Pendidikan politik pertama saya, saya pelajari dari ayah saya, yang selalu membawa semua anak-anaknya dalam setiap pemilihan umum, sejak pemilu masih sebuah rekayasa politik yang dibuat Suharto dengan Golkarnya. Jadi jika anda punya anak, tirulah ayah saya, bawa anak-anak anda, sehingga kelak mereka akan menertawakan orang-orang golput yang bangga dengan pilihan golputnya dan tetap ingin bicara soal masa depan bangsa ini. Golput adalah hak anda tapi “shut up! Just don’t say anything!”.
Untuk para Pemilih. Lihat tidak? Mendadak sontak bangsa ini hingar-bingar bahu membahu mencoba melakukan perubahan total di negeri ini. “Drastical change”, “that’s exactly what they call”. Mungkin bangsa ini sudah muak dan “eneg” dengan kelambanan-kelambanan, pidato-pidato retorika, wajah-wajah cengengesan tanpa rasa bersalah meski sudah dituding-tuding sebagai maling, korupsi-korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya memikirkan orang banyak. Dan semua itu diawali dengan slogan REVOLUSI MENTAL yang dahsyat makna itu, yang dianggap biasa tetapi belakangan menjadi slogan yang amat sangat menakutkan bagi mereka yang menentangnya, sampai-sampai para Doktor dari universitas terkemuka harus membuka literatur-literatur untuk menangkal serangan para pengganggu slogan itu.
Lihat tidak? Jutaan orang bergerak dengan biaya sendiri baik yang hitungan ribuan, puluhan ribu rupiah maupun milyard untuk menangkal serangan-serangan, fitnah-fitnah, hinaan-hinaan, manipulasi-masipulasi foto dan dokumen, pembalikan-pembalikan fakta, posting-posting dari media-media abal-abal yang mungkin sengaja dibayar untuk memberitakan hal-hal yang memancing kemarahan orang banyak.
Lihat tidak? Jutaan orang menghabiskan waktu berjam-jam di social media untuk menjawab posting-posting negatif yang menentang perubahan drastis yang diinginkan orang banyak itu. Mempertengkarkan posting-posting itu, lalu sebagian meng-unfollow, meng-unfriend dan bahkan mem-block daftar temannya.
Lihat tidak? Jutaan orang melakukan perjalanan-perjalanan ke luar kota dengan biaya sendiri untuk bicara masalah-masalah bagaimana cara mewujudkan perubahan itu. Heran seheran-herannya!
Lihat tidak? Jutaan orang mengetuk pintu-pintu rumah tetangga dan menghadiri undangan-undanganuntuk berbicara mengenai perubahan yang akan terjadi .
Lihat tidak? Jutaan orang mencoba mempengaruhi orang lain soal “DRASTICAL CHANGE” dan “REVOLUSI MENTAL” itu di tempat-tempat umum seperti bis kota, di Kereta api, di ruang-ruang tunggu, di dalam taxi, kampus-kampus, tempat nongkrong bahkan di toilet gedung-gedung perkantoran.
Semakin dekat ke tanggal 9 Juli, semakin melelahkan perjuangan untuk mendapatkan perubahan itu, karena serangan-serangan itu semakin hebat dan tidak lagi memperhitungkan etika-etika, nilai-nilai, pakem-pakem, bahkan pasal-pasal-pun hukum pun sudah dilanggar. Entah berapa banyak lagi pertemanan harus diputuskan, kontak BB didelete dan list FB di-unfriend dan di-block.
Terima kasih bulan Ramadhan yang datang di saat kita amat senditif dan mudah dijengkelkan oleh orang-orang itu. Lengkap sudah pertentangan 190 juta pemilih Presiden yang sebenarnya bersaudara ini.
Padahal tanggal 9 Juli nanti, sekitar sore hari kita sudah akan share Presiden baru kita yang sama. Namanya JOKOWI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H