Dipagi yang sangat dingin itu, saya duduk bersila hendak menghadap dan bercakap-cakap bersama dengan Tuhan. Hari ini saya disuguhkan sabda yang menyegarkan jiwa serta menjadi kabar sukacita dalam pelayanan sepanjang hari ini yakni perumpamaan tentang domba yang hilang. Adalah hal satu yang menarik mengikuti alur perumpamaan ini. Selain perumpamaan ini sederhana juga mudah untuk dimengerti.
Ketika saya membaca teks injil yakni perumpamaan tentang domba yang hilang saya mencoba menyimak dan memahami apa maksudnya. Saya menemukan beberapa tokoh dalam perumpamaan tersebut yakni Yesus, pemungut cukai, orang farisi dan ahli taurat. Setelah saya menemukan tokoh saya mencoba menelaah sikap-sikap dari tokoh tersebut.Â
Sebagaimana dijelaskan bahwa Yesus digambarkan sebagai pribadi yang berbelas kasih, peduli dan penuh cinta. Sementara ahli taurat dan orang farisi adalah orang-orang yang menjunjung tinggi hukum taurat dan pemungut cukai adalah orang -orang yang suka mengumpulkan pajak sehingga dianggap sebagai orang berdosa dikarenakan sikap yang kejam karena terkesan memeras masyarakat. Sementara domba yang hilang ibarat orang-orang yang menyimpang dari jalan yang telah ditentukan.
Bercermin dari beberapa tokoh ini, saya mencoba menelaah sikap-sikap itu dan mencoba berefleksi condong kemanakah saya ? Dalam permenungan, saya merasa bahwa semua sikap dari setiap tokoh itu ada dalam diri saya. Namun, ada satu hal yang mesti saya bangun dalam diri saya yakni sikap Yesus yang mencintai tanpa syarat. Sikap Yesus yang peduli,berbelas kasih hingga menunjukkan cinta tanpa syarat menjadi makna terdalam dari permenungan ini.Â
Sikap orang farisi dan ahli taurat serta pemungut cukai adalah gambaran real kehidupan manusia yang seolah taat akan segala aturan yang berlaku namun acap kali tidak tulus melakukannya. Hal ini terjadi karena segala sesuatu dipandang sebagai ancaman terhadap keselamatan sehingga manusia semampunya menghindari resiko yang ada. Oleh karena itu, domba yang hilang merupakan gambaran kepribadian saya atau kita yang sering menyimpang dari jalan yang telah ditentukan. Menyimpang dari kehendak Tuhan dengan tujuan mencari kepuasan akan nikmat duniawi.
Meskipun demikian keadaan manusia, Yesus tetap saja mencari kita yang hilang, mencari kita yang sering sesat. Banyak orang hidupnya saleh di hadapan Tuhan, namun meskipun demikian toh Yesus memperhitungkan pribadi-pribadi pendosa, dan yang hilang. Pantaslah saya bersyukur karena semua manusia sama di hadapan Allah, setiap orang diberi kesempatan untuk bertobat dengan cara bahwa Yesus tetap mencari kita. Alangkah bahagianya kita mampu bersukacita oleh karena pengorbanan Tuhan kepada kita.
Sikap Yesus ini menekankan tiga hal ini kepada saya. Ketiga hal ini tentu menjadi makna dari perumpamaan tentang domba yang hilang.
1. Mencintai tanpa syarat
mencintai dan di cintai adalah kewajiban serta tanggung jawab kita sebagai manusia. Saya diajak untuk bertindak seperti Yesus yakni mencintai tanpa syarat atau tidak membeda-bedakan. Idealnya mencintai tidak mengenal sekat apapun, cinta membuat setiap manusia bebas untuk mengekspresikan dirinya. Saya sadar bahwa hal ini adalah sesuatu yang sulit, mencintai tanpa syarat itu tidak mudah karena membutuhkan pengorbanan yang besar, siap menanggung resiko. So, ketika saya tahu akan ada resiko dari tindakan mencinta maka saya cenderung untuk menahan diri. Sikap inilah yang dikritisi Yesus melalui perumpamaan yang disampaikan kepada kita hari ini. Sikap Yesus terhadap domba yang hilang menjadi bukti yang nyata bahwa Ia mencintai kita tanpa syarat.Â
2. Berbelas kasih