan juga cerita soal pujian ke Mbak Nunik tadi. Boleh cerita ke Mbak Nunik, tetapi jangan pada ibumu.
Baiklah. Kautahu apa yang terjadi jika orang sudah terasuki Hantu Koplak?
Orang-orang berubah pembangkang. Petani tidak mau lagi sukarela disuruh mengerjakan jalan atau menggarap kebun tuan-tuan Londo yang baik hati. Jangankan membayar biaya bikin STNK, mereka bahkan menolak bayar pajak untuk pembangunan negeri.
Orang-orang berubah pemalas dan tukang tuntut. Para buruh suka menuntut upah naik. Jadi macam-macam keinginan mereka, tak bersyukur sudah bisa makan sekali sehari. Mereka menolak disuruh bekerja lebih lama jika tak berbayar sepadan. Mereka hanya berpikir urusan perut sendiri, tak peduli kepada majikan yang susah payah mencari uang. Kalau menuntut mereka sering berlaku kurang ajar, ramai berbaris di depan pabrik dan meneriaki majikan. Kadang-kadang ramai mereka mengadu ke tuan besar penguasa. Percuma. Mereka tak tahu jika tuan penguasa adalah sahabat tuan majikan, bahkan bisa berkuasa karena bermodal urunan dana para majikan.
Orang-orang berubah kepo dan suka kritik. Mereka haus dengan keingintahuan yang tak perlu. Dengan pengetahuan yang ada mereka memprotes dan mengolok-olok orang-orang kaya dan orang-orang bijak yang memerintah negeri.
Ini membuat tuan-tuan Londo dan orang-orang besar pribumi, yang besar karena berlimpah harta, pun karena kebagian ceceran kuasa Londo sangat ketakutan. Hantu Koplak sungguh meneror mereka.
***
“Mengapa Kaudiam, Ayah? Engkau tertidur?”
“Oh, maaf, Ayah pikir matamu tertutup karena telah lelap. Sampai di mana kita tadi?”