Dihari yang berahmat itu, Dengan mantap engkau maju kedepan altar..
Langkahmu yang gagah dan suaramu yang lantang menyibakkan nuraniku..
Dalam keheningan itu,engkau turut serta menyanyikan kidung pujian
" Seumur hidup aku tetap jadi abdi-Nya "
Detik-detik engkau mengikrarkan janji setiamu..
Aku hanya bisa tersenyum dalam tangis pilu
Aku tak berdaya menahan apa yang engkau mau
Untuk menjadi mempelai-Nya dan bukan mempelaiku..
Saat itu juga,engkau melirikku dari balik jubah kebesaranmu
Senyummu memberiku tanda yang misterius
Yah..aku harus merelakanmu menjadi mempelai-Nya
Menjadi pelayan dikebun anggurnya..
Aku hanya bisa tersenyum dalam pilu
Melepaskanmu,walau hati berontak tak ikhlas
Berharap aku dapat memelihara segala kebaikan yang pernah engkau berikan
Berharap engkau melupakan segalanya tentangku
Pergilah..menjadi abdi-Nya seumur hidup
Aku akan selalu mendoakanmu
Semoga engkau tetap setia pada pilihanmu
Seperti janjimu kepadaku..
Biarkan aku mencintaimu,walau tanpa kata dan kalimat
Ijinkan aku mengukir namamu dalam setiap bait doaku..
Gauden' 23 Agt 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H