Perangkat kerja yang digunakan jurnalis dalam meliput dan menyampaikan berita telah berevolusi menjadi teknologi digital, seperti kamera, audio, video dengan kualitas yang tinggi, dan dapat dikonektivitaskan untuk publik melalui internet. (Widodo, 2019:31).
Thailand merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Negara yang dijuluki sebagai negara gajah putih ini hingga tahun 2020 memiliki total jumlah penduduk 69,8 juta jiwa.
Data dari We Are Social tahun 2019 menyebutkan bahwa tingkat penetrasi pengguna internet di Thailand mencapai 82% atau 57 juta pengguna.
Tak hanya itu, dari mobie subscription 92,33 juta pengguna, active social media users 51 juta, dan mobile social users 49,00 juta pengguna.
Besarnya jumlah pengguna internet menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan secara positif. Seperti media efektif dalam berkomunikasi, membangun brand, hingga pemasaran.
Dapat kitakan besarnya pengguna internet di Thailand maka tidak dipungkiri informasi yang diakses juga kebanyakan sudah menggunakan internet.
Jurnalisme sebagai media informasi bagi masyarakat tentunya mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi informasi agar dapat tetap diakses oleh masyarakat.
Surat kabar atau koran di Thailand merupakan miliki swasta, sementara televisi dan radio dikendalikan oleh pemerintah atau militer.Â
Perjalanan panjang sejarah Thailand juga berpengaruh pada bagaimana praktik jurnalisme mereka. Terdapat faktor-faktor politik, ekonomi, dan sosial dalam mempengaruhi perkembangan jurnalisme di Thailand.
The Bangkok Recorder merupakan surat kabar pertama yang didirikan oleh Dr. Dan Beach Bradley asal Amerika Serikat. Mulai beroperasi pada tahun 1844 dan terbit 2 minggu sekali dalam bahasa Inggris dan bahasa Thailand.
Tak hanya itu muncul pula surat kabar yang terbit harian, seperti Bangkok Daily Advertiser & Siam Daily Advertiser.
Masa pemerintahan Raja Wachirawut berdiri 22 surat kabar dan 123 jurnal. Sehingga dapat dikatakan raja dekat dengan jurnalisme. Jurnalis memiliki kebebasan untuk melapor atau membuat berita. Jumlah pembaca koran pun meningkat.
Tahun 1959 -- 1963 pers Thailand memasuki era yang disebut sebagai zaman kegelapan jurnalisme atau lenyapnya kebebasan pers.
Pemerintahan Marsekal Sarit Thanarat pers terus menerus diancam oleh Peraturan No.17.Seperti hukuman bagi pers yang dianggap menyinggung raja, mendiskreditkan atau mencemari nama baik pemerintah. Sehingga pers aka mendapatkan hukuman, peringatan, disita hingga dimusnahkan dengan cara ditarik lisensi penerbitannya.
Tahun 1992 negara kemudian berusaha mengontrol media khususnya televisi dan radio, hanya surat kabar yang bebas dari kontrol pemerintah.
 Jurnalis memiliki kebebasan dalam menyampaikan berita. Masyarakat Thailand bahkan percaya bahwa surat kabar sebagai "watchdog" atau anjing penjaga rakyat. Istilah ini dalam jurnalisme sebagai bentuk pengawas atau investigasi.
Jika kebebasan berekspresi jurnalis dikendalikan oleh kelompok kekuatan politik, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan politik mempengaruhi kebebsan pers.
Idealnya seseorang dapat menjalankan kebebasannya sambil tetap menjalankan tugas dengan memberikan laporan berita yang komperhensid dan objektif, keduanya harus berjalan bersama.
Pada Februari 2014 Kantor Berita Aman dan Peace Resource Cooperation Center (PRC) menyelenggarakan pelatihan jurnalistik atau lokakarya komunikasi perdamaian di Pattani, Thailand. Pembahasan berfokus pada jurnalistik perdamaian untuk memperkaut media massa dalam menciptakan perdamaian.
Lokakarya jurnalistik ini penting dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam komunikais sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik.
Thailand aware terhadap pentingnya jurnalisme untuk menjajikan berita atau informasi bagi masyarakat.
Seiring dengan perkembangan dalam mengakses informasi, perubahan dalam menyajikan dan mengakses informasi atau berita mengalami banyak perkembangan dengan hadirnya internet, tak terkecuali bagi jurnalisme di Thailand.
Pew Research Centre tahun 2014 mencatat bahwa pengguna media sosial khususnya Facebook di Thailand mengakses informasi politik mencapai 61,2%. Artinya bahwa sejak itu masyarakat sudah dekat dengan media baru.
Voice TV merupakan salah stasiun televisi di Thailand. Tak hanya bersiar secara terestrial kabel atau satelit, namun kita beralih secara digital dan streaming web.
Voice TV menggunkan Youtube, Instagram, hingga Facebook dalam menjangkau dan menyebarkan informasi atau berita kepada audiens.
Dengarkan audionya di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H