Mohon tunggu...
Tiksow Febrianty
Tiksow Febrianty Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Hallo..

Selanjutnya

Tutup

Film

Selisih 21 Tahun, Begini Perbedaan 2 Film Komedi Indonesia

11 September 2022   21:00 Diperbarui: 11 September 2022   21:17 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wakop DKI (Dono, Kasino, Indro) merupakan grup komedian Indonesia sekaligus aktor lawas yang telah memainkan sejumlah film. Salah satunya adalah film Pencet Sana Pencet Sini yang rilis tahun 1994 ini di sutradari oleh Arizal. Kesuksesan mereka dapat dilihat dari pembuatan film Warkop DKI Reborn yang dirilis tahun 2016 lalu.

Film komedi Indonesia hingga kini masih eksis di pasaran, sutradara hingga aktor komedi berlomba-lomba membuat seni lakon ini.

Namun ada beberapa perbedaan antara film komedi dulu dan sekarang. Mari kita lihat antara film Pencet Sana Pencet Sini tahun 1994 yang dibawakan oleh Warkop DKI dan Film Ngenest tahun 2015 karya Ernest Prakasa.

Perbedaan Paradigma Film

Paradigma adalah suatu cara berpikir dalam melihat realita atau fenomena, dalam wujud pengamatan dan pengaruh-pengaruhnya. (Pangaribuan, 2008:23).

Dalam film terdapat paradigma yang berfungsi untuk mengetahui pesan dalam film, analisis dalam film, serta aturan seperti apa yang digunakan dalam interpretasi film. (Astuti, 2022:20).

Dalam film Pencet Sana Pencet Sini (1994) menggunakan paradigma empiris dengan kejadian yang benar terjadi dilapangan dan logis. Seperti scene saat Dono, Kasino, dan Indro yang berada di kampus, kemudian mereka juga jatuh cinta dan punya pacar.

Melihat Dewo Om Dono adalah orang kaya, Dono, Kasino, dan Indro kemudian memanfaatkan kesempatan itu untuk meminta mobil. Namun karena tak kunjung diberika, ketiga sahabat ini menyusun rencana penculikan Dono agar Dewo mau menebusnya dan membuat mereka kahirnya dapat memiliki sebuah mobil.

Berbeda dengan film Warkop DKI tersebut, paradigma dalam film Ngenest (2015) adalah fenomenologi dengan tujuan untuk menjelskan pengelaman hidup dengan adanya fenomena kesadaran yang manusia alami.  

Dapat terlihat dari film yang menceritakan tentang Ernest dan sahabatnya yang mengalami struggle karena ia keturunan Tionghoa. Perjalanan kehidupannya mulai dari SD hingga ia dewasa, kemudian menemukan cinta sejatinya seorang wanita berdarah Sunda.

Ini adalah kejadian yang sesunggah Ernest Prakasa alami kemudian ia mencoba menuangkannya dalam film dan dibaluri dengan komedi.

Genre Film

Pentingnya genre dalam sebuah film digunakan sebagai pengelompokan teks agar masuk dengan karakterisitk yang sejenis. Penonton bisa mengetahui dan dapat menilai tontonan mereka dari genre film.

Dengan begitu penonton akan mudah mendapatkan gambaran dari sebuah film. (Karolina, Maryani, Sjuchro, 2020:127)

Film Warkop DKI Pencet Sana Pencet Sini (1994) dan film Ngenest (2015) memiliki genre yang sama dan termasuk dalam film bergenre drama.

Drama merupakan genre dengan karakteristik latar waktu dan tempat yang sangat realistis. Ini dapat terlihat dari cerita dalam film Warkop DKI yang realistis bisa terjadi dalam kehidupan kita, seperti persahabatan dan cinta.

Sementara film Ngenest merupakan cerita realita kehidupann Ernest yang bahkan bisa saja relate dengan kehidupan orang-orang keturunan Tionghoa lainnya.

Selain itu, film dengan genre drama ini dapat membuat penonton merasakan emosi dari sebuah film, seperti tertawa karena lawakan, jatuh cinta, hingga perasaan haru karena relate dengan kehidupan sehari-hari.

Subgenre

Selain genre, dalam film juga terdapat subgenre yang merupakan turunan dari sebuah genre. Hal membuat film akan lebih spesifik menunjukkan karakterisitiknya.

Subgenre pada film Pencet Sana Pencet Sini (1994) dan Ngenste (2015) keduanya memiliki subgenre komedi.

Subgenre komedi merupakan film dengan karakterisik hiburan yang lucu dan tawa. (Vita, 2022:29).

Bebarapa scene film Pencet Sana Pencet Sini (1994) menujukkan komedi yang menhadirkan tawa, seperti kelucuan mereka saat dikira orang gila dan dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa.

Kemudian pada film Ngenest (2015) menghadirkan kelucuan yang terlihat dari beberapa aktor komedi dan kejadian-kejadian yang dialami Ernest.

Walaupun sama-sama bersubgenre komedi, terlihat bahwa komedi yang ditampilkan berbeda. Ini bisa disebabkan karena perbedaan tahun rilis yang cukup jauh dan cerita film yang berbeda. 

Pencet Sana Pencet Sini ( 1994)mengisahkan persahabatan 3 pria, Dono, Kasino, dan Indro yang ingin memiliki mobil. Sementara film Ngenest (2017) bercerita perjalanan hidupnya sebagai anak keturunan Tionghoa,saat ia duduk di bangku sekolah, kuliah, dalam pekerjaan, dan rumah tangganya. 

Daftar Pustaka

Karolina, C. M., Maryani, E., & sjuchro, D. W. (2020). Implikasi Genre Film dan Pemahaman Penonton Film Tuna Netra di Bioskop Harewos. ProTVF.

Pangaribuan, T. (2008). Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

R.A. Vita N.P. Astuti, P. (2022). Filmologi Kajian Film. UNY Press: Yogyakarta.

Tim CNN Indonesia. (2022, Juni 29). 33 Macam Genre dan Subgenre di Anime, Kenali Sebelum Menonton. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220629141814-225-815024/33-macam-genre-dan-subgenre-di-anime-kenali-sebelum-menonton/1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun