Mohon tunggu...
Tikha Novita Sari
Tikha Novita Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Tutor Bimbel, Guru Privat, Freelance Writer

📝 Jatuh cinta sama kutipan ini: "Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." - Pramoedya Ananta Toer -

Selanjutnya

Tutup

Money

Tenun yang Bercerita Tentang Upaya Pelestarian Budaya

8 Desember 2018   23:52 Diperbarui: 20 Desember 2018   12:39 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mila Wulandari founder Morisdiak. Doc: Mila Wulandari

"Ketenangan bukanlah kebebasan dari badai, tapi damai di tengah badai." -Mila Wulandari

Belum ada sehari saya mengenal Mila Wulandari. Namun, rasanya banyak sekali inspirasi yang saya dapat. Berawal dari ketertarikan saya terhadap produk lokal tradisional, saya pun akhirnya berjodoh untuk bisa bertemu dan mendapat kesempatan mendengar cerita tentang Social Enterprise yang dijalani Mila Wulandari penggagas produk handmade dengan brand Morisdiak.

Dari 34 Provinsi produk UKM dan UMKM di Indonesia memiliki potensi. Hal itu tak lepas dari masing-masing daerah yang selalu memiliki produk unggulan. Di era digital dan teknologi yang semakin berkembang pesat pemasaran produk UMKM dengan sangat mudah di lakukan melalui smartphone dengan berbagai filtur unggulan. Apa lagi jika target market yang dituju adalah generasi milenial, memang lebih memilih belanja online karena alasan kemudahan, simple dan banyak pilihan harga.

Beberapa produk slingbag dan totebag Morisdiak. Dok: Mila Wulandari
Beberapa produk slingbag dan totebag Morisdiak. Dok: Mila Wulandari
Mila Wulandari salah satu pelaku UMKM yang telah merintis Morisdiak sejak 2014 ini, juga memanfaatkan pemasaran online melalui website dan media sosial. Produk tenun craft Morisdiak ini membuat berbagai macam desain tas dan accessories dari berbagai macam motif tenun yang berasal dari NTT (Nusa Tenggara Timur). 

Proses desain dan jahit oleh pekerja yang melibatkan perempuan di lingkungan sekitar. Dok: Mila Wulandari
Proses desain dan jahit oleh pekerja yang melibatkan perempuan di lingkungan sekitar. Dok: Mila Wulandari
Mila Wulandari sebelumnya bekerja sebagai project official education dimana saat itu ia bertugas untuk mendampingi anak-anak, mengadakan training untuk guru, orang tua, dan komunitas-komunitas sekolah. Pekerjaan tersebutlah yang mengantarkan Mila untuk terjun dan masuk ke dalam masyarakat di pedalaman. 

Ia pun sempat menjadi supervisor untuk PSKK (Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan) UGM. Saat itu pun Mila perempuan dari Cilacap yang menetap di Yogyakarta dan telah memiliki dua putri ini, kembali ditugaskan di NTT pada beberapa kecamatan sehingga Mila pun semakin mengenal daerah tempat ia ditugaskan.

Mila Wulandari saat berkunjung ke Fatumnasi, Timor Tengah Selatan. Dok: Mila Wulandari
Mila Wulandari saat berkunjung ke Fatumnasi, Timor Tengah Selatan. Dok: Mila Wulandari
Terinspirasi dari perjalanannya saat bertugas dalam sebuah lembaga kemanusiaan yang berfokus pada isu anak dan pendidikan di NTT. Mila banyak melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah yang lebih tersembunyi. Selama tinggal dan melakukan perjalanan tersebut, Mila berinteraksi dengan masyarakat dan mengenal hasil budaya mereka yaitu tenun.

Totebag dengan tema khusus, yaitu 'Growing from Whiting'. Terbuat dari tali kulit asli, kanvas, dan handembroidery pada tekstil NTT handwoven. Dok: Morisdiak
Totebag dengan tema khusus, yaitu 'Growing from Whiting'. Terbuat dari tali kulit asli, kanvas, dan handembroidery pada tekstil NTT handwoven. Dok: Morisdiak
Kenapa Mila terpanggil dan fokus keluar kerja untuk berwirausaha di bidang tenun craft? jawabannya adalah ingin melestarikan produk tradisi budaya NTT. Niat Mila untuk mengembangkan sebuah usaha rumahan yang sesuai dengan minat dan ketertarikannya dalam craft dan desain kemudian ia realisaikan.

Mila mulai mempelajari craft secara otodidak sejak awal 2012 dengan membuat berbagai project sulaman, patchwork hingga bermain dengan tenun. Pada April 2014 Mila memutuskan untuk masuk ke pasar craft dengan label Morisdiak untuk menaungi produknya yang mengombinasikan antara sulaman, tenun NTT dan kain-kain lokal lainnya.

Beberapa mahasiswa yang datang mengikuti workshop di Morisdiak untuk belajar teknik craft. Dok: Morisdiak
Beberapa mahasiswa yang datang mengikuti workshop di Morisdiak untuk belajar teknik craft. Dok: Morisdiak
Arti dari nama Morisdiak sendiri berasal dari bahasa Tetun-NTT, moris berarti hidup dan diak berarti baik atau indah. Ia memahaminya sebagai suatu filosofi timur mengenai sebuah tatanan hidup yang harmoni, baik, indah, dan sejahtera.

Waistbag terbuat dari tenun Jepara, Jawa Tengah. Dok: Morisdiak
Waistbag terbuat dari tenun Jepara, Jawa Tengah. Dok: Morisdiak
Sebagai logo Morisdiak, awalnya Mila mengadaptasi sebuah motif tenun ikat yang berasal dari Sikka Flores, yang diberi nama jarang atabiang. Motif ini ditemukan pada sarung perempuan yang biasanya dikenakan pada saat kedukaan. Grafis yang menunjukkan manusia menunggang kuda ini sejatinya menggambarkan sebuah perjalanan manusia ke alam baka. Ia kemudian menyematkan warna merah yang menjadi latar untuk menggambarkan semangat dan keberanian untuk kembali hidup setelah 'mati suri'. Pada motif ini, yang dimaknai ulang sebagai perjalanan hidup manusia setelah sebuah fase 'mati suri' untuk kembali berkarya mewujudkan tatanan hidup yang baik, harmonis, dan sejahtera.

Namun, kini Morisdiak telah menyematkan logo baru sebagai pengganti logo lama. Pasalnya motif jarang atabiang termasuk dalam 53 motif tenun ikat sikka yang telah dilindungi oleh Indikasi Geografis masyarakat adat Sikka. 

Hasil kreativitas pouch dan slingbag Morisdiak, yaitu tenun Kefamenanu NTT yang di kombinasikan dengan kanvas ini juga memiliki cerita panjang. Dok: Morisdiak
Hasil kreativitas pouch dan slingbag Morisdiak, yaitu tenun Kefamenanu NTT yang di kombinasikan dengan kanvas ini juga memiliki cerita panjang. Dok: Morisdiak
Meskipun pada awalnya, project ini diinisiasi dan dikerjakan oleh Mila sendiri, mulai dari perencanaan, desain, proses produksi, dan pemasaran, tapi seiring perjalanannya ia mulai melibatkan ibu-ibu yang lain dalam proses produksi Morisdiak, meski masih dalam skala yang kecil. Ia juga membuka program kerjasama dengan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta untuk dapat berkolaborasi sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan yang mereka miliki. 

Mila berharap apa yang ia lakukan melalui Morisdiak dapat membawa dampak bagi perempuan pada umumnya, serta khususnya bagi perempuan pelaku budaya tenun di NTT. Penjualan offline dengan memanfaatkan jaringan kerja sama di beberapa toko craft yang ada di Yogyakarta, ia tempuh agar semakin banyak masyarakat yang bisa mengenal produk handmade Morisdiak.

Produk-produk Morisdiak bisa di dapat melalui online di website dan media sosial facebook dan instagram. Ia juga membuka lebar bagi siapa saja yang ingin belajar cfraft dari tenun ini. Di tempatnya yang berada di daerah Kasongan, Bantul ia membuka ruang workshop Morisdiak (google.map: morisdiak). 

Morisdiak membuat kreasi kalung. Perpaduan benang dari Pulau Timor dan ikat dari Pulau Sawu menjadi kalung etnik yang cantik. Dok: Morisdiak
Morisdiak membuat kreasi kalung. Perpaduan benang dari Pulau Timor dan ikat dari Pulau Sawu menjadi kalung etnik yang cantik. Dok: Morisdiak
Saat ini Mila berharap dapat bekerja sama dengan lebih banyak perempuan penenun di NTT, serta melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nilai-nilai sejarah, kultural dan filosofi yang terkandung dalam tenun NTT sehingga dapat menyajikan sebuah proses yang utuh dalam berkarya di Morisdiak. "Bagi saya Morisdiak bukan saja bicara mengenai tenun sebagai sebuah komoditas, melainkan juga sebuah upaya pelestarian budaya yang dilakukan oleh perempuan penenun di NTT dan juga kita semua yang terlibat di dalamnya." Tutur Mila berpesan.

Produk tenun handmade Morisdiak yang bisa diadopsi di beberapa toko di Yogyakarta seperti @lemarilila dan @djeladjah coffee. Dok: Morisdiak
Produk tenun handmade Morisdiak yang bisa diadopsi di beberapa toko di Yogyakarta seperti @lemarilila dan @djeladjah coffee. Dok: Morisdiak
Selain itu, ia juga berharap Morisdiak bisa menjangkau konsumen dengan segmen usia yang lebih luas lagi terutama generasi muda dengan rentang usia 17 tahun ke atas. Lalu bagaimana cara Mila membangun kepercayaan pada konsumennya terhadap brand yang ia bangun ini?

Mila pun menuturkan suatu produk akan dipercaya oleh customer jika konsisten minimal 3 tahun. Ini adalah pengalaman teman bisnisnya yang telah mengikuti pameran internasional selama 3 periode berturut-turut yang diadakan setahun sekali. Customer akan mempelajari selama paling tidak 3 tahun, dimana tahun pertama pengunjung hanya melihat-lihat, kemudian tahun kedua akan memastikan bahwa keberadaan suatu produk tersebut masih ada, dan tahun ketiga pengunjung mulai yakin bahwa produk tersebut masih ada dan mulai bertanya-tanya tentang produk tersebut. Dari pengalaman tersebut dapat dilihat bahwa suatu kegiatan atau produk yang konsisten di pasaran merupakan modal kepercayaan customer untuk menggunakan produk yang ditawarkan.

Kreativitas lain produk buatan Morisdiak, yaitu memadukan lurik gerimis Jogja dengan ikat dari Pulau Savu, NTT dan satu lagi lurik Klaten yang dipadukan dengan ikat dari Pulau Rote, NTT. Dok : Mila Wulandari
Kreativitas lain produk buatan Morisdiak, yaitu memadukan lurik gerimis Jogja dengan ikat dari Pulau Savu, NTT dan satu lagi lurik Klaten yang dipadukan dengan ikat dari Pulau Rote, NTT. Dok : Mila Wulandari
Berbicara mengenai peran teknologi di era digital, menurut Mila sendiri peran teknologi digital dalam pemasaran produk UMKM sangat membantu terutama agar dapat menekan cost. Teknologi digital memberikan alternatif bagi pengusaha UMKM dengan cost yang lebih efisien. "Tantangannya adalah sebagai pelaku usaha kita dituntut agar bisa jeli memilih jalur digital yang sesuai dengan karakter masing-masing dari produk yang dihasilkan para pelaku UKM," terangnya.

Melihat jasa pengiriman yang sudah banyak bermunculan. Morisdiak melihat peran serta jasa ekspedisi ini keberadaannya sangat membantu untuk memasarkan produk hingga ke seluruh daerah, bahkan luar negeri. Di Morisdiak memberikan pilihan kepada konsumen terhadap jasa pengiriman yang diminati oleh para customernya. Namun, Morisdiak juga menawarkan kepada konsumen jasa pengiriman yang cukup dekat dengan Morisdiak. 

Baginya jangkauan, harga, fasilitas dan layanan dari jasa ekspedisi ini penting untuk di perhitungkan bagi pengusaha dan menjadi solusi agar produknya benar-benar bisa sampai di tangan konsumen dengan baik. Ia pun mempercayakan pengiriman produknya terhadap salah satu jasa pengiriman yang sudah tidak asing lagi yaitu JNE.

Morisdiak saat mengikuti pameran. Salah satu impian terbesar yang masih diperjuangkan adalah menyematkan nama pembuat tenun agar tenun NTT tetap terjaga keasliannya. Agar mama-mama penenun mendapatkan brending hasil karya mereka sehingga cerita tentang tenun di NTT ini akan terus mengalir. Dok : Morisdiak
Morisdiak saat mengikuti pameran. Salah satu impian terbesar yang masih diperjuangkan adalah menyematkan nama pembuat tenun agar tenun NTT tetap terjaga keasliannya. Agar mama-mama penenun mendapatkan brending hasil karya mereka sehingga cerita tentang tenun di NTT ini akan terus mengalir. Dok : Morisdiak

Yah, seperti yang kita tahu JNE sebagai perusahaan logistik terkemuka di Indonesia. Turut mendukung berkembangnya bisnis UMKM di Indonesia. Perusahaan yang dulunya bertagline 'Ekspress Accros Nation' kini menjadi 'Connecting Happiness' ini, mempersiapkan JNE E-Commerce dan melakukan  optimality mobile application serta membangun 250 kantor operasional juga memperluas jaringan hingga lebih dari 6000 outlet di seluruh Indonesia.

JNE memberikan banyak dukungan bagi UMKM baik berupa peningkatan layanan maupun edukasi. Seperti bagaimana packing paket yang aman agar kiriman UMKM tidak rusak atau hancur selama proses pengiriman. 

JNE juga memiliki warehouse sehingga membuat ongkos kirim menjadi lebih murah. Sistem resi online, di mana penjual tinggal membawa nomor booking dan mengeprint resinya di JNE. Ada juga JLC JNE Loyal Card yang memberikan diskon potongan harga untuk pengiriman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun