Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini yang Kulakukan Ketika Bertemu Orang Baru

24 Maret 2022   13:15 Diperbarui: 24 Maret 2022   17:21 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kita pasti senang bertemu dengan orang yang baru, sahabat yang baru atau kenalan yang baru. Situasi-situasi baru pasti kita rindukan dalam hidup ini termasuk saya. Banyak alasan yang muncul ketika ditanya mengapa suka yang baru ? salah satunya ialah karena yang baru pastilah membawa inspirasi yang baru, warna yang baru, situasi yang baru bahkan situasi yang baru. Pertanyaannya ialah bagaimana kita menyikapi hal-hal yang baru ?

cara yang kita gunakan untuk menyikapi hal tersebut pastilah berbeda-beda. Barangkali ada dengan kita yang berproses lama ketika bertemu dengan orang yang baru, atau mungkin ada yang langsung in dan enjoy ketika bertemu orang baru, atau sebaliknya sebagian orang menghindari momen ini. Nah, saya sendiri begini cara saya ketika bertemu dengan orang yang baru.

Saya memang bukan tipe orang yang ramah, orang cepat bergaul, orang yang mampu menghidupkan suasana atau berbagi cerita. Ketika bertemu dengan orang yang baru saya membutuhkan banyak waktu untuk sampai pada tahap pengenalan yang sungguh. Mengapa demikian ? Karena saya takut apa yang saya lihat dengan mata fisik bukan pribadinya yang sesungguhnya. 

Bagi saya tahap pengenalan itu sangat penting, bukan saja hanya sekedar tahu nama, suku, asal dan usia tapi saya mau mengenal seseorang itu secara lebih dalam sehingga saya tidak salah kaprah tentangnya. Inilah yang menjadi dasar bagi saya untuk sampai pada titik pemahaman, pengertian terhadap seseorang.Tahap pengenalan juga berpengaruh terhadap konsep saya  terkait kepribadian orang lain.

Selain itu, ini yang saya lakukan ketika bertemu dengan orang yang baru :

1. Mendengarkan

Sikap mendengarkan menjadi pilihan utamaku ketika bertemu orang yang baru. Saya berusaha memberi waktu dan perhatian untuk mendengarkan seseorang berkisah tentang dirinya. Bagi saya sendiri ketika orang lain terbuka berbagi cerita tentang hidupnya, tentang dirinya ini adalah suatu rahmat bagi saya. Keterbukaan seseorang itu sulit didapatkan saat ini dan itulah yang pantas diharai dari setiap orang. 

Mendengarkan sering dikategorikan sebagai pekerjaan yang membosankan tapi bagi saya mendengar adalah suatu pekerjaan dimana saya bisa melatih diri perihal sabar dan konsentrasi. 

Melalui kegiatan mendengar saya mampu mengenali kualitas diri saya  apakah saya orang sabar ? atau apakah saya orang yang bermulut ember ? Sejauh ini saya melihat bahwa saya adalah pribadi yang sanggup mendengar dan memberi solusi, saya juga mampu menyimpan rahasia setiap orang.

2. Mengosongkan gelas ( Hati dan pikiran)

Untuk mampu mengenal sungguh seseorang terlebih dahulu kosongkan gelasmu. Ketika berbincang dengan orang yang baru, saya harus terlebih dahulu menghilangkan konsep tentang orang tersebut. 

Saya tidak mau pengenalanku terhadapnya dinodai oleh konsep atau pikiran-pikiran lain tentangnya, misalnya barangkali saya pernah mendengar cerita tentangnya dari orang lain, inilah yang saya maksud tentang pikiran-pikiran lain atau katakan lah itu noda pada pengenalan.

Tujuan saya mengosongkan gelas (pikiran dan hati)  saya adalah supaya apa yang masuk, apa yang saya terima benar benar hal yang baru tidak ternodai oleh hal-hal yang bermunculan dari luar atau dari dalam diri saya. Hal ini akan membantu saya untuk mengenal seseorang dengan sungguh selain itu saya juga saya akan mampu menampung dan memberikan ruang terhadapnya dalam kehidupanku. 

Kedua hal ini cukup membuat saya mapan ketika bertemu denga orang yang baru. Bertemu dengan orang yang baru kadang membuat diri ini menjadi acuh tak acuh, merasa tidak bersaudara bahkan membiarkannya berlalu begitu saja dan memilih zona ternyaman untuk diri sendiri yakni diam seribu bahasa. 

Akan tetapi budaya 3S( salam,sapa ,senyum) yang sudah melekat pada diri ini juga membantu saya untuk lebih care dengan sesama. Akan tetapi budaya 3S ini ternyata tidak cukup. Setelah saya sapa, senyum, memberi salam saya juga harus mampu mendengarkan dan mengosongkan gelasku. Kelima hal ini menjadi langkah terbaik bagiku ketika bertemu dengan orang yang baru.

Barangkali kita bertanya saat kapan kita bertemu dengan orang yang baru ? Tidak usah muluk-muluk mencarinya, tidak usah jauh-jauh mencarinya. Orang baru itu ada disekitar kita setiap saat yakni mereka yang haus akan perhatian, mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Mereka menjadi orang baru bagi kita karena selama ini kita tidak mengenal mereka dengan sungguh. So, orang baru itu bukan saja mereka yang mengenakan gaun mewah, atau jas breanded tapi mereka yang berteriak-teriak disekitar kita.

semoga kita mampu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun