Mohon tunggu...
Tigor Agustinus Simanjuntak
Tigor Agustinus Simanjuntak Mohon Tunggu... Staff Admin -

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bauksit dan Pasokan Listrik di Kalimantan Barat

22 Juni 2015   09:14 Diperbarui: 13 Juli 2015   05:01 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang berpeluang besar dalam hal pengembangan ketenagalistrikan karena berperan dalam MP3EI ( Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) karena Kalimantan diposisikan sebagai pusat produksi dan juga pengolahan hasil tambang & lumbung energi nasional. Selain itu juga Kalimantan sebagai pilar ketahanan energi nasional karena didukung kestabilan geologis, cadangan sumber daya air, mineral, dan energi sehingga peluangnya sangat besar. 

Kalimantan Barat mempunyai sumber daya yang luar biasa untuk Bauksit ini terbukti bahwa kegiatan ekonomi utama pad koridor 3 adalah Hilirisasi Bauksit yaitu bahan dasar untuk Alumina dan Aluminium. Selama ini juga provinsi ini telah menjadi pusat Bauksit karena menjadi bahan dasar industri smelter, alumina dan aluminium. Data yang diperoleh pada tahun 2013, Kalimantan Barat memiliki cadangan Bauksit sekitar 3,2 milyar ton. Sedangkan data yang diperoleh dari ESDM pada tahun 2011 Kalimantan Barat telah menyetujui 48 perusahaan yang memiliki IUP untuk operasi tambang Bauksit dan total luas areal Bauskit yang di kuasai sekitar 557.259 Ha.

Indonesia sebagai penghasil Bauksit terbesar hingga saat ini belum memiliki pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina karena perbuatan oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dari ekspor impor Bauksit tersebut. Oleh karena tidak adanya smelter maka biji bauksit harus di ekspor keluar negeri (Jepang & China). Sedangkan alumina sebagai bahan baku untuk pembuatan aluminium harus di impor dari negeri lain (Australia & Jepang). Disinilah para oknum tadi bermain yaitu adanya persekongkolan terjadi seperti yang dikatakan Bapak Faisal Basri saat menjadi nara sumber di Kompasiana Seminar Nasional: Harapan serta Tantangan Industri Bauksit dan Smelter Alumina. Seminar tersebut diadakan pada hari Senin, 25 Mei 205 yang lalu.

Untuk mendukung produksi Bauksit tersebut maka diperlukan Pasokan Listrik sampai dengan tahun 2020 terutama di Kawasan Industri Tayan (di Kab. Sanggau) 800 MW dan juga  Kawasan Industri Toho (di Kab. Pontianak) 600 MW. Pada saat ini diperlukan pertumbuhan sektor industri di Kalimantan Barat karena pertumbahnnya sangat bahkan cenderung melambat. Selain itu Struktur ekspor masih di dominasi bahan mentah dan/atau barang setengah jadi contohnya adalah seperti Bauksit tadi. Sedangkan Pemerintah mengajukan tuntutan hilirisasi pada tahun 2015 ini semakin kuat dimana semangat mengolah bahan mentah / setengah jadi menjadi industri pengolahan barang jadi semakin mengemuka (seperti CPO, karet, alumina, minerba, dll). 

Apakah permasalahan yang terjadi sehingga pengembangan industri hilir semakin melambat di Kalimantan Barat? Faktor utamanya adalah kuantitas dan kualitas infrastruktur transportasi dan pembangkit energi kurang untuk mendukung efisiensi produksi & distribusi barang. Oleh karena itu perlu ditinjau kembali permasalahan yang terjadi akibat kurangnya energi seperti: dibuka jalur untuk Investasi usaha kelistrikan karena investasi dalam sektor ini diperlukan biaya besar. Selain itu juga perlu pasokan bahan baku energi jangka panjang dan dukungan sarana trasnportasi karena bahan baku mineral dan batu bara (minerba) berada jauh di daerah-daerah perbatasan. Bahkan selain masalah tersebut diatas ada juga masalah biaya logistik perjalanan bahan baku minerba ke industri kelistrikan sangat tinggi sehingga harus dicari solusi untuk itu. Kalimantan Barat juga butuh Investor di sektor usaha kelistrikan sebab investor untuk ini sangat kurang disebabkan karena insentif investasi kurang dapat bersaing dengan yang ditawarkan oleh negara tetangga. Bahkan perbankan pun menjadi kendala karena Suku bunga kredit perbankan yang tidak kompetitif.

Jika permasalahan diatas dapat diatasi maka peningkatan dan pengembangan dalam sektor Bauksit ini dapat memenuhi kuota produksi serta diharapakan juga di Kalimantan akan dibuka smelter-smelter pengolahan Bauksit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun