Belajar sambil bermain adalah hal yang paling saya sukai. Memang saya tergolong tipe orang yang serius namun tidak menutup kemungkinan untuk bersendagurau bersama teman-teman. Kebetulan saja setelah tiga bulan tidak bertemu dengan kawan-kawan seangkatan dikarenakan kegiatan KKN . Kegiatan KKN ini membuat kami harus berpencar dan menjalani masa-masa KKN itu bersama dengan orang-orang yang baru.
Singkat cerita,setelah kami menyelesaikan masa KKN kami satu angkatan sepakat untuk bertemu disalah satu resto. Kali ini pertemuan kami berjudul " Temu Kangen". Dalam pertemuan itu kami mulai berbagi kisah tentang pengalaman KKN. Saya sendiri membagikan pengalaman saya tentang KKN bagaimana saya menjadi pekerja dikebun sawit.
Rasanya kami semua berlomba-lomba untuk berbagi kisah. Pengalaman-pengalaman itupun membuat kami kadang harus tertawa,kadang terharu,bahkan merasa kasihan karena berbagai hal. Cerita tentang KKN tiada putus-putusnya sampai makanan dan minuman kami ludes. Ternyata seru juga yah jadi mahasiswa...banyak keseruan didalamnya.
Akan tetapi ada situasi yang tidak menyenangkan selama pertemuan itu. Dimana salah seorang teman kami tiba-tiba saja pamit untuk pulang tanpa alasan yang jelas. Tidak banyak teman-teman yang menghiraukan kepergiannya,tapi saya sendiri kok merasa aneh dengan dirinya. Ada apa ? Sepertinya dari awal dia turut serta menikmati jamuan makan serta cerita-cerita yang disuguhkan teman-teman. Saya mulai berenung ada apa dengan teman kami itu ? Untuk saya kepergiaannya menimbulkan kecurigaan karena tidak seperti biasanya.
Beberapa menit kemudian,gawai saya bergetar. Feeling saya berkata," Pasti ada pesan dari dia ". Dan memang benar,apa yang saya duga terjadi. Teman kami itu mengirimkan pesan yang berisi permintaan maaf karena meninggalkan acara temu kangen dengan tiba-tiba. Pesan selanjutnya berisikan tentang penjelasan mengapa ia harus pulang. Alasannya cukup sederhana yakni tersinggung dengan perkataan teman-teman yang membuatnya malu dan tak ingin lagi berada ditempat itu.
Saya hanya bisa membalas pesannya yang panjang lebar dengan kata," Owh ya,terima kasih banyak. Tidak apa-apa,pastikan dirimu tetap baik-baik saja". Saya pun tersadar dengan alasannya jangan-jangan perkataan saya juga turut membuatnya tersiggung. Saat itu juga saya mulai mereview kembali peristiwa yang terjadi walau teman-teman masih sibuk untuk menikmati kebersamaan.
Yah,memang betul bahwa saya tidak bisa menutup mulut orang lain agar tidak membicarakan hal-hal tertentu yang membuat saya akan tersinggung. Saya juga tidak berhak melarang lain untuk menceritakan pengalamannya. Dalam kebersamaan,keterbukaan bercerita adalah sarana untuk menjalin relasi yang lebih harmonis. Dalam kebersamaan itu ada sekolah kehidupan yang memberi pengetahuan yang baru kepada saya. Pasti tidak semua yang terjadi dalam kebersamaan itu adalah hal positif pastilah juga ada yang negatif .Hehehehe tetapi bagaimana saya mampu memilahnya mana yang kubutuhkan dan yang tidak kubutuhkan.
Nah,teman-teman pelajaran berharga dari peristiwa yang saya alami ini adalah saya diajari untuk tidak main-main dengan kesehatan mental orang lain. Bahwasanya perkataan saya terhadap orang lain bisa membuatnya jadi terpuruk tapi bisa juga untuk mendewasakannya. Kita perlu tahu bahwa tidak semua orang yang tertawa sedang bahagia. Tawanya hanyalah pemanis untuk menutupi luka yang sedang dialaminya.
Juga mereka yang perasa bukan berarti orang yang peka terhadap perasaan orang lain. Mengapa ? Karena kita tidak pernah tahu seberapa banyak beban yang sedang mereka pikul. Kita tidak pernah tahu sampai dimana perjuangan seseorang untuk mempertahankan hidupnya,mempertahankan keberadaannya. Barangkali perkataan kita ,perkataan saya sering membuat orang lai malu,tersinggung yang membuat dirinya jadi mandeg.
Barangkali jika saya diposisi seperti itupun yang tadinya saya bermental besi tapi karena terus diejek,mungkin mental sayapun berubah menjadi mmental tape. Hehehehe. Tak tak perlulah sesensitif itu karena hanya merugikan diri sendiri dan menghabiskan energi positif saya. Ingat saja, obat yang paling manjur untuk kesehatan adalah positif thinking.
So,teman-teman,mari kita perbanyak untuk belajar menjaga lisan kita,entah itu dilingkungan keluarga,lingkungan masyarakat atau pun ditempat kerja kita. Mari kita sama-sama merajut yang terluka,pelan-pelan saja tidak usah buru-buru karena kita hidup berdampingan satu sama lain yang kadang-kadang menimbulkan gesekan.
Jika kita tak sanggip membantu setidaknya kita meringankan beban mereka atau setidaknya kehadiran kita tidak menjadi beban bagi orang lain. Jika kita tak sanggup untuk memberi setidaknya kita mampu saling mendoakan saling menghargai. Tujuannya hanya satu yakni supaya pundak kita menjadi lebih kuat untuk menopang kehidupan yang sedang kita jalani.
Mari meramaikan dunia ini dengan senyuman kita masing-masing walau dunia hanyalah tempat sementara. Sebab sejatinya neraka tidak akan pernah ada kalau kita semua adalah orang yang baik. Dan surga akan terwujud bilamana kita mampu saling menguatkan satu dengan yang lain. Bilamana kita mampu saling mendahului untuk melakukan kebaikan.
Semoga bermanfaat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H