Mohon tunggu...
Ruli
Ruli Mohon Tunggu... Lainnya - Gathering, sharing and make it happen

Mari tersenyum dan bangkit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Pendidikan Harus Berubah?

20 Juni 2016   14:47 Diperbarui: 14 Agustus 2020   19:02 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“I did it my way..” Demikian salah satu petikan dari lagu My way yang ditembangkan oleh Frank S. yang mengisahkan tentang perjalanan panjang yang telah dilalui dengan jalannya sendiri. Petikan tersebut berartikan “Aku melakukan dengan jalan ku sendiri.” Demikian juga halnya dengan sebuah bangsa yang berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikannya.

Pendidikan, berkembang mengikuti pemerintahan atau trend politik dari bangsa tempat pendidikan itu berlangsung. Pendidikan yang disoroti dalam tulisan ini adalah pendidikan mulai dari zaman pemerintahan monarki. Pada masa monarki dengan sistem pemerintahan feodalnya, pendidikan hanya milik segelintir orang yang berkedudukan pada singgasana kerajaan dan antek-anteknya. Pembutaan pengetahuan dengan menutup akses pendidikan menjadi trend yang lumrah pada masa itu.

Hal ini dilakukan untuk menjaga status quo yang para pemegang kekuasaan. Pemikiran mitos yang menjadi pemikiran inti menjaga kondisi ini tetap berlangsung. Kepercayaan yang begitu besar pada agama dan pemerintahan kerajaan membuat pendidikan hanya terbujur kaku pada sederetan bilangan orang saja. Sistem yang kaku menjadi pemandangan dari masa feodal.

Pendidikan selalu berkembang. Perkembangannya sendiri tidak lekang dari masyarakat yang selalu memiliki sifat resistan pada peraturan yang ada dan tiga unsur yang diutarakan oleh Ignas Kleden yang ada dalam masyarakat yaitu politisi, ilmuwan dan seniman selalu menjadi parodi tak terhentikan dalam mendorong lahirnya rovulusi.

Revolusi menjadi isu hangat yang mulai mencuat kepermukaan. Revolusi sendiri merupakan bunga dari adanya evolusi manusia yang selalu berjalan beriringan dengan waktu. Ilmuwan mulai mengkritisi sistem pemikiran feodal yakni mitos yang menjaga kedaulatan raja sebagai mandat dari sang pencipta. Seniman mulai mencipta kebudayaan baru berupa benda budaya yang mencirikhaskan perlawanan pada pemilik status quo.

Revolusi Perancis yang terjadi merupakan dobrakan awal menuju pintu perkembangan dan perubahan yang begitu besar pada dunia pendidikan sendiri. Setelah revolusi Perancis bergulir, pendidikan mulai menyebar keseluruh aspek masyarakat. Kasta tidak lagi dijadikan pembatas akan pendidikan yang diperoleh.

Sekolah-sekolah mulai membuka diri pada semua kasta yang ada dalam masyarakat. Sekarang pendidikan yang ada terus berkembang semakin pesat karena, semakin banyak yang menerima pendidikan semakin banyak juga orang yang terbuka wawasannya dan tentunya semakin banyak penemuan yang berlangsung.

Penemuan mesin uap merupakan salah satu buah dari terbukanya wawasan. Penemuan mesin uap kemudian merambah ke segala sektor, tidak terkecuali transportasi. Transportasi mulai membuka jalan ke tempat-tempat baru yang belum pernah terjamah oleh dunia Eropa. Kenapa Eropa? Pergolakan Eropa menjadi rintisan jalan bagi segelintir kaum pedagang yang selama ini memegang kendali atas penjelahan yang berlangsung. Kaum pedagang yang selama ini tertutup oleh pemegang kekuasaan kerajaan muncul sebagai aristokrat baru.

Mereka mulai mengambil alih perekonomian yang berlangsung. Para pedagang dengan jalan barunya mulai mengkoloni masyarakat yang ada untuk diraup keuntungannya. Pengerukan keuntungan ini menjadi komoditas baru pada kalangan aristokrat. Dunia baru yang telah mereka jelajah mulai dijadikan koloni pasar yang melambungkan strata ekonomi dan menggulingkan kekuasaan dari penguasa lama kedalam pangkuan kaum kapitalis.

Pendidikan pada zaman ini sangat instrumental. Pendidikan mulai dijadikan ajang pemupukan pekerja. Pekerja-pekerja yang terampil dihasilkan dari pendidikan yang terampil. Hal ini merubah muka pendidikan yang selama ini murni merupakan sarang dari ilmu menjadi pabrik besar pekerja yang kelak siap digunakan di dunia industri. Industri yang muncul dari kolonialisme perlahan melahap tujuan pendidikan peninggalan kerajaan. Alih-alih membebaskan masyarakat dari penguasa pendidikan justru menciptakan tekanan baru pada masyarakat yang dinaunginya.

Dunia baru yang telah dirintis para pedagang, kini juga merasakan cipratan dari pencerahan pengetahuan pendidikan dari benua biru. Koloni pedagang yang menghasilkan dunia baru, berubah menjadi pengusaha yang menguasai sarang baru dari revolusi. Indonesia yang merupakan salah satu dunia baru itu mulai melahirkan pribumi-pribumi yang melek pendidikan. Pendidikan yang mereka dapat dari benua biru membuka pandangan dan mata mereka akan tanah yang mereka miliki yang ternyata selama ini telah dikoloni oleh penguasa dunia biru yang baru. Para putra pribumi yang terdidik memulai pergerakan dengan menggunakan pendidikan itu sendiri.

Mereka mulai menciptakan selokan-selokan ilmu yang bisa mengalirkan ilmu yang mereka dapat dari pendidikan ke masyarakat mereka. Emansipasi tak terlakkan. Semua telah terbuka. Kartini sebagai salah satu bentuk muka emansipasi yang ada di Indonesia merupakan salah satu contoh dari pendidikan emansipasi itu sendiri. Pendidikan mulai menjamah bagian dalam dari budaya kelam yang selama ini dianggap sahih oleh adat istiadat. Maka perjuangan pun bergulir, alkisah revolusi Perancis pada benua biru terulang dengan muka yang baru pada kemerdekaan Indonesia yang merupakan hasil pengayakan pengetahuan dan pendidikan.

Dalam rangka mempertahan kan kemerdekaan dan mengambangkan sayap-sayap ilmu kepenjuru daerah, pendidikan mulai mendapat dorongan tambahan. Dorongan itu sendiri sudah muncul sebelum kemerdekaan yang di mulai oleh Ki hajar dewantara beserta pejuang ilmu lainnya. Mereka memulai dengan mendirikan pendidikan pribumi yang telah mereka kawinkan dengan pendidikan yang mereka dapat dari benua biru.

Pendidikan hasil kolonialisme yang selama ini tidak menyinggung tentang moral, mulai ditantang oleh pendidikan ciptaan baru pribumi yang menggabungkan nilai luhur dari masa lalu dengan ilmu-ilmu termuktahir saat itu. Pendidikan menjadi sangat progresif dan mengebu-gebu.

Pendidikan yang menggebu-gebu yang terus melejit, memasuki masa era pascamodern. Masa yang merupakan perbuahan besar-besaran dari dunia industri yang merubah segala komoditasnya dengan komoditas baru yakni, digital. Dunia digital merambah kesegala aspek juga tak luput merambah dunia pendidikan.

Dunia pendidikan pun menjadi korban dari penguasa baru yang telah meng-komodifikasi segala aspek kehidupan sehingga merubah prioritas dan fungsi guna dari hal-hal yang telah di komodifikasi. Seakan-akan tidak rela pendidikan mengalahkan kejayaan industri, industri mengubah pendidikan menjadi komoditas baru. Pendidikan dijamah dan dipergunakan menjadi penentu strata dalam masyarakat.

Permaian baru dunia digital yang tidak henti-hentinya mulai menjajah secara perlahan aspek pendidikan menambah perjuangan baru dari pejuang pendidikan dan kemanusiaan. Pengetahuan yang telah memakan terlalu banyak perubahan, terpaksa membuang perkembangannya. Pendidikan kembali dimurnikan oleh pendidikan itu sendiri. Perjalanan panjang pendidikan hanya merupakan pelajaran bagi pendidikan itu sendiri untuk menjadi dewasa dalam merubah diri karena lebih dari itu pendidikan melakukan perkembangan dan perubahan dengan caranya sendiri yang tidak akan pernah bisa manusia tebak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun