Mohon tunggu...
Kartika
Kartika Mohon Tunggu... -

MD-ORL

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Gangguan Bicara Pada Anak Sejak Dini

28 Juni 2015   21:03 Diperbarui: 28 Juni 2015   21:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendengaran adalah modalitas sensoris utama untuk perkembangan bicara dan bahasa. Gangguan pendengaran pada masa bayi akan menimbulkan efek yang buruk pada perkembangan bicara dan bahasa. Diagnosis seringkali terlambat dan biasanya diketahui oleh orang tua si anak secara tidak sengaja, seperti anak belum bisa bicara atau tidak memberikan respon terhadap suara keras. Berikut ini adalah tahapan perkembangan bicara dan bahasa pada anak:


Reflex vocalization
Bayi normal yang baru saja dilahirkan sampai kurang lebih berusia tiga minggu semua perbuatannya masih bersifat refleks. Suara-suara yang dihasilkan atau tangisan yang dibuat benar-benar tidak disadari /tanpa kehendak, dan bukan menanggapi rangsangan apapun dari sekelilingnya. Setelah berusia > 3 minggu suara tangisan yang terjadi walau masih bersifat refleks tetapi sudah dapat dibedakan, misalnya tangisan rasa lapar akan berbeda dengan tangisan jika bayi tersebut merasa kedinginan atau merasa sakit, biasanya ibu bayi dapat membedakan macam tangisan tersebut.


Babbling
Secara hampir pasti, bayi usia 2 bulan banyak mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan orang berkumur. Mirip dengan bunyi /a/ atau bunyi vokal lainnya dengan nada dan kenyaringan yang berlainan. Bunyi tersebut biasanya disuarakan dengan bunyi pendek atau panjang. Pada minggu-minggu selanjutnya terdengar bunyi konsonan seperti /p/. /b/. /j/. /g/. /n/. Yang dilakukan berulang-ulang dan dikombinasikan dengan bunyi mirip vokal /a/ tadi /contoh : papapa……..gagagaga…….jajajaja/ bunyi yang diproduksi ini masih berupa refleks dan terus berjalan sampai usia 5-6 bulan. Tanpa disadari bayi melatih otot artikulasi.


Lalling
Masa ini bayi berusia ± 6 bulan, dan sudah banyak perkembangan pada otaknya, pada masa ini menunjukan pengulangan bunyi yang terjadi bukan berdasarkan refleks, bunyi tersebut seperti ba....ba.....ma.....ma, hal ini karena bayi benar-benar mendengar dan seterusnya senang melakukan pengulangan-pengulangan.


Echolallia
Terjadi pada masa bayi berumur 10 bulan. Pada masa ini terjadi pengulangan-pengulangan lebih banyak lagi mengenai kata-kata, pengulangan tersebut terjadi karena bayi mendengar dari lingkungan dan berusaha menirukan.


True speech
Usia yang umum bayi telah bisa bicara dengan benar adalah usia 18 bulan atau 1,5 tahun. Anak pada usia ini pola bicaranya sudah dapat dimengerti maksudnya, walaupun kemampuan pengucapannya belum memadai. Anak dapat merangkai dua sampai tiga kata. Anak dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman yang didapat dari lingkungan.

“Jika seorang anak belum mengoceh atau menirukan suara
pada umur 10-12 bulan, harus diwaspadai adanya gangguan bicara”

Salah satu penyebab gangguan bicara pada anak adalah gangguan pendengaran. Joint Committee on Infant Hearing menetapkan beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan ketulian pada bayi, diantaranya adalah riwayat keluarga mengenai tuli saraf, perawatan di ruang rawat intensif bayi lebih dari 5 hari, perawatan yang disertai dengan alat ventilasi mekanik, pemberian obat-obatan tertentu, hiperbilirubinemia (kuning pada bayi) yang memerlukan tindakan tranfusi, infeksi saat ibu hamil, kelainan anatomi atau bayi dengan sindrom yang berhubungan dengan tuli sensorineural dan infeksi setelah kelahiran. Pada 6 bulan pertama setelah bayi lahir saat perkembangan bahasa dan bicara dimulai, pendengaran yang normal merupakan faktor yang sangat penting.

Gangguan pendengaran karena kerusakan saraf di kedua telinga dapat mengenai 3 dari setiap 1.000 bayi lahir hidup dan 2-4 dari setiap 100 bayi yang pernah dirawat di ruang rawat intensif.

Joint Committee on Infant Hearing merekomendasikan pemeriksaan skrining pendengaran pada semua bayi lahir dalam 1 bulan pertama kehidupan, sehingga diagnosis dan penatalaksaan dini terhadap gangguan pendengaran pada bayi dapat dilakukan sebelum usia 6 bulan. Bayi yang tidak lulus pada skrining tahap pertama diperiksa kembali dalam waktu 3 bulan berikutnya. Bayi yang memiliki risiko terkena gangguan pendengaran (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya), yang lulus skrining pada tahap pertama, diperiksa kembali 6 bulan kemudian dan dilakukan pemeriksaan pendengaran berkala tiap 6 bulan hingga usia 3 tahun.

Pemeriksaan pendengaran untuk skrining meliputi pemeriksaan liang telinga sampai gendang telinga dengan alat otoskop, pemeriksaan impedans untuk evaluasi keadaan telinga tengah, behavioral observation audiometry, dilanjutkan pemeriksaan automated auditory brainstem responses (AABR/BERA) dan emisi otoakustik (OAE). Ketepatan OAE untuk pemeriksaan skrining pendengaran pada bayi di usia 3-4 hari mencapai > 95%. Pemeriksaan-pemeriksaan ini hanya membutuhkan keadaan bayi yang tenang atau dalam kondisi tidur. Untuk mempermudah pemeriksaan terkadang dokter akan memberikan obat agar membantu bayi untuk dapat tidur lebih tenang, dengan dosis yang aman dan sesuai dengan kebutuhan bayi atau anak.

Mari kenali gangguan pendengaran dan bicara pada anak sejak dini, untuk generasi masa depan yang lebih baik. (KD)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun