Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Hal Ini Bertumbuh dalam Tugas Pelayananku

20 Mei 2022   22:05 Diperbarui: 21 Mei 2022   03:46 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang biarawti adalah pilihan hidupku sedari dulu. Saya tertarik menjadi seorang biarawati sejak saya mengenal namanya sekolah minggu yang sekarang sering disebut dengan SEKAMI. 

Waktu saya sekami saya pernah bertemu dengan seorang suster, sebenarnya suster itu akan melayani pada saat ibadah orang dewasa. Akan tetapi karena suster itu lebih cepat tiba distasi kami maka ia pun ikut mendampingi anak-anak sekolah minggu.

Pada saat itu saya terharu sekaligus bahagia melihat suster itu karena ia cantik, baik dan ramah. Lagi-lagi pintar menyanyi dan bercerita juga disenangi banyak orang. Mulai sejak itulah saya berkeinginan menjadi seorang biarawati. 

Cita-cita itu terus bertumbuh subur dan berkembang dalam diriku sehingga setelah menyelesaikan pendidikan SMA saya memutuskan untuk masuk biara. Dengan bantuan pastor paroki saya pun memilih OSF- Sibolga sebagai tempatku untuk mewujudkan cita-cita. 

Saya memilih OSF Sibolga karena kongregasi ini merupakan salah satu kongregasi yang menghidupi spiritualitas fransiskan. 

Adapun ciri khas dalam persaudaraan ini adalah hidup sederhana dan menyaudara bagi semua tanpa memandang etnis suku dan lain sebagainya. Kalau tidak percaya coba saja datang kebiara kami yang beralamat di Jl. Zainul Basri Hutagalung no 2 Pandan-Sibolga Tapteng.

Saat ini merupakan tahun ke 10 bagi saya setelah bergabung menjadi anggota OSF. Dalam kurun waktu 10 tahun sedikit banyak saya sudah mencicipi buah pelayanan saya. 

Tahun 2015 saya mengikrarkan kaul perdana dan pada saat itu saya mendapat tugas perutusan sebagai guru TK dan berlangsung selama 4 tahun. Setelah itu saya mendapatkan tugas studi hingga saat ini. Meskipun studi saya tetap terlibat dalam tugas pelayanan baik di gereja maupun dalam persaudaraan.

Oleh karena itu saya mencoba merenungkan perjalanan panggilan serta pelayanan saya hingga saat ini. Setelah sepuluh tahun berlalu saya menemukan 3 harta karus dalam tugas pelayananku. 

Saya merasa bahwa harta ini tidak akan pernah diambil orang daripadaku selagi saya mampu menjaga dan merawatnya dengan baik. Ketiga harta karun tersebut akan saya uraikan dengan singkat dan besar harapan saya para pembaca juga memperolehnya dalam tugas pelayanan setiap hari. 

1. Melayani melatih saya menjadi pribadi yang rendah hati dan dewasa

Dalam tugas pelayanan banyak hal yang saya temukan. Melayani adalah hal yang paling mulia menurut saya. Setiap kita pasti sudah melakukan yang namanya pelayanan entah itu dirumah tangga, dimasyarakat dan ditempat kerja. 

Saya sendiri juga memiliki ritme yang demikian. Namun yang saya maksudkan disini adalah bahwa panggilan saya memang khusu untuk melayani. 

Bagaimana cara saya menghidupi tugas pelayanan itu? Yakni dengan cara melatih diri menjadi pribadi yang yang berkualitas. Bukan hanya itu , tugas pelayanan itu menjadikan saya menjadi pribadi yang rendah hati dan dewasa.

 Tugas pelayanan itu menuntut saya keluar dari zona nyaman dan meninggalkan kemampanan masuk pada kerapuhan dunia. Untuk menghadapi kerapuhan dunia ini saya terlatih menjadi pribadi yang rendah hati dan dewasa. 

Menikmati apa yang ada dan bersyukur untuk segala rahmat Tuhan. Ketika semuanya itu berlabuh pada kata syukur maka segala sesuatu terasa menjadi manis dan inilah berkat yang yang harus saya bagikan.

2. Melayani melatih saya untuk memikirkan kebutuhan orang lain

Kecenderungan manusia adalah mengutamakan kepentingan dirinya. Itu hal yang wajar dan tidak bisa dipungkiri. Dalam tugas pelayanan saya juga mengalami hal yang demikian. 

Akan tetapi ketika saya berada bersama dan tinggal bersama mereka ada satu hal yang selalu mengganjal dihati yakni peduli. Pengalaman saya waktu kunjungan kebeberapa stasi saya melihat bahwa disana-sini masih banyak yang kurang entah itu dalam hal materi maupun pengetahuan. 

Pengalaman inilah yang melatih saya untuk peka terhadap kebutuhan orang lain. Manusia tidak hanya membutuhkan materi tapi juga ilmu. Saya memang bukan orang yang pintar tapi saya orang yang mau belajar. 

Jadi, apa yang menjadi pengetahuanku itulah yang kubagikan kepada mereka misalnya bernyanyi, katekese singkat ataupun pengajaran tentang iman kekatolikan. 

Dengan melayani saya dipicu untuk memikirkan kebutuhan orang lain bukan saja kebutuhan jasmani tapi juga rohani.Memang untuk itulah saya dipanggil yakni mendengarkan seruan mereka, mendampingi dan mendoakan mereka. Aku ada untuk mereka.

3. Melayani melatih saya untuk sehati sepikir dengan orang lain

Kita berasal dari golongan,suku yang berbeda. Namun perbedaan bukanlah tembok yang membuat kita selalu terpisah. Perbedaan adalah sesuatu yang patut disyukuri sebab melalui perbedaan saya diperkaya dalam banyak hal. 

Oleh karena itu,perbedaan selalu menjadi batu loncatan bagi saya untuk mengasah kemampuan diri. Misalnya, dalam kongregasi saya terdiri dari beberapa suku, latar belakang. Perbedaan ini memicu saya untuk belajar aneka bahasa dan alhasil saya sudah mampu berbicara dalam beberapa bahasa walaupun itu bahasa lokal.

Tugas pelayanan saya bukanlah hanya melulu kepada golongan tertentu atau kelompok tertentu melainkan universal. 

Bagi saya pintu kesuksesan dalam tugas pelayanan adalah kemampuan untuk sehati sepikir dengan orang-orang yang saya layani. Memaksakan kehendak bukanlah level seorang pelayan akan tetapi mencoba menyelaraskan segala bentuk ide atau pendapat. 

Ketidakcocokan akan sering ditemui dalam tugas pelayanan akan tetapi ketika saya mampu untuk mengalahkan egoku maka pada saat itulah saya mampu berjalan bersama dengan orang lain. 

Seperti pepatah mengatakan " Dimana langit dijunjung distu tanah diinjak" artinya saya harus mampu beradaptasi setiap saat. Meski pada awalnya sulit namun seiring berjalannya waktu saya mampu untuk melakukannya.

So, apa yang kuinginkan sejak pertama melihat seorang biarawati/ suster kini telah menjadi bagianku juga. Mampu bernyanyi, disenangi banyak orang, ramah, baik dan menjadi pendoa bagi banyak orang. Besar harapan saya hingga nanti saya mampu mempertahankan apa yang baik yang kumiliki dan mengasah diri terus menerus agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun