Saya mengetahui banyak fakta baru seperti. Media sebagai pilar ke 4 demokrasi, mencari sudut pandang yang menarik dan judul tidak boleh clickbait, dan yang paling menarik bagi saya ternyata seorang Jurnalistik harus independen bahkan pada asumsinya sendiri.
Pada sesi pembelajaran mandiri 2Â saya memilih course, "Membuat konten storytelling sesuai kaidah jurnalistik untuk konten kreator." oleh Wisnu Nugroho (Editor in chief at kompas.com)
sebenarnya tidak ada alasan mendasar untuk memilih course ini selain 'penasaran'.
Ya, penasaran. Kalian tidak salah baca. Rasa penasaran tersebut membawa saya pada hal baru.
Seperti pentingnya mengenal audiens, membuat sesuatu yang tidak penting menjadi penting, tahu arti penting menulis bagi seorang storyteller atau saya sendiri, dapat membuat sebuah karakter agar diterima pembaca, dan membuat pembaca masuk dalam dunia imajinasi kita.
Disela sesi pembelajaran mandiri terdapat sesi kolaboratif. Selain belajar mengenai ilmu jurnalistik dan bijak dalam membuat konten digital secara positif, para peserta juga mendapatkan pembelajaran kolaboratif dengan tema 'Permasalahan Generasi Z.'
Disesi ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak, untuk berdiskusi tentang masalah tersebut.
Nah, disini saya berada di kelompok 5, dengan judul 'cyber bullying'. Cara diskusi kami mungkin paling unik dari yang lain. Karena kami berdiskusi melalui room chat. Walau begitu, kami bisa menyelesaikan tugas tersebut dengan lancar.
Setelah sesi kolaboratif selesai, peserta diberi tugas untuk membuat konten kreatif dan positif dengan tema 'Permasalahan Generasi Z.'
'Scroll Sosmed Bikin Gen Z Insecure dan Toxic.' merupakan judul dari tugas yang saya upload di feed Instagram.
Untuk pertama kali bagi saya meng-upload sesuatu yang berkaitan dengan orang banyak. Takut salah memberi informasi. Maka saya kerjakan dengan hati-hati berdasarkan artikel yang ada.