Maka,tugas pelayanan inipun mengingatkanku pada sabda Tuhan yang berbunyi demikian ," Sesungguhnya aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaku dan akan mencarinya,seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai berai.
Saya merasa kehadiranku di desa itu mampu memberi warna yang baru.Pekerjaan saya saat itu membuat relasiku dengan warga kampung semakin harmonis. Kemampuanku untuk berelasi dengan mereka membantuku untuk semakin percaya diri dalam melakukan tugasku. Saya merasa diterima sehingga saya merasa athome. Dan saya bahagia sekali ketika kebersamaan itu dapat terwujud dalam sukacita.Â
Karena rasa cinta pada masyarakat Mabar,saya tidak takut dibenci apalagi dimusuhi. Justru saya bahagia dan bersuka cita ketika mereka mulai datang dan bertanya tentang siapa diriku. Apapun yang menjadi tantangannya ini adalah ujian bagiku,demikian saya membuat satu konsepdalam diriku agar diriku tetap kuat dan smart.
Dari perkara-perkara kecil saya belajar  supaya saya dapat menyelesaikan perkara-perkara besar. Saya harus berani kehilangan diriku  agar aku menemukan diriku. Saya tidak menyia-nyiakan karunia yang diberikan Allah kepadaku. Sebab bagiku,pengorbanan adalah wujud pemberian diri secara total. Melayani dengan sungguh,penuh totalitas akan mendatangkan berkat.
3. Menjadi ArtisÂ
Tampil didepan umum barangkali sudah hal yang biasa bagi kaum berjubah. Orang banyak sering berpendapat bahwa kaum berjubah itu adalah orang-orang yang serba bisa. Inilah yang saya alami pada saat itu.Â
Suatu ketika dalam ibadah bersama,kepala desa meminta saya untuk membawakan renungan. Sementara jumlah orang-orang yang menghadiri acara itu cukup banyak. Maka ketika saya dipersilahkan untuk megambil tempat paling depan,keringatku mulai mengucur deras. Kaki,tangan dan bibirku bergetar tak menentu dan saya pun tidak mengendalikannya. Hahahaha
Saya mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam,saya mulai mengatur ritme pernapasan saya agar saya mampu mengikuti rangkaian acara dengan baik. Pelan-pelan saya mulai merasa lega dan saat itu juga nama saya dipanggil dengan lantang agar berkenan membawa renungan. Dengan mantap saya melangkahkan kaki kedepan,saya melihat mata semua orang tertuju kepada saya dan konsep renungan yang saya siapkan tadi sejenak buyar..
Untuk menutupi rasa gerogiku pada saat itu,saya berdoa sejenak " TUHAN BANTU AKU ". Setelah itu ,renungan saya awali dengan perkenalan dan sebuah cerita singkat,hingga mulut ini tak henti-hentinya untuk berbicara. Satu pemandangan indah yang kulihat pada saat itu adalah,dibalik mata yang tertuju kepadaku banyak kepala yang manggut-manggut.Â
Saat itu aku menjadi aku yang se-utuhnya. Saya merasakan kuasa Allah bekerja dalam diriku. Maka,memang seberapa gagahpun saya dihadapan manusia, saya tidaklah apa-apa dihadapan Tuhan. Peristiwa ini membawaku pada sebuah refleksi bahwa apa yang menjadi penderitaanku saat ini tidaklah sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan Tuhan kepadaku. Demikian saya mengakhiri permenungan saya dihapan mereka.
Setelah selesai acara ibadat seorang bapak berkata demikian, semoga keanggunan jubah suster tetap memnacarkan sinar suka cita bagi banyak orang seperti yang kami alami saat ini. Kami sangat bersyukur bahwa  Tuhan mempertemukan kami dengan malaikat saat ini. Oleh karena itu,kami berharap suster tidak jemu-jemu,tidak bosan-bosan untuk mengunjungi kami.Demikian kata-kata seorang bapak yang menguatkan hatiku,dan aku hanya bisa berujar " Semogga ".