Judul tulisan ini adalah salah satu motto mahasiswa di kampus saya. Motto ini tentu saja tidak hanya sekedar motto belaka, namun bagaimana motto ini menjadi motor bagi kami dalam melakukan berbagai aksi. Dikalangan mahasiswa sangatlah gencar jika ada momen -momen pertunjukkan yang menyangkut hidup masyarakat.
Saya tidak menyangkal bahwa mahasiswa berjuang untuk dikenal, disapa, mewujudkan eksistensinya dengan caranya masing-masing. Setiap kampus berlomba untuk menjadi numero uno alias to be number one. Mengapa demikian ? Karena memang mahasiswa diharapkan ikut ambil bagian dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan. Mahasiswa menjadi motor dalam aksi kedamaian dan keadilan.
Jika ditanya, apakah mahasiswa harus ikut demo ? Saya sendiri menjawab tidak. Mahasiswa mesti mengerti dan paham apa yang pantas untuk dikritisi. Mahasiswa bukan topeng dari segala kejahatan, mahasiswa juga bukan alat yang bisa digunakan untuk memprovokasi segala sesuatu. Idealnya mahasiswa itu adalah orang yang bijaksana, orang yang mampu memilah dan mempertimbangkan segala sesuatu. Mengapa saya katakan demkian ? Karena mahasiswa memiliki satu konsep atau mimpi yang besar terhadap negaranya.
Saya sendiri pernah mengajak teman-teman melakukan suatu aksi. Adapun latar belakang mengapa saya mengajak mereka melakukan aksi karena saya sebagai seorang Fransiskan melihat bahwa masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan. Dalam aksi itu kami membawa slogan yang menyuarakan bahwa betapa pentingnya menjaga bumi sebagai rumah kita bersama. Hal ini bukan saja tanggung jawab masyarakat namun bagaimana juga para pemangku kekuasaan mampu menggerakkan aparatnya untuk memperhatikan lingkungannya.Â
Masyarakat sendiri tidak mampu menyuarakan haknya dikarenakan banyaknya aturan yang mesti mereka ikuti. So, karena ketidaksanggupan mereka untuk melakukan aturan yang ada maka mereka cukup berdiam dan berpasrah. Coba kita lihat sekitar kita yang rawan banjir, dan longsor ? Itu semua karena apa ? Tentu karena ulah kita sendiri yang kurang mampu untuk mengontrol diri akibatnya masyarakat kecil menjadi korban.
Inilah salah satu aksi yang pernah kami lakukan dan saya termasuk penggeraknya. Barangkali aksi ini tidak terlihat wow dikarenakan kami harus turun tangan untuk melakukan dan mewujudkan harapan kami terhadap masyarakat. Kami melakukan aksi penanaman seribu pohon, pembagian sembako terhadap masyarakat dan kebersihan lingkungan khususnya daerah-daerah yang rawan banjir. Aksi kami ini pun turut mendapat dukungan dari berbagai pihak. Kami sadar bahwa aksi yang kami lakukan bukan semata-mata untuk memojokkan kalangan tertentu, namun bagaimana kami mampu menyadarkan banyak orang bahwa betapa pentingnya kita menjaga bumi ini yang adalah rumah kita bersama.
Jadi, saya berpikir begini, barangkali dari kebanyakan kita memiliki konsep yang salah tentang demo. Ketika kita mendengar kata demo kita langsung terbayang dengan sebuah kericuhan, terjadi kerusakan dimana-mana. Sebenarnya tidak demikian. Demo atau aksi protes terhadap kebijakan pemerintah tidak semata-mata dilakukan dengan tindakan yang kasar atau arogan. Sebagai mahasiswa mestinya tahu cara beraksi yang kreatif tidak sembarang berteriak. Mahasiswa mesti tahu apa yang diteriakkan, tahu cara mengatasi.
Jika kita sanggup mengubah sesuatu dengan cara yang lembut mengapa mesti arogan. Jikalau kita adalah orang yang berwawasan luas, memiliki akal budi mestinya kita dapat memperbaiki segala sesuatu tanpa mencari sensasi apalagi merusak nama baik lembaga atau orang lain. Kita sebagai mahasiswa mesti sadar bahwa suatu saat kita akan berada pada posisi tertentu dan kita yakin bahwa kita adalah mahluk yang lemah yang memiliki kekurangan dimana-mana. Cobalah memposisikan diri pada posisi orang lain sehingga kita paham dan mengerti segala proses yang dilaluinya.
Jadi, kalau saya ditanya apakah mahasiswa wajib demo ? Jawabannya tidak. Belajarlah untuk  mendemo diri sendiri agar kelak tidak didemo oleh orang lain. Demoitu adalah salah satu wujud kasih tanpa pamrih dan tulus tanpa modus.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H