Para sahabat terkasih, saya memiliki sebuah pengalaman menarik ketika saya membaca sebuah buku. Buku itu berjudul Parenting Tanpa Pusing karangan Yunda Fitrian. Buku itu ada 280 halaman. Saya mencoba membaca buku tersebut mulai dari lembaran pertama hingga saat ini sudah saya sudah membaca hingga pertengahan buku. Suatu hari ketika saya hendak melanjutkan membaca halaman berikutnya saya tertarik untuk membaca bagian terakhir dari buku tersebut yakni ending atau rangkuman dari buku tersebut.Â
Pada kesempatan lain saya  sering membaca buku  namun saya jarang untuk sedikit merenung ketika saya membacanya? Mungkin beberapa orang setia membacanya mulai dari kata pengantar sampai kata penutup halaman terakhir. Tetapi banyak orang yang mungkin seperti saya yakni hanya melihat judul atau topik yang menarik dan itulah yang dibaca dan bahkan bisa dibaca beberapa kali. Topik yang tidak disukai, jangankan dibaca, dilihat pun tidak. Halaman itu dilangkahi atau diabaikan.Â
Sejenak saya merenungkan kebiasaanku yang kurang baik itu. Dalam permenungan saya menyadari betapa kecewanya halaman yang saya abaikan itu. Pada halaman yang diabaikan barangkali disanalah kata kunci atau pesan yang hendak disampaikan kepada saya. Tetapi karena saya mengabaikan halaman tersebut maka saya tidak sampai pada pemahaman dari apa yang saya baca.
Selain itu saya juga menemukan mutiara kehidupan dalam permenungan saya bahwasanya menjalani hidup ibarat orang yang sedang membaca buku. Sering sekali saya  ingin menemukan secepatnya hal yang menarik, menggembirakan dan membahagiakan dalam hidup ini seperti halaman buku yang penuh warna warni dan kisah menarik lainnya. Dan sebaliknya saya menghindar dari pengalaman pahit. Namun sebagaimana bab demi bab dalam suatu buku yang saling berkaitan, demikian juga rangkaian demi rangkaikan pengalaman dalam hidup saya, baik suka maupun duka berkaitan satu sama lain. Barangkali bab dari satu buku itu tidak menarik untuk dibaca namun kesabaran dan perjuangan untuk membacanya akan memberikan sesuatu hal indah bagi saya. Justru dari bab yang tidak menarik itu saya pasti mendapat mutiara sebelum beragkat ke bab berikutnya.Â
Hal yang sama dalam kehidupan ini. Tidak mungkin selamanya saya menderita atau menangis. Ada saatnya saya  bahagia dan ceria., dan itu adalah hak saya, Yang terpenting ialah saya tidak menyesali segala peristiwa yang telah terjadi yang mungkin menghimpit diriku. Tidak memberontak atau menangis ketika saya lemah lesu juga tidak putus asa ketika perjalanan hidupku terseok-seok.
So, pengalaman dari membaca buku ini sangat berarti bagi saya. Refleksi dari kisah kecil ini memotivasi saya agar tetap berjuang melewat bab penderitaan itu dan saya akan merangkak ke bab kebahagiaan dan keceriaan. Ibarat roda, ada kalanya saya berada di atas dan dalam momen lain saya berada di bawah. Ketika saya membuka lembaran atau bab kehidupanku dan saya menemukan catatan pahit getirnya hidup di sana,saya akan menjalaninya dan membiarkan kisah itu mengalir bagai air. Di ujung penderitaan itu pasti ada kebahagiaan. Dan di akhir tangisan itu pasti ada suka cita .
Semuanya akan berakhir indah sebagaimana sebuah film berakhir indah, happy ending. Tuhan menjanjikan hal yang indah bagi kita yang percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H