Memiliki seorang sahabat adalah keinginan semua orang. Kehadiran seorang sahabat dalam hidupku adalah salah satu aset yang berharga bagiku. Sahabat menjadi tempat ternyaman bagiku ketika harus berbagi dalam suka duka. Rasanya sahabat tak mengenal yang namanya ruang privasi.
Kurang lebih 12 tahun kami telah bersama mengarungi samudera kehidupan walau dengan tugas yang berbeda dan tempat yang berbeda. Namun kami tetap mampu untuk saling mensuport. Tak ada alasan bagi kami untuk membiarkan satu sama yang lain dan melewatkan waktu begitu saja tana membahas sesuatu yang bermakna dalam hidup. Relasi diantara kami juga tidak mengikat satu dengan yang lain. Persahabatan diantara kami juga tidak membebani antara yang satu dengan yang lain.
Bagiku persahabatan akan tetap baik dan lancar apabila didalamnya ada kejujuran serta keterbukaan. Tidak mencari keuntungan juga tidak mencari celah. Tidak membebani sahabat dengan perasaan-perasaan yang tidak jelas. Dalam persahabatan  itu, kami mencoba untuk mencari benang-benang merah kehidupan yang menjadi pergumulan hidup kami. Nah, hal-hal demikianlah yang kami bicarakan dan kami diskusikan hingga kami mendapat solusi yang baik dari setiap pergumulan yang kami alami.
Selama 12 tahun kebersamaan kami satu hal yang paling kusuka darinya ialah " Tetaplah menjadi dirimu,aku suka ". Kata-kata ini terlihat sepele dan sederhana. Namun ketika saya renungkan begitu padat maknanya. Artinya kata-kata ini membawa saya kedalam kesederhanaan hidup tanpa kepura-puraan dan hidup transparan. Â Pada suatu waktu ketika saya sibuk untuk mencari aneka aksesoris dan mengoleksi aneka baju dia berkata seperti ini," tetaplah menjadi dirimu,aku suka ! Dirimu adalah dirimu, bukan dia ataupun mereka. Dirimu istimewa dengan apa yang ada padamu sekarang. Jangan takut aku disini,menemani dan memelukmu walau hanya lewat bait-bait doaku. Aku disini melihatmu sebagai pribadi yang istimewa dan tanpa cacat. engkau sempurna adanya diciptakan oleh sang pencipta. Jadi kamu tak perlu menyibukkan diri agar terlihat wah dan keren seperti orang lain sebab bukan itu yang kamu cari"
Mendengar perkataannya yang demikian saya sedikit takjub dan sedikit lega. Apa yang dikatakannya adalah realita kehidupan,namun tak mudah bagiku menerima perkataannya begitu saja. Sebab, saya juga memiliki keinginan seperti orang lain yang menginginkan banyak hal dalam hidup. Tapi apa yang telah dikatakannya kepadaku menjadi tugas dan tanggung jawabku sepanjang tahun ini yakni menjadi diri sendiri dengan segala keistimewaan yang ada didalamnya.
Saya menyadari bahwa dengan segala usaha yang kulakukan yang membuat diriku menjadi mapan, adakalanya membuat hati nurani menjadi tumpul dan memperkecil kepekaan sosial. Kemapanan dengan sendirinya menuntut betapa pentingnya harga diri. Sehingga yang sering terjadi adalah mengorbankan kebenaran demi harga diri. Bagaimana supaya tetap terlihat mapan,maka segala cara dihalalkan demi harga diri. Hal ini benar-benar terjadi dalam realita kehidupan dan tak perlu dibantah. Ada saatnya dimana kita mengalami fase ini. Namanya manusia.. ia kan..hehehe . Adalah baik jika saya langsung sadar akan hal ini. Bahwasanya hal ini tidaklah baik karena bertolak belakang dengan hati nurani.Â
Nah,teman-teman pengalaman ini barangkali bisa menjadi cermin bagi kita semua. Bahwasanya sosok sahabat bisa melihat apa yang tersembunyi dalam diri kita. Melalui sahabat kita bisa berbenah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sejatinya sahabat tidak akan pernah menyakiti kita ataupun merugikan kita. Hal ini saya katakan karena saya sudah mengalaminya.Â
Motivasi ini hanya pernah saya dengar dari sahabatku sendiri yakni " tetaplah menjadi dirimu,aku suka ". Kata-kata ini adalah mutiara kehidupan yang menjadi bekal terpenting dalam hidupku. Â Ayah dan ibuku juga belom pernah menyampaikan hal ini kepadaku bahkan mereka sibuk untuk melengkapi segala kebutuhanku bagaimana supaya saya bisa tampil menarik.
Menjadi diri sendiri bukan berarti tanpa bantuan orang lain melainkan bagaimana saya mampu berjuang dengan segala kemampuan yang kumiliki. Memiliki daya juang yang tinggi itulah yang menjadi harapan seorang sahabat. Â Tidak merasa malu dengan diri sendiri dan tidak sibuk memoles diri. Artinya saya cukup tampil sederhana namun menarik tanpa banyak embel-embel disetiap perkataan dan perbuatan. Bertindaklah idealnya manusia yang mampu berpikir dan berjuang sekaligus berhati nurani.
Terima kasih sahabatku telah mengingatkanku akan segala seluk beluk hidupku yang mungkin selama ini kurang kuperhatikan. Semoga engkau tetap setia dan sabar mendampingiku. Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu terhadapku. Aku tidak bisa membalas kebaikanmu secara materi,namun aku berjanji akan selalu melangitkan doa untukmu,. Terima kasih ya..!!
Medan, 3 Februari 22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H