Mohon tunggu...
Tiknan Tasmaun
Tiknan Tasmaun Mohon Tunggu... Administrasi - Praktisi herbal sekaligus blogger

Praktisi herbal yang ingin bermanfaat bagi sesama. Punya website di https://tiknan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Perjanjian Leluhur Jawa Antara Sadopalon Dengan Syeh Subakir (Artikel Saya Yang Hilang)

24 April 2018   00:32 Diperbarui: 1 November 2018   18:55 5124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikut adalah artikel yang saya tulis di kompasiana tercinta ini sekitar bulan Januari 2013 yang lalu, yang kemudian hari ternyata rahib dari kompasiana. Karena itu saat ini artikel tersebut saya tulis ulang. Perlu diketahui, sebagai perbandingan bahwa artikel ini juga saya tayangkan dengan sedikit perbedaan tekstual di blog pribadi di tiknan.blogspot.com bulan Januari 2013 yang sekarang berubah menjadi www.tiknan.com pada tautan https://www.tiknan.com/2013/01/perjanjian-leluhur-jawa.html. Bukti tanggal penulisan terlihat jelas pada 'url' tersebut yaitu ' /2013/01'. Artikel tersebut saya update ulang pada tgl 27 Desembar 2017 di www.tiknan.com. Bahkan pada tahun lalu, isi dari kisah tersebut saya pentaskan dalam pagelaran Wayang Tengul dengan judul : 'Babad Tanah Jawa - Nikahnya Sunan Drajad' dengan Ki Dalang Parwito dari Temayang Bojonegoro pada acara resepsi pernikahan putri saya.

Bahkan artikel ini banyak dicopas penulis-penulis lain baik seluruhnya atau sebagian atau ditambah sendiri. Semua tulisan yang lain bisa dilcak tanggal penulisannya lebih belakang dari Bulan Januari 2013.

Berikut artkel saya yang raib di kompasiana ini :

Konon ada semacam perjanjian antara Sabdopalon sebagai Pamomong  (Danyang Gaib) Tanah Jawa dengan Syeh Subakir sebagai penyebar Agama  Islam generasi awal di Jawa ini. Tersebutlah kisah tersebut dalam  tulisan lontar kuno. Lontar tersebut diperkirakan ditulis oleh Kanjeng  Sunan Drajad atau setidak -- tidaknya oleh murid atau pengikut beliau.

Cerita  tentang kisah ini pernah dipentaskan sebagai lakon wayang kulit  bergenre wayang songsong (wayang kulit yang berisi cerita hikayat dan  legenda Jawa) yang digelar di Desa Drajad, Paciran, Lamongan ( sebuah  desa tempat situs Sunan Drajad ). 

Kisah diawali dengan adanya  persidangan di Istana Kesultanan Turki Utsmania di Istambul yang  dipimpin langsung oleh Sultan Muhammad I. Persidangan kali ini membahas  mimpi Sang Sultan.

Menurut Sultan Muhammad, beliu bermimpi mendapat  perintah untuk menyebarkan dakwah islamiah ke Tanah Jawa. Adapun  mubalighnya haruslah berjumlah sembilan orang. Jika ada yang pulang atau  wafat maka akan digantikan oleh ulama lain asal tetap berjumlah  sembilan. 

Maka dikumpulkanlah beberapa ulama terkemuka dari  seluruh dunia Islam waktu itu. Para ulama yang dikumpulkan tersebut  mempunyai spesifikasi keahlian masing-masing. Ada yang ahli tata negara,  ahli perubatan, ahli tumbal, dll. Titah dari Baginda Sultan Muhammad  kepada mereka adalah perintah untuk mendatangi Tanah Jawa dengan tugas  khusus yaitu penyebaran Agama Islam. 

Dibawah ini adalah dialog  antara Sabdopalon dengan Syeh Subakir yang terjadi di atas Gunung Tidar.  Syeh Subakir adalah salah satu ulama yang diutus Sultan Muhammad untuk  menyebarkan Islam di Tanah Jawa ini.

Adapun keahlian Syeh Subakir adalah  dalam bidang membuat dan memasang tumbal. Dialog yang penulis turunkan  ini adalah dialog versi imaginer yang penulis olah dari hikayat tersebut  dengan bahasa penulis sendiri.

Syeh Subakir : Kisanak, siapakah kisanak ini, tolong jelaskan. 

Sabdopalon : Aku ini Sabdopalon, pamomong (penggembala) Tanah Jawa sejak jaman  dahulu kala. Bahkan sejak jaman kadewatan (para dewa) akulah pamomong  para kesatria leluhur. Dulu aku dikenali sebagai Sang Hyang Ismoyo Jati,  lalu dikenal sebagai Ki Lurah Semar Bodronoyo dan sekarang jaman  Majapahit ini namaku dikenal sebagai Sabdopalon. 

Syeh Subakir : Oh, berarti Kisanak ini adalah Danyang (Penguasa) Tanah Jawa ini.  Perkenalkan Kisanak, namaku adalah Syeh Subakir berasal dari Tanah Syam  Persia. 

Sabdopalon : Ada hajad apa gerangan Jengandiko (Anda) rawuh (datang) di Tanah Jawa ini ?

Syeh Subakir : Saya diutus oleh Sultan Muhammad yang bertahta di Negeri Istambul  untuk datang ke Tanah Jawa ini. Saya tiadalah datang sendiri. Kami  datang dengan beberapa kawan yang sama-sama diutus oleh Baginda Sultan.

Sabdopalon : Ceritakanlah selengkapnya Kisanak. Supaya aku tahu duduk permasalahannya.

Syeh Subakir : Baiklah. Pada suatu malam Baginda Sultan Muhammad bermimpi menerima  wisik (ilham). Wisik dari Hyang Akaryo Jagad, Gusti Allah Dzat Yang Maha  Suci lagi Maha Luhur. Diperintahkan untuk mengutus beberapa orang 'alim  ke Tanah Jawa ini. Yang dimaksud orang 'alim ini adalah sebangsa  pendita, brahmana dan resi di Tanah Hindu. Pada bahasa kami disebut  'Ulama.

Sabdopalon : Jadi Jengandiko ini termasuk ngulama itu tadi ?

Syeh Subakir : Ya, saya salah satu dari utusan yang dikirim Baginda Sultan. Adapun  tujuan kami dikirim kemari adalah untuk menyebarkan wewarah suci (ajaran  suci), amedar agama suci. Yaitu Islam.

Sabdopalon : Bukankah Kisanak tahu bahwa di Tanah Jawa ini sudah ada agama yang  berkembang yaitu Hindu dan BudHa yang berasal dari Tanah Hindu ? Buat  apa lagi Kisanak menambah dengan agama yang baru lagi ? 

Syeh Subakir : Biarkan kawulo dasih (rakyat) yang memilih keyakinannya sendiri.  Bukankah Kisanak sendiri sebagai Danyangnya Tanah Jawa lebih paham bahwa  sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa ini, disinipun sudah ada  kapitayan (kepercayaan) ? Kapitayan atau 'ajaran' asli Tanah Jawa yang  berupa ajaran Budhi ? 

Sabdopalon : Ya, rupanya  Kisanak sudah menyelidiki kawulo Jowo disini. Memang disini sejak jaman  sebelum ada agama Hindu dan Budha, sudah ada 'kapitayan' asli. Kapitayan  adalah kepercayaan yang hidup dan berkembang pada anak cucu di  Nusantara ini. 

Syeh Subakir : Jika berkenan, tolong ceritakan bagaimana kapitayan yang ada di Tanah Jawa ini.  

Sabdopalon : Secara ringkas Kepercayaan Jawa begini. Manusia Jawa sejak dari jaman  para leluhur dahulu kala meyakini ada Sang Maha Kuasa yang bersifat  'tan keno kinoyo ngopo', tidak bisa digambarkan bagaimana keadaannya.  Dialah pencipta segala-galanya. Bawono Agung dan Bawono Alit. Jagad  besar dan jagad kecil. Alam semesta dan 'alam manusia'. Wong Jowo  meyakini bahwa Dia Yang Maha Kuasa ini dekat. Juga dekat dengan manusia.  Dia juga diyakini berperilaku sangat welas asih. 

Dia juga  diyakini meliputi segala sesuatu yang ada. Karena itu masyarakat Jawa  sangat menghormati alam sekelilingnya. Karena bagi mereka semuanya  mempunyai sukma. Sukma ini adalah sebagai 'wakil' dari Dia Yang Maha  Kuasa itu.  

Jika masyarakat Jawa melakukan pemujaan kepada Sang  Pencipta, mereka lambangkan dengan tempat yang suwung. Suwung itu kosong  namun sejatinya bukan kosong namun berisi SANG MAHA ADA.

Karena itu  tempat pemujaan orang Jawa disebut Sanggar Pamujan. Di salah satu  bagiannya dibuatlah sentong kosong (tempat atau kamar kosong) untuk arah  pemujaan. Karena diyakini bahwa dimana ada tempat suwung disitu ada  Yang Maha Berkuasa. 

Syeh Subakir : Nah itulah  juga yang menjadi ajaran agama yang kami bawa. Untuk memberi ageman  (pegangan atau pakaian) yang menegaskan itu semua. Bahwa sejatinya  dibalik semua yang maujud ini ada Sang Wujud Tunggal yang menjadi  Pencipta, Pengatur dan Pengayom alam semesta.

Wujud tunggal ini dalam  bahasa Arab disebut Al Ahad. Dia maha dekat kepada manusia, bahkan lebih  dekat Dia daripada urat leher manusianya sendiri. Ajaran agama kami  menekankan budi pekerti yang agung yaitu menebarkan welas asih kepada  alam gumebyar, kepada sesama sesama titah atau makhluk. 

Lihatlah  Sang Danyang, betapa sudah rusaknya tatanan masyarakat Majapahit  sekarang. Bekas-bekas perang saudara masih membara. Rakyat kelaparan.  Perampokan dan penindasan ada dimana-mana. Ini harus diperbaharui budi  pekertinya.

Sabdopalon : Aku juga sedih  sebenarnya memikirkan rakyatku. Tatanan sudah bubrah. Para pejabat  negara sudah lupa akan dharmanya. Mereka salin sikut untuk merebutkan  jabatan dan kemewahan duniawi. Para pandito juga sudah tak mampu berbuat  banyak. Orang kecil salang tunjang (bersusah payah) mencari pegangan.  Jaman benar-benar jaman edan.

Syeh Subakir :  Karena itulah mungkin Sang Maha Jawata Agung menyuruh Sultan Muhammad  Turki untuk mengutus kami ke sini. Jadi, wahai Sang Danyang Tanah Jawa,  ijinkanlah kami menebarkan wewarah suci ini di wewengkon (wilayah)  kekuasaanmu ini.

Sabdopalon : Baiklah jika begitu. Tapi dengan syarat -syarat yang harus kalian patuhi.

Syeh Subakir : Apa syaratnya itu wahai Sang Danyang Tanah Jawa ?

Sabdopalon : Pertama, Jangan ada pemaksaan agama, dharma atau kepercayaan. Kedua,  Jika hendak membuat bangunan tempat pemujaan atau ngibadah, buatlah yang  wangun (bangunan) luarnya nampak cakrak (gaya) Hindu Jawa walau isi  dalamannya Islam. Ketiga, jika mendirikan kerajaan Islam maka Ratu yang  pertama harus dari anak campuran.

Maksud campuran adalah jika bapaknya  Hindu maka ibunya Islam. Jika bapaknya Islam maka ibunya harus Hindu.  Keempat, jangan jadikan Wong Jowo berubah menjadi orang Arab atau Parsi.  Biarkan mereka tetap menjadi orang Jawa dengan kebudayaan Jawa walau  agamanya Islam. Karena agama setahu saya adalah dharma, yaitu lelaku  hidup atau budi pekerti.

Hati-hati jika sampai Orang Jawa hilang  Jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiluhung  maka aku akan datang lagi. Ingat itu. Lima ratus tahun lagi jika syarat --  syarat ini kau abaikan aku akan muncul membuat goro-goro. 

Syeh Subakir : Baiklah. Syarat pertama sampai keempat aku setujui. Namun khusus  syarat keempat, betapapun aku dengan kawan-kawan akan tetap menghormati  dan melestarikan budaya Jawa yang adiluhung ini.

Namun jika suatu saat  kelak karena perkembangan jaman dan ada perubahan maka tentu itu bukan  dalam kuasaku lagi. Biarlah Gusti Kang Akaryo Jagad yang menentukannya.

Berikut adalah beberapa video cuplikan wayang tengul yang kami pentaskan pada hajadan pernikahan putri kami tercinta, dengan dalang Ki Parwito dari Desa Jono, Temayang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur :

1. Video 1


2. Video 2


3. Video 3


4. Video 4


5. Video 5


Sekian, kiranya bermanfaat.

Salam,Tiknan Tasmaun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun