Mohon tunggu...
TIKHO BORNEO
TIKHO BORNEO Mohon Tunggu... Editor - 포도밭에서 일하다 ( MAHASISWA )
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ladies And Gentlemen !!! Menulis Yuk, Gas Ken !!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

St. Germaine Cousin - Menanti Pelukan Terakhir Sang Bunda

24 Juni 2023   10:54 Diperbarui: 24 Juni 2023   11:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah kisah seorang santa nama nya Germaine tak mengenali wajah ibu kandungnya. Ibunda meninggal tak lama setelah kelahirannya. Sejak umur tiga tahun, sang ayah, Laurent Cousin menikah lagi dan mendapatkan 4 anak. Mulanya biduk rumah tangga Laurent berlayar mulus tapi dalam perjalanan sikap Armande ke Germaine adalah dalang dari kematian seorang anaknya. Sejak itu, gadis malang itu hidup sebatang kara di tengah keluarga yang berkecukupan.

Antipati Armande begitu mencolok di depan Laurent, tetapi Ayah hanya menerima saja perlakuan itu. Deritanya tak cukup di situ, Armande mendepak gadis 10 tahun ini dari rumah peninggalan almarhum ibunya. Armande merasa jijik, tak ingin seatap dengan gadis kurus, cacat tangan kanan,   dan menderita penyakit Tubercolosis (TBC). Perbuatan keji Armende tidak mencolok di mata masyarakat, karena ia memaksa Germaine untuk tinggal di gudang yang tak jauh dari tumpukan jerami.

Saban pagi, kelahiran Pibrac, prancis, 1579 Wajib menghadap ibu tirinya untuk menerika tugas. Tugasnya berat, tetapi hanya diberi seketul roti dan air putih. Sementara anak-anaknya bisa menyantap roti, daging, dan susu segar. Dari pagi hingga matahari terbenam tugas germani mengembalakan domba. Di sela-sela kesibukannya, ia mengambil jerami , mengisi bak mandi, memetik sayuran di kebun, hingga ragam pekerjaan kasar lainnya. Ia sering juga memintal bulu domba di tengah kondisi tangan yang cacat. Semua tugas ia tuntaskan dengan penuh tanggung jawab dan gembira.

Perlakuan kasar yang bertubi-tubi dari seisi rumah, membuat Germaine kerap terserang sakit. Tetapi ia tak pernah tampil sebagai orang yang pantas dikasihani. Ia orang yang lekas berkeluh kesah. Suatu kali, laurent sadar dan iba melihat putrinya. Lantas meminta sang putri tinggal bersamanya. Germaine menolak tawaran itu. " Saya tidak mungkin menerima kenyamana, sementara kristus menderita untukku. Kalian terlalu sempurna untuk menerima orang saya," ujar Germaine. Kata-kata ini membuat Laurent begitu terpukul, tapi tak banyak berbuat banyak.

BERBAGAI DARI KELEMAHAN

Suatu hari dimusim dingin, Germaine melihat seorang pria miskin dan kelaparan lewat didepan gudangnya. Saat itu ia sedang duduk ditumpukan jerami sambil menikmati seketul roti yang sudah berjamur. Germaine sontak berdiri dan mendekati laki malang itu. Ia menyodorkan roti jatah sarapannya kepada si miskin. Lelaki itu menikmati roti itu dengan senyum memesona. Sejak itu, ada niat dalam dirinya untuk hadir bersama orang miskin. Ia mulai mengumpulkan sisa-sisa makanan dari warga untuk dibagikan kepada setiap orang yang kondisinya jauh lebih memperhatinkan dari dirinya. 

Cerita menarik dalam suatu hari, saat hendak membawa makanan kepada orang-orang miskin. Kebiasaan Germaine selalu menyembunyikan makanan di dalam celemeknya. Naas, ibu tirinya tahu perihal itu. Ia pun mengejar Germaine dan bakal memberi hukuman atas tindakannya. Armande sengaja mencari kesempatan untuk bisa menangkap Germaine ditengah banyak orang. Siasat ini untuk menjatuhkan harga diri dan membangkitkan kebencian masyarakat kepada Germaine. Sebab, semenjak peristiwa air sungai terbelah, banyak warga pibrac menganggapnya sebagai orang kudus. 

Setelah berhasil mengkap Germaine, Armande memaksa anak tirinya mengeluarkan seluruh isi celemek. Betapa kagetnya Armande saat Germaine mengeluarkan seluruh isi celemek ternyata bukan roti, melainkan bunga aneka warna yang tak tumbuh di pibrac. Armande malu bukan kepalang. Namun Germaine memberikan seluruh bunga itu kepada ibu tirinya sebagai permohonan maaf. 

Germaine seorang yang berperasaan halus. Tidak saja makanan yang dibagikan, ia kerap membagikan waktu mengajarkan iman kepada anak-anak seusianya. Padahal sepanjang hidupnya, ia sama sekali tak merasakan pendidikan formal maupun non formal. Semua ia peroleh dari pengalaman iman di balut refleksi atas kehidupan. 

Ditengah kesibukan mengurus ternak periarahannya, Germaine selalu menyisihlN waktu untuk berdoa, mengikuti misa, berdoa rosario, dan doa Angelus. Dalam setiap katupan tangan dan tutupan mata, selalu berdoa untuk pertobatan sang ibu tirinya. "Andai dia bisa bertobat, tuhan biarkanlah tobatnya terjadi di akhir masa hidupku. Jangan menghukumnya saat ini karena dia adalah satu-satunya ibuku didunia,"pinta Germaine dalam doanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun