Mohon tunggu...
Rr. Nur Cahya Widilanstika W
Rr. Nur Cahya Widilanstika W Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hai semuanya!!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya untuk Tidak Self Diagnosis

20 September 2022   18:45 Diperbarui: 20 September 2022   19:17 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, media social dipenuhi para remaja yang melakukan self diagnosis terhadap Kesehatan mentalnya. Dan menganggap hal tersebut sebagai hal yang keren untuk diekspos. Trend ini sering muncul diberanda social dengan latar belakang monokrom dan diiringi lagu lagu sendih agar terlihat lebih dramatis dan melankolis. Postingan tersebut biasanya dibuat acuan untuk melakukan self diagnosis

Self diagnosis sangat berbahaya karena cenderung mengambil pengobatan yang salah, karena biasanya akan melakukan perawatan sendiri dan resikonya kondisi Kesehatan mental anda menjadi lebih parah karena menjalani metode pengobatan yang tidak disarankan oleh professional.

Itulah mengapa anda disarankan meminta bantuan kepada ahlinya, contoh seperti psikolog/psikiater,  untuk mendiagnosis gejala Kesehatan yang dialami dengan benar. Mulai dengan menanyakan lebih detail gejala yg dialami dan berapa lama gejala tersebut berlangsung, sehingga dapat mendiagnosis gangguan yang dialami.

Permasalahan utama yang dialami masyarakat indonesia kurangnya tenaga ahli seperti psikiater dan psikolog di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab terjadinya self diagnosis.

Berdasarkan data WHO (world health organization), sebagai negara berkembang, pada tahun 2018 Indonesia hanya memiliki 4,27 dokter untuk 10 ribu populasi. Jumlah dokter tersebut sangatlah sedikit jika dibandingakn dengan negara asia tenggara lainnya. (sumber:WHO)

Sedangkan untuk saat ini mengutip dari data ikatan psikologis klinis Indonesia, jumlah psikologis klinis sebanyak 2.712 orang yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya masalah jumlah tenaga ahli mahalnya biaya untuk berobat juga membuat masyarakat Indonesia enggan untuk melakukan pengobatan ke tenaga ahli.

Daftar Pustaka

• http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jops/article/download/17467/7185

• https://www.halodoc.com/artikel/bahaya-self-diagnosis-yang-berpengaruh-pada-kesehatan-mental

• Kurnia, R. (2021, Oktober 18). Tren self diagnose mental illness berbahaya? Kompasiana. https://www.kompasiana.com/rahmakns/616d26357711b616b27a1952/tren-self-diagnosis-mentalillness

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun