"sedikit lagi lampu merah, dan sehabis itu kamu sudah dekat dengan rumah."
Pintar si penghipnotis itu merayu ku dengan segala tipu dayanya. Aku pun turut melanjutkan dengan yakin bahwa aku akan sampai rumah sebelum hujan lebat besar menyergapku. Motor ku manuver manis, menyelip, mencari celah dan menerobos padatnya lalu lintas sore itu.
Setibanya di perempatan lampu merah itu, ku amati kembali sekitarku. Bak detektif ku telisik setiap pengendara dengan jas hujan itu.
Haaapp
Satu pengendara tertangkap dan pandangan ku pun terhenti padanya. Seorang wanita muda mengendarai motor matic dengan teman perempuannya di jok boncengannya. Seketika dia menoleh dan menatap dalam ke arah muka ku. Aku tak mau kalah menatap kembali dalam ke matanya. Pelan tapi pasti senyum terajut dan secepat kilat berubah menjadi tawa.
"huahahahahaha"
Tawanya memecah tensi tatapan kami. Aku pun tak kuat menahan dan pecah tawaku menyambar tawanya. Dua orang tak kenal bertatapan lalu tertawa di tengah hujan dalam padatnya lalu lintas. Posisi kacamatanya serupa dengan posisi kacamata ku. Muka basah kehujanan memakai helm lalu dengan kacamata yang tersangkut di lubang hidung.
kami hanya bisa saling membalas tawa dan melanjutkan perjalanan kami ke arah masing-masing.
Tak paham dengan diri ku sendiri, aku mengalami roler koster dalam perjalanan pulang kali ini. Awal perjalanan penuh refleksi dan perenungan, menanjak penuh amarah dan sontak dihujam oleh tawa ke dasar ego yang berhasil menghancurkan kerasnya amarah.
Sisa perjalanan kuhabiskan dengan tersenyum sembari menggelenkan kepala ke kanan dan kiri mengikuti irama musik yang sedari awal sudah kudengarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H