Mohon tunggu...
Tigor Agustinus Simanjuntak
Tigor Agustinus Simanjuntak Mohon Tunggu... Staff Admin -

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Solusi dalam Menjangkau yang Tidak Terjangkau pada Dunia Pendidikan

16 Februari 2012   17:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:34 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329432476595470525

[caption id="attachment_171605" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Pendidikan sejatinya telah dimulai dari sejak kita lahir ke dunia bisa diambil contoh ketika kita diajarkan oleh orangtua kita untuk menyebutkan nama panggilan untuk orangtua kandung yang sesuai dengan selera kita seperti: Papa & Mama, Papi & Mami, Ibu & Bapak, dan masih banyak lainnya untuk panggilan sayang kita kepada orangtua kita. Hal tersebut akan kita ingat sampai akhir hayat hidup kita bahwa kita memanggil orangtua kita sesuai dengan didikan dari orangtua kita. Dasar Pendidikan pada hakikatnya adalah pengajaran untuk Mengenal, Mengetahui, Mengingat dan Menghayati setiap apa yang telah diberikan oleh si pengajar. Untuk itu kita harus mengetahui pendidikan itu adalah "usaha dengan kesadaran dan terencana" untuk "mewujudkan lingkungan dan suasana belajar dalam proses belajar mengajar dari peserta didik agar aktif untuk  mengembangkan potensi dalam dirinya agar kelak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat serta bangsa dan negara". Belakangan ini anak-anak sudah semakin tidak berminat terhadap dunia pendidikan disebabkan beberapa faktor dan faktor yang paling atas adalah masalah ekonomi, disusul dengan masalah daya tangkap si anak yang terkait kurangnya asupan gizi diasumsi sehari-hari, kemudian yang paling ditakuti oleh orangtua tentang pendidikan tersebut adalah masalah kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan dari anak-anak. untuk itu dapat kita jabarkan masalah yang ada agar tercapai solusinya. 1.  Masalah Ekonomi. Indonesia sejak jaman dahulu sudah terkenal dengan pendapatan yang jauh dibawah rata-rata dengan negara-negara tetangganya dan semakin hari belakangan ini makin jauh terpuruk disebabkan banyaknya populasi kepadatan penduduk yang tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai sehingga membuat semakin banyak pengangguran baik di kota besar maupun di daerah-daerah lainnya. Untuk itu solusi ke depannya adalah dengan merekrut atau memberikan syarat untuk para sarjana-sarjana baik yang sudah lulus ataupun yang sedang melaksanakan tahap akhir perkuliahannya untuk ditempatkan di daerah-daerah yang tingkat pendidikannya rendah agar mereka memberi pelatihan-pelatihan dasar sampai ke tingkat mahir kepada guru-guru baik honorer ataupun guru-guru baru untuk memperbaharui teknik belajar mengajar sampai dengan teknik lainnya yang sesuai dengan adat istiadat di daerahnya msing-masing. solusi lainnya adalah dengan menempatkan satu atau dua orang  mahasiswa/sarjana setiap kecamatan untuk dapat menangani peningkatan pendidikan didaerahnya masing-masing yang tidak terjangkau dunia pendidikan umumnya sebagai contoh adalah dapat mengundang / memberikan pelatihan daasar kepada kepala desa / tetua kampung untuk dibekali pendidikan dasar sampai ke tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan kemampuan daya tangkap kepala desa / tetua kampung dan diharuskan sesuai pula dengan adat istiadat di daerah tersebut. Para kepala desa / tetua kampung tersebut nantinya akan diharapkan untuk dapat mendidik warga / masyarakat yang dipimpinnya sehingga kepala desa / tetua kampung tersebut lebih dihormati oleh warga / masyarakat yang dipimpinnya. Sebab jika para mahasiswa / sarjana yang terjun langsung ke warga / masyarakat tanpa diketahui / disetujui oleh kepala desa / tetua kampung akan terjadi penolakan baik secara halus maupun secara terang-terangan. Secara psikologis juga jika para kepala desa / tetua kampung maupun tetua adat akan lebih efektif dan efisien daripada dibangun gedung sekolah yang memadai. Untuk itu departemen pendidikan dapat memberikan sertifikat / ijazah pendidikan setara dengan pendidikan sekolah pada umumnya. Dan kepada mahasiswa/sarjana kiranya ada rotasi / perpindahan tugas baik secara sekabupaten atau sepropinsi atau ke luar daerah. Begitu juga dengan para kepala desa / tetua adat/kampung dapat dipantau secara terus menerus perkembangan dari pelatihan atau seminar yang telah dilaksanakan sebelumnya. Jika diperlukan pelatihan/bimbingan maka para mahasiswa/sarjana dapat terjun langsung ke lapangan yang didampingi oleh kepala desa/tetua kampung. 2. Masalah Gizi. Gizi seharusnya cukup kita asumsi untuk sehari-hari agar dapat dicerna oleh tubuh untuk meningkatkan daya tubuh, pikiran dan lainnya. Kita ketahui banyak penduduk indonesia yang belakangan ini tidak lagi mengkonsumsi gizi yang cukup disebabkan bebrapa faktor yaitu yang paling besar adalah ekonomi yang sulit dan yang kedua adalah beredarnya makanan yang tidak sehat. Solusi untuk gizi ini adalah dengan berkoordinasi kepada dinas sosial atau departemen pendidikan untuk memberikan asupan gizi yang cukup terhadap masyarakat ekonomi lemah serta penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mampu untuk pentingnya makanan sehat dengan tidak mengkonsumsi makanan yang tidak sehat tersebut. Untuk daerah-daerah tertentu makanan yang disubsidi sebaiknya sesuai dengan adat istiadat setempat dan disarankan untuk swadaya dari masyarakat mampu yang disalurkan ke masyarakat yang tidak mampu. Kalaupun tidak memungkinkan swadaya dari masyarakat yang mampu pada lokal dapat diminta ke luar daerah dengan berkoordinasi ke pihak-pihak terkait atau juga dapat meminta kepada donatur-donatur yang berada di kota-kota besar. 3. Masalah Spiritual keagamaan,budi pekerti dan keahlian. Belakangan ini dapat kita lihat di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik telah terjadi kemerosotan spritual keagamaan, budi pekerti dan keahlian yang mengakibatkan mudahnya terjadi perbuatan nekat baik bunuh diri, pembunuhan maupun tindak kriminal lainnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diharapkan dukungan dari Departemen Agama, Departemen Sosial dan pihak terkait lainnya dengan prinsip memberikan pembekalan terhadap pemuka agama / tetua adat untuk diberikan penyuluhan/bimbingan kepada warganya masing-masing agar tidak terjadi kemerosatan spirutual agama, budi pekerti dan lainnya. Kesemuanya itu dapat terlaksana jika dilakukan dengan niat dan tekad yang tulus untuk memberikan pendidikan yang merata ke seluruh rakyat indonesia tanpa diembel-embeli jabatan, kekuasaan maupun finansial sebab jika kita melakukan dengan tulus maka Tuhanpun pasti membuka pintu-pintu berkat yang tak terhingga kepada orang yang melakukan dengan setulus hati. Jika perlu para pengangguran tersebut direkrut untuk menjadi pengajar yang terlebih dahulu dibekali dengan keimanan, keterampilan, dan kehalian yang cukup sehingga dapat dipercaya untuk dilepas ke daerah-daerah yang masih rendah tingkat pendidikan yang ridak terjangkau oleh pendidikan umumnya. Sekali lagi menjangkau yang tidak terjangkau dapat dilaksanakan jika kita mengetahui apa penyebab / pokok masalah dari daerah masing-masing sesuai dengan adat istiadat setempat yang tidak mengurangi wewenang kepala desa / tetua adat / tetua kampung pada daerah masing-masing. Sekali lagi saya katakan " AyoMajukan Pendidikan di Indonesia dengan semangat Kemerdekaan"...... Merdeka!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun