Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memberi Hadiah kepada Guru, Bolehkah?

30 Juni 2022   11:56 Diperbarui: 30 Juni 2022   13:03 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang hadiah kesannya pasti menyenangkan. Apa yang menjadi isi dari hadiah tersebut tidak menjadi soal, tapi moment ketika mendapat hadiah itulah yang paling berkesan. 

Saya pikir kita semua pernah menerima hadiah entah itu di momen ulang tahun, HWA, ataupun karena kesuksesan yang lain atau mungkin hadiah natal ataupun hadiah pernikahan. Yang jelas mendapat hadiah itu rasanya menyenangkan.

Dibulan juni ini selain maraknya toga, juga maraknya hadiah. Mengapa ? Karena bulan ini merupakah akhir dari tahun ajaran. Lalu, bagaimana kabar para guru saat ini ? Apakah kalian sama seperti saya mendapat hadiah dari murid-murid sebagai ungkapan terima kasih. 

Sekedar menjawab pertanyaan topik pilihan kali ini "Memberi hadiah kepada guru, bolehkah ? Kalau menurut hemat saya jawabannya boleh. Tidak ada yang salah disana bukan karena saya seorang guru lalu saya membela diriku dengan berkata boleh, tapi bingkisan itu merupakan ungkapan terima kasih ataupun wujud cinta dari siswa terhadap gurunya dan sifatnya tidak wajib.

Saya yakin bahwa tak seorang gurupun meminta hadiah dari siswanya apalagi mewajibkannya. Kita tahu saat ini aturan untuk pendidikan itu begitu ketat dan tegas, tidak boleh neko-neko. 

Kebetulan pertanggal 18 juni yang lalu saya dibanjiri hadiah dari murid-muridku. Hadiah itu beraneka jenis mulai dari roti, parfum, hingga tas. Saya tidak pernah berfikir bahwa mereka akan memberikan itu pada saat menerima raportnya. Mungkin dibenak banyak orang hal ini adaah tindakan suap dan ajaran yang tidak baik.

Coba kita bayangkan ketika kita memberi hadiah kepada orang lain ? Apakah didalamnya terselip niat untuk melakukan suap ? Saya pikir tidak. Jangan karena ketidak sanggupan kita untuk mencerna setiap perilaku lantas kita mengadili orang lain dan memudarkan warna dari ketulusan itu. 

Menurut saya tindakan memberi dapat dikatakan menjadi suap apabila tindakan tersebut merugikan orang lain atau merampas milik orang lain. Ketika saya menerima hadiah kecil dari orangtua siswa saya bertanya begini: Apa motivasi ibu memberi hadiah ini ? Ibu tahu bahwa tugaskulah yang membimbing anak ibu dan aku tidak berharap Ibu membalas jasa saya dengan bingkisan kecil ini ? Ketika ibu menyekolahkan anak ibu disekolah ini,tentu mendampingi dan mengajarinya menjadi tugas dan tanggung jawab kami dan ibu sudah melakukan kewajiban itu untuk itu ?

Kemudian Ibu itu menjawab seperti ini, " Suster, saya hendak mau berbagi dari rejeki yang saya punya. Anak-anak ini adalah anugerah untuk saya dan pengetahuan yang didapatkan selama ini bukan karena kebolehan saya mendidik mereka tapi karena mereka ada disekolah ini. 

Tak sedikitpun niat untuk mengaburkanjasa suster terhadap anak-anak ini, niat saya hanya untuk mengucapkan terimakasih dan tentu nilai dari bingkisan itu tidak seberapa jika dibanding dengan ilmu yang mereka dapatkan. Semoga suster berkenan menerima ungkapan terima kasih anak-anak. Memang mereka tidak mengerti apa makna semua ini tapi saya sebagai orang tua mengajari mereka dari sekarang untuk mau berbagi.

Jawaban ibu itu membuat saya terharu. Saya merasa bahwa memang jika demikian tidak ada yang salah dengan pemberian atau hadiah dari anak- anak untuk gurunya. Saya yakin bahwa hadiah yang mereka berikanpun jika dilihat dari segi nominal tidak sampai merugikan mereka. Diberi hadiah oleh murid bukan berarti guru tak sanggup membelinya, tapi karena ada nilai dari sisi yang lain.

Lewat peristiwa diatas apa yang mau dikatakan kepada saya ? Yah, bahwa segala sesuatu itu tidak harus selalu diukur dengan materi. Pemberian diri seorang guru tentu saja tak  dapat dihitung dengan materi. Guru hanya berharap anak-anak yang didampingi itu menjadi anak yang sukses. Seseorang termotivasi menjadi seorang guru bukan karena hadiah melainkn karena tugas pelayanan.

Ketika saya menjadi mahasiswa , dan sudah selesai menyelesaikan segala tugas akhir saya pun memberikan hadiah kepada dosen pembimbing saya. 

Niat memberi hadiah benar-benar dari hati yang tulus sebagai ungkapan terima kasih atas bimbingannya selama ini. Saya tidak mampu membalas segala kebaikan dosenku yang kuterima selama ini selain hanya doa yang bisa kulangitkan setiap saatnya dan bingkisan kecil ketika aku hendak berpisah dengannya.Saya berharap bahwa ini jugalah yang dirasakan oleh para orangtua sehingga menitipkan hadiah itu kepada anak-anak mereka.

Sekali lagi terima kasih atas kebaikan orangtua, perhatian orangtua untuk guru melalui anak-anak kita. semoga berkat melimpah untuk kalian.

salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun