Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Jitu Menagih Utang

18 Mei 2022   09:23 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:52 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kita berutang terhadap sesama bagimana sikap kita ? Ketika kita menagih utang bagimana sikap kita ? Berbicara tentang utang adalah sesuatu yang sangat privasi sebenarnya. 

Berbicara tentang utang juga menyangkut moral manusia. Akan tetapi tidaklah salah jika kita belajar beberapa trik bagaimana cara berhadapan dengan utang agar kita tidak terjerumus pada rasa bersalah atau terkesan menghakimi.

Setiap kita pasti pernah mengalami hal yang demikian entah itu berutang atau menagih utang. Ketika kita berutang barangkali kita punya trik bagaimana cara kita untuk menyelesaikannya. Akan tetapi ketika giliran kita menagih utang cenderung yang muncul adalah rasa segan dan tidak berani.

Saya sendiri baru saja mengalami hal yang demikian. Saya pernah meminjamkan uang kepada seseorang dengan alasan untuk melunasi pembayaran buku. Nah, teman saya itu berjanji akan segera dilunaskan apabila nanti sudah gajian tiba. Ternyata hingga beberapa tahun berlalu utang tak juga dibayarnya. 

Memang saya salah juga , saya tidak pernah menagihnya saya hanya mengingatkannya apabila tanggal gajian sudah tiba. Saya berpikir dengan mengingatkannya maka dia akan segera melunaskan utangnya. Tapi ternyata kata yang sama selalu terucap dari bibirnya yakni " Sabar ya ".

Caranya yang demikian membuatku harus berpikir keras bagaimana cara yang harus kulakukan agar ia segera melunasi utangnya. Dengan cara transparan ternyata tidak mampan , menemuinya dan mengingatkannya juga tidak berguna. Setiap kali mengingatkannya jawabannya selalu ngeles. 

Dan ini membuat saya benar-benar jengkel karena saya meminjamkan uang kepadanya bukan karena saya memiliki lebih tapi lebih pada belas kasih dan ingin menyelamatkannya dari berbagai persoalan. Apakah ini namanya memanfaatkan kebaikan orang lain saya juga kurang tahu ?

Akhirnya tepat pada hari ulang tahunnya, saya mengirimkan sebuah bingkisan serta secarik kertas wangi yang berisi puisi dengan isi " bayar utangmu ". Saya tidak memperhitungkan berapa harga kado karena yang saya mau adalah puisi itu sampai kepadanya. 

Adapun isi puisi yang saya kirimkan itu adalah untaian kata yang berisi janji palsu serta kata-kata manis yang dia ungkapkan untuk mengelabui saya. Dan dalam puisi itu saya menambahkan bahwa saya tetap menunggu kaena uang itu adalah salah satu aset hidupku saat ini.

Beberapa hari kemudian, teman saya itu datang menemui saya dengan membawa secarik puisi yang kutuliskan untuknya. Dia datang dan minta maaf atas kelalaiannya. Dia terkesan dengan setiap bait puisi yang kutuliskan untuknya. Dia juga berterima kasih kepada saya bahwa saya telah menyadarkannya dengan untaian kata-kata melalui puisi yang saya kirimkan. 

Sebenarnya saya tidak meminta lebih selain dia sadar dan membayar utangnya sesegera mungkin. Akhirnya memang dengan berurai air mata dia membayar utangnya.

Nah, pengalaman kecil ini membangunkan saya dari khayalan saya selama ini. Bahwasanya menagih utang tidak harus selalu berceramah atau dengan cara yang kasar. Saya gagal menerapkan beberapa cara ketika harus menagih utang, Apalagi yang namanya mengancam seseorang karena utangnya ini sama sekali tidak bermanfaat apalagi sampai menyita barang-barang berharga miliknya. 

Memang perlu memberikan efek jera kepada orang-orang yang suka berutang tapi alangkah baiknya apabila saya mampu mendekatinya dan berbicara kepadanya dari hati-kehati.

Melalui puisi tersebut saya mencoba menyentuh hatinya yang paling dalam dan syukur kepada Allah bahwa dia mampu menanggapinya dengan baik. Melalui goresan dalam bait-bait puisi tersebut saya mencoba untuk menjaga privasinya, harga dirinya khususnya dimata masyarakat. 

Saat ini adalah hal yang mudah untuk memviralkan sesuatu, semisal saya tidak suka dengan seseorang maka saya bebas untuk mengumbarnya dimedia sosial.

Akan tetapi yang saya cari adalah kedamaian dan bukan keributan maka saya berpikir seratus kali untuk mencari cara bagaimana supaya ia juga mengerti situasi saya dan menyadari bahwa kebaikan orang lain bukan untk dimanfaatkan melainkan untuk dijaga. 

Nah, memberikan kepercayaan itu kepada seseorang tidak mudah dan belajar untuk tetap setia juga tidak mdah.

Oleh karena itu melalui peristiwa ini saya sungguh diajak untuk bijaksana dalam menanggapi banyak hal salah satunya cara jitu menagih utang yakni melalui puisi. Puisi itu akan membawa banyak berkah bagi orang yang sanggup memamahnya dan akan menjadi tumpukan kertas bagi mereka yang tak sanggup membacanya.

Yah, begitulah caraku menagih utang yakni dengan puisi. Dalam bait-bait puisi kutuliskan rasa berharapku terhadapnya agar utangnya segera terlunaskan dan syukur kepada Allah harapku itu sudah menjadi kenyataan. 

So, bagi kalian yang ingin menagih utang dan sudah gagal dengan berbagai cara cobalah sentuh hatinya yang paling dalam dengan bait-bait puisi.

Selain menjaga privasinya bait-bait puisi juga membantu untuk menyadarkannya akan sikap dan kelalaiannya.

semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun