Mohon tunggu...
Finiez
Finiez Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best

Marilah kita memulai lagi sebab kita belum berbuat apa-apa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Kita Masih Tertipu Berita "Hoax" ?

14 Juli 2021   21:39 Diperbarui: 14 Juli 2021   21:50 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era milenial ini,hitungan detik kita bisa mengakses berbagai berita. Kita senang  membiarkan jari kita menari-nari di layar ponsel berjam-jam ,ehm.. bukan hanya itu saja,kita juga sering terpancing untuk membiarkan jempol kita menekan tombol "share" tanpa berpikir terlebih dahulu manfaat dari postingan yang kita share.

Nah,munculnya berbagai aplikasi dan fitur membawa kita kepada kemudahan sekaligus kekacauan. Berbagai aktivitas dapat kita lakukan diberbagai fitur,kita dimudahkan dalam banyak hal khususnya dimasa pandemic ini. 

Seiring berjalannya waktu, tanpa kita sadari kita juga menjadi penikmat berita hoax. Kita tergiur oleh tawaran-tawaran yang dibalut dengan kata-kata indah oleh pihak-pihak tertentu. Kasus ini banyak terjadi baik secara privat maupun kelompok bahkan mengatas namakan instansi atau lembaga-lembaga tertentu.

Apa itu hoax ? Menurut KBBI ,Hoax adalah berita bohong, dengan tujuan untuk membuat opini publik,menggiring opini,membentuk persepsi sekaligus juga untuk menguji kecermatan dan kecerdasan pengguna internet dan media sosial. Setiap kita pasti sudah mengerti apa itu hoax ,tapi saya yakin kita masih sering terjerembab dalam dunia hoax. 

Bagaimana cara membedakan berita hoax dengan berita yang asli ? Apakah ada aplikasi yang digunakan untuk men-cek kebenaran suatu berita ? Opss,,tunggu dulu. Sebelum kita melangkah lebih jauh ,anda sendiri bisa mengetahui keaslian suatu berita. Caranya bagaimana? Langkah pertama adalah anda harus tahu ciri-ciri dari hoax itu. Ciri-ciri hoax biasanya :

1. Sumber informasi tidak jelas

2. Biasanya dibalut dengan kata-kata indah

3. Membangkitkan emosi

4.  Argumennya kelihatan ilmiah tapi salah

5. Isinya menyembunyikan fakta

6. Konten berisi permintaan yakni sebarkan atau viralkan

7. Gaya tulisan

Ketujuh poin ini sebenarnya cukup menjadi panduan seseorang untuk mengamati setiap berita. Akan tetapi,realita membuktikan bahwa tidak semua pengguna media sosial mampu menggunakan medsosnya dengan bijak. Hal ini bisa dimengerti karena pengguna medsos saat ini adalah semua golongan,semua kelas sosial dari seluruh penjuru dunia. Ada yang menggunakan medsos sebagai hiburan,bisnis,dan lain sebagainya. Nah, hal ini cukup menjadi alasan mengapa kita masih bisa tertipu berita " Hoax" ?

Hal ini terjadi karena tidak sungguh-sungguh membaca dan memahami apa isi konten,tidak mengecek sumbernya valid atau tidak,lebih tertarik pada cerita yang dramatis,anekdot atau testimoni ketimbang statistik secara umum dan illusory truth effect,rasanya jika diulang-ulang menjadi terasa benar.

Nah,teman-teman dari pada kita  dibodong oleh berita hoax,mari kita bijak menggunakan media sosial kita. Sayangkan,hari gini masih tertarik pada berita hoax. Yuk,lakukan langkah sederhana ini untuk mengecek sebuah fakta :

1. Gunakan google reverse image atau google images,yandex,bing untuk cek unggahan foto

2. Cek pada media yang kredibel

3. Cek pada situs pencarian fakta,misalnya :www.turnbackhoax.id dan www.cekfakta.com

4. Instal aplikasi hoax buster toolss.

Tulisan ini adalah bagian dari pengalaman saya. Pengalaman ini bukan hanya sekedar pengalaman tapi juga sekaligus menjadi pembelajaran hidup. Ketika KEMENDIKBUD memberikan kemudahan bagi para mahasiswa,siswa juga guru dan dosen dengan menyalurkan bantuan kuota paket belajar pada saat itu juga pihak-pihak tertentu menyebarkan berita hoax tentang paket belajar dan mengatasnamakan instansi terkait.

Pada saat itu saya tertarik untuk mengikuti prosedur yang diminta demi paket belajar yang pada akhirnya akun saya dihacker. Pengalaman ini menjadi refleksi bagi saya,betapa perbuatan itu tidak terpuji karena dengan sengaja telah merugikan pihak lain. Kemudian ketertarikan saya untuk menekan tombol share telah  membuat orang lain menjadi korban. 

So,mari kita lebih berhati-hati menggunakan media sosial ,mari kita saling menghargai sesama pengguna media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun