Mohon tunggu...
tika habeahan
tika habeahan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

MENJADI BERKAT BAGI SESAMA

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Waspada, Ini Penyebab Terjadinya Perselingkuhan!

25 Januari 2022   21:08 Diperbarui: 28 Januari 2022   19:15 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti berkeinginan baik terhadap rumah tangga yang dibina atau dibangun. Suatu keluarga yang didasarkan atas cinta kasih pasti menginginkan bahtera rumah tangganya kokoh dan tetap kuat. 

Tidak ada orang yang ingin diduakan oleh pasangannya. Namun,realita tak bisa dipungkiri bahwasanya perselingkuhan masih kerap terjadi dikalangan masyarakat. 

Mungkin peristiwa perselingkuhan yang terjadi dikalangan kaum tidak membawa fek yang fatal sebab mereka masih punya kesempatan untuk memilih tuk kedua kalinya.

Namun,jika hal ini terjadi pada sebuah rumah tangga betapa beratnya. Karena akan mengakibatkan kehancuran dan trauma bagi anggota keluarga. Disatu sisi ada pihak-pihak yang merasa bahagia dipihak lain ada yang menderita. 

Maka alangkah baiknya jika pernikahan itu disiapkan sebaik mungkin. Dalam ajaran agama kita pasti ada ritus danpersiapan khusus untuk itu. 

Setiap pasangan dibekali sebelum membangun bahtera rumah tangga melalui kursus perkawinan dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar ia sungguh mengenali pasangannya dan hal-hal yang mesti dilakukan ketika berumah tangga.

Beberapa kasus yang saya temukan lewat orang-orang yang saya dampingi, saya menemukan beberapa hal yang menjadi penyebab dari perselingkuhan di antaranya adalah

1. Lupa tujuan pernikahan

Upacara pernikahan selalu dikukuhkan dengan ritus keagamaan. Dalam ritus tersebut ada yang disebut dengan istilah janji nikah. Harapannya ialah kiraya janji nikah bisa menjadi alarm bagi setiap pasangan. 

Janji nikah bukanlah hanya sekedar janji yang diucapkan begitu saja. Namun, janji nikah yang diikrarkan dihadapan Imam juga orang banyak menjadi tujuan untuk berumah tangga yakni mengejar kebahagiaan walau dalam suka duka,untung dan malang. 

Mereka tetap saling menjaga. So, janji nikah begitu padat maknanya . Akan tetapi hal ini bisa menjadi fatal apabila pasangan lemah dalam hal iman. Tidak punya visi misi sehingga hubungan rapuh ,mudah terombang ambing sekalipun badai kecil yang menghadang.

2. Bosan dengan pasangan

Kita tahu bahwa tidak ada mahluk yang sempurna. Setiap orang punya kekurangan juga kelebihan. Hal ini bisa terjadi karena kurang mampu bersyukur atas apa yang dimiliki. 

Menginginkan yang lebih namun dengan cara yang salah. Idealnya ketika rasa bosan menghampiri langkah yang tepat adalah menciptakan suasana baru agar mampu mendatangkan kehangatan. 

Namun yang terjadi justru sebaliknya ketika rasa bosan menghampiri yang dilakukan adalah menghindar dan mengembara ketempat yang salah. 

So, ketika anda bosan dengan pasangan anda cobalah untuk mencari suasana baru, enah itu weekend ,holiday, atau apa saja yang bisa menciptakan suasana yang lebih baik. Sebab mengembara ketempat yang salah hanya akan memperkeruh suasana.

3. Merasa tidak dihargai

Seperti yang tertuang dalam janji nikah hendaknya masing-masing pasangan saling menghargai. 

Ketika kita igin dihargai belajarlah juga untuk menghargai, jangan mnuntut lebih jalankan kewajibanmu dan terima hakmu sebagai suami atau istri. 

Masing-masing mempertahankan ego,tidak mau mengalah maka hubungan tetaplah berjalan satu arah masing-masing tetap dalam posisinya. Semua hanya karena dia dan dia . 

Menuduh dia sebagai penyebab sementara diri sendiri tak pernah introspeksi. Sikap demikian menimbulkan hubungan menjadi toxid dan rawan akan perselingkuhan. So, jangan berharap lebih terhadap pasangan,namun mulailah berbuat dari diri sendiri.

4. Faktor ekonomi

Belajarlah untuk mencukupkan diri. Barangkali banyak yang harus dipenuhi dalam rumah tangga namun belajarlah untuk mencukupkan diri atau belajarlah untuk menikmati apa yang ada. 

Berhentilah juga untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain agar tidak menimbulkan keinginan-keinginan yang tidak teratur. Syukurilah apa yang sudah ada digenggaman anda. 

Hargai rahmat-rahmat yang diberikan Tuhan. Sebab Tuhan menganugerahkan berkat kepada kita sesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhan kita. Jangan memaksakan diri untuk mendapatkan hal-hal yang diluar jangkauan kita. 

5.  Kurang perhatian dan kasih sayang

Ketika kita mulai berpaling maka pada saat itu juga perhatian dan kasih sayang akan mulai luntur. Namun,jangan salah lunturnya perhatian dan kasih sayang dalam pasanagn bukan semata-mata karena ada pemandangan indah diluar sana. 

Namun, ketika hal ini terjadi cobalah untuk intropeksi diri barangkali ada yang kurang dari diri kita entah itu penampilan,pelayanan, dan lain sebagainya. 

Kita tahu bahwa ketika perhatian dan kasih sayang tidak ada otomatis keharmonisan akan berkurang dan masing-masing sibuk untuk menuntut namun enggan untuk memperbaiki komunikasi. 

Jangan biarkan hal ini terjadi pada keluarga anda. Cobalah untuk selalu menjaga kualitas penampilan, pelayanan dan komunikasi.

***

Bagaimanapun juga pernikahan itu ujiannya besardan berat. Orang ketiga rawan muncul ketika kita terlena dalam sikap egois. Mari,membina rumah tangga dengan mengingat janji nikah kita. 

Jangan biarkan keegoisan meraja lela dalam hati. Mari sling menjaga dan menghormati pasangan kita. Jangan enggan untuk berkomunikasi ,belajarlah untuk mengalah. 

Ada kalanya kita harus mengalah agar apa yang kita impikan dapat terwujud. Lukislah keindahan itu bersama pasangan anda. Jangan biarkan kebahagiaan itu diambil dan dinikmati oleh orang lain. 

So, ketika anda mengalami gejala ini,waspadalah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun